Dominasi duo Manchester hingga paruh musim Liga Inggris, mengembalikan kisah perseteruan lama mereka. Saat bersamaan, mereka kini menjadi musuh bersama seluruh tim Liga Inggris.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
MANCHESTER, KAMIS – Rival sekota, Manchester City dan Manchester United, pernah saling menjuluki sisi masing-masing tetangga yang berisik. Musim ini, kisah persaingan mereka agak berbeda. Duo Manchester justru bersama-sama membuat kebisingan yang mengusik seluruh tim Liga Inggris.
Julukan tetangga yang berisik datang dari Sir Alex Ferguson, mantan pelatih legendaris MU, pada 2009. Dia sangat kesal karena City, sebagai tim sekota yang minim prestasi, selalu mencoba mengusik dominasi “Setan Merah”.
Sehabis era Ferguson, julukan itu justru balik mengarah ke wajah MU. Mereka justru dianggap sosok yang berisik karena prestasi menurun drastis. Di sisi lain, City justru berjaya dalam sedekade terakhir.
Musim ini, tidak ada tetangga yang berisik di Manchester. Mereka sama-sama menciptakan kebisingan bagi juara bertahan Liverpool dan tim lain. Pada Kamis (21/1/2021), duo Manchester ini memastikan finis di dua peringkat teratas klasemen paruh musim.
City, untuk pertama kali musim ini, mencicipi puncak klasemen setelah menang lewat sepasang gol di menit-menit akhir atas Aston Villa, 2-0, di Stadion Etihad. Namun, euforia itu hanya bertahan dua jam. MU merebut kembali peringkat pertama seusai menang dramatis atas Fulham, 2-1, di Craven Cottage.
Alhasil, MU berada di puncak dengan 40 poin dari 19 laga, sementara City di peringkat kedua dengan 38 poin dan satu laga lebih sedikit. Meski masih ada beberapa tim yang belum memainkan laga ke-19, termasuk City, duo Manchester ini tidak akan terusik lagi sebagai penguasa tengah musim.
Ini merupakan pertama kalinya dua tetangga Manchester berada di peringkat teratas paruh musim, setelah terakhir kali pada tiga musim lalu. Kisah fantastis ini sampai menjadi berita utama di koran Inggris. Misalnya The Times yang merilis halaman depan berjudul “Ini Keuntungan Manchester”.
Ole Gunnar Solskjaer, Manajer MU, berkata musim masih panjang. Sulit memprediksi juara dari tengah musim, apalagi di tengah kompetisi yang penuh kejutan.
Namun, Solskjaer tidak heran timnya masuk dalam kandidat juara karena tidak terkalahkan dalam 13 laga. “Itu (calon juara) akan selalu dibicarakan ketika Anda berada di puncak liga ketika sudah setengah jalan. Tetapi kami tidak ingin berlebihan memikirkan ini,” katanya.
“Setan Merah” begitu menakjubkan musim ini. Mentalitas bagaikan mesin diesel bisa diaplikasikan oleh Bruno Fernandes dan rekan-rekan. Mereka berhasil meraih 21 poin setelah tertinggal lebih dulu, termasuk ketika menang atas Fulham.
Kami lebih baik dalam laga ketat. Ini yang menjadi problem musim lalu. Jelas tim telah berkembang hebat dari sisi mentalitas maupun fisik.
“Kami lebih baik dalam laga ketat. Ini yang menjadi problem musim lalu. Jelas tim telah berkembang hebat dari sisi mentalitas maupun fisik,” tambah Solskjaer yang nyaris dipecat pada awal musim.
Determinasi tinggi
Pengamat BBC Chris Bevan melihat determinasi tinggi bisa jadi kunci City untuk juara. Determinasi itu terlihat ketika skuad “Biru Langit” ditahan pertahanan kuat Aston Villa. Mereka mengalahkan rasa frustrasi dan menang lewat gol dalam 11 menit terakhir.
Terlebih, tim asuhan Josep Guardiola telah menemukan kombinasi pertahanan tepat bersama duo Ruben Dias dan John Stones. Ketangguhan mereka membuat City tidak kemasukan dalam 5 dari 6 laga terakhir. “Ini enam kemenangan beruntun yang menegaskan mereka ada dalam perbururan gelar,” ucap Bevan.
Meskipun dalam momentum perburuan gelar, Guardiola masih sangat berhati-hati musim ini. Problem paling dikhawatirkan adalah cedera pemain. Rasa khawatir itu tampak ketika sang manajer mengganti gelandang bintang Kevin de Bruyne di awal babak kedua, kemarin.
City perlu rotasi yang tepat. Mereka masih ditunggu jadwal padat pekan depan, harus menjalani laga Piala FA dan Liga Inggris. “Hal-hal ini (cedera) terjadi dengan jumlah pertandingan yang ada. Cedera seakan jadi normal,” kata Guardiola dikutip Sky Sports.
Cedera jadi momok paling menakutkan musim ini. Liverpool menjadi contoh paling nyata. Penampilan mereka mendadak jatuh drastis dibandingkan musim lalu karena badai cedera di lini belakang.
Pertarungan musim ini masih panjang. Meski belum tentu konsisten sepanjang musim, dominasi tim-tim Manchester telah mengembalikan memori rivalitas sengit keduanya.
Duo Manchester pernah terlibat dalam perebutan gelar paling kompetitif dalam sejarah. Ketika itu, City juara liga musim 2011-2012 lewat gol penentu Sergio Aguero di detik-detik akhir pertandingan, saat MU sudah ingin merayakan gelar. (AP/REUTERS)