Olimpiade Tokyo akan tetap dibuka sesuai jadwal, yaitu pada 23 Juli 2021. Untuk itu, Indonesia harus kembali fokus menyiapkan para atlet sekaligus mencari celah menambah kuota atlet ke Olimpiade ke-32 itu.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Walaupun pandemi Covid-19 belum teratasi, Olimpiade Tokyo akan tetap dilaksanakan sesuai jadwal, yaitu dibuka di Jepang pada 23 Juli dan ditutup 8 Agustus 2021. Oleh karena itu, Indonesia harus segera memaksimalkan peluang menambah kuota atlet yang lolos ke Olimpiade musim panas ke-32 itu.
”Berdasarkan informasi dari IOC (Komite Olimpiade Internasional) dan Komite Olimpiade Nasional (NOC) Jepang, Olimpiade Tokyo akan tetap dilaksankan dan dibuka sesuai jadwal pada 23 Juli. Sekarang, kita patut mencari celah menambah kuota atlet Indonesia ke Olimpade Tokyo, seperti menggelar kualifikasi di Indonesia,” ujar Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Raja Sapta Oktohari dalam konferensi pers daring, Senin (25/1/2021).
Okto mengatakan, tidak dimungkiri pandemi Covid-19 yang belum teratasi telah berdampak negatif terhadap sejumlah agenda kejuaraan internasional di 2021 ini. Terbukti, Dewan Olimpiade Asia (OCA) akhirnya menunda dua kejuaraan multicabang pada tahun ini.
Asian Beach Games keenam di Sanya, China, yang kembali ditunda ke tahun 2023. Padahal, ajang olahraga pantai itu telah ditunda sebelumnya, dari 2020 ke 2021. Sementara itu, Asian Indoor and Martial Arts Games keenam di Bangkok-Chonburi, Thailand, ditunda dari tahun ini ke 2022.
Namun, lanjut Okto, penundaan dua kejuaraan itu tidak berpengaruh terhadap jadwal penyelenggaraan Olimpiade Tokyo yang sudah tertunda dari 2020 ke 2021. IOC dan NOC Jepang maupun Panitia Penyelenggara Olimpiade Tokyo memastikan pembukaan Olimpiade itu tetap dilaksanakan pada 23 Juli.
”Ini sekaligus menepis isu ataupun berita yang mengabarkan masyarakat Jepang ingin menunda atau membatalkan Olimpiade Tokyo karena meningkatnya angka kasus Covid-19 di negara mereka,” katanya.
Untuk menyukseskan gelaran Olimpiade Tokyo, Okto menuturkan, IOC pun siap memberikan dukungan kepada negara-negara yang belum mendapatkan vaksin Covid-19. Bahkan, akan ada donasi dari IOC ke NOC berupa vaksin Covid-19 berjumlah satu plus dua.
Maksudnya, setiap satu vaksin yang diberikan akan ditambahkan dua vaksin lain untuk masyarakat sekitarnya. ”Walaupun tidak ada kewajiban dari WHO maupun Panitia Olimpiade Tokyo, IOC mendorong semua anggota NOC divaksin untuk menekan penyebaran Covid-19,” tuturnya.
Setelah informasi itu, KOI akan terus berkoordinasi dengan IOC ataupun NOC Jepang terkait perkembangan selanjutnya mengenai Olimpiade Tokyo, terutama hal-hal teknis yang harus disiapkan sebelum mengikuti Olimpiade tersebut.
”Ke depan, tidak menutup kemungkinan ada hal-hal teknis yang perlu dipenuhi kontingen sebelum ke Tokyo, terkait kewajiban vaksin, karantina, pola pertandingan, dan sebagainya. Semuanya akan kami bicarakan lebih lanjut dengan IOC maupun NOC Jepang mengenai info resmi terkait hal-hal teknis itu,” ujarnya.
Mengingat Olimpiade itu tetap akan digelar sesuai rencana, tambah Okto, Indonesia harus tancap gas untuk mengambil peluang meloloskan lebih banyak atlet ke Tokyo. Sejauh ini, Indonesia telah meraih enam tiket ke Olimpiade Tokyo, yakni lari 100 meter (atlet Lalu Muhammad Zohri), angkat besi kelas 61 kilogram (Eko Yuli Irawan), angkat besi 49 kg putri (Windy Cantika Aisah), menembak 10 meter air rifle putri (Vidya Rafika), serta panahan recurve putra dan putri.
Indonesia masih berpotensi menambah kuota atlet yang lolos ke Olimpiade Tokyo, antara lain, dari angkat besi, panjat tebing, selancar, sepeda, dan tinju. Bahkan, angkat besi menargetkan bisa meloloskan total lima lifter ke Olimpiade itu. Peluang menuju Tokyo terbuka ketika kualifikasi dimulai kembali pada Mei mendatang.
”Peluang Indonesia untuk menambah kuota atlet ke Olimpiade Tokyo masih terbuka, apalagi baru 60 persen kuota atlet yang terisi. Sementara 15 persen sisanya akan ditentukan berdasarkan peringkat dan 25 persen (lainnya) ditentukan dari kriteria tertentu. Itu patut dikejar,” katanya.
Celah Indonesia menambah kuota atlet ke Olimpiade Tokyo bisa didapat dengan menggelar kualifikasi di Indonesia dalam lima bulan sebelum ajang tersebut dimulai. Ada dua cabang yang sudah lama berencana menggelar kualifikasi di Indonesia, yakni panjat tebing dan sepeda.
Selain pelatnas harus terus berjalan, kami berharap Kemenpora juga bisa mendorong atlet maupun pelatih menjadi prioritas penerima vaksin Covid-19 untuk persiapan ke ajang-ajang internasional.
Namun, rencana itu tertunda karena pandemi. Sekarang, rencana itu belum terealisasi karena belum ada lampu hijau dari instansi terkait, terutama dari Satgas Covid-19.
KOI terus berusaha berkomunikasi dengan Satgas Covid-19 dan Kementerian Pemuda dan Olahraga agar bisa menggelar kualifikasi Olimpiade Tokyo di Indonesia. Sejumlah negara, seperti Thailand, sudah ”mencuri start” dengan menggelar kejuaraan olahraga internasional di negaranya. Mereka menggelar tiga kejuaraan bulu tangkis berkelas dunia beruntun pada Januari ini.
”Teknis menyelenggarakan kejuaraan olahraga di Indonesia harus segera dibicarakan dengan pemerintah ataupun Satgas Covid-19. Ini bisa menjadi celah peluang bagi kita untuk membuat kualifikasi Olimpiade di Indonesia guna menambah kuota ke sana (Tokyo),” kata Okto.
Sekretaris Jenderal KOI Ferry Kono juga menyampaikan, pelatnas semua cabang yang akan mengikuti kejuaraan multicabang internasional di 2021 ini wajib terus berlanjut. Selain Olimpiade Tokyo, Indonesia akan mengikuti pula Islamic Solidarity Games 2021 Konya di Turki (20-29 Agustus) dan Asian Youth Games 2021 di China (20-28 November).
Indonesia akan berpartisipasi pula dalam SEA Games 2021 Vietnam (21 November-2 Desember). ”Selain pelatnas harus terus berjalan, kami berharap Kemenpora juga bisa mendorong atlet maupun pelatih menjadi prioritas penerima vaksin Covid-19 untuk persiapan ke ajang-ajang internasional,” ujar Ferry.
Pencalonan Olimpiade
Anggota Komite Eksekutif KOI, Rafiq Radinal, menerangkan, pihaknya sedang berkoordinasi membentuk tim prapencalonan Indonesia menjadi tuan rumah Olimpiade 2032. Tim itu menjadi salah satu landasan hukum Indonesia untuk mencalonkan diri sebagai tuan rumah Olimpiade ke-35 tersebut. Selain itu, tim itu perlu dibentuk agar persiapan pencalonan bisa lebih optimal.
”Sekarang, kami juga sedang merumuskan materi presentasi, baik berbentuk visual maupun lainnya. Semuanya dilakukan untuk menegaskan kesiapan Indonesia menjadi tuan rumah Olimpiade 2032. Bukan nanti, tetapi dari sekarang,” katanya.
Adapun materi persentasi pencalonan itu ditargetkan selesai setidaknya bulan depan. ”Isinya terkait kesiapan ekonomi dan fasilitas yang dimiliki Indonesia serta warisan atau manfaat seusai Olimpiade 2032 untuk Indonesia ke depan,” terang Rafiq.
Di sisi lain, KOI menanti pengesahan Rancangan Keppres tentang Pencalonan Indonesia sebagai Tuan Rumah Olimpiade 2032. Keppres itu akan berisikan pula soal pembentukan Panitia Penyelenggara Olimpiade Indonesia. ”Sebelum panitia itu terbentuk, KOI yang akan menyiapkan upaya pencalonan Indonesia tersebut,” pungkas Ferry.