Sergio Perez memenuhi mimpinya membalap bersama tim papan atas Formula 1. Namun, dia menyadari tantangannya tidak mudah, terutama bersaing dengan rekan setim di Red Bull, Max Verstappen, yang jadi langganan podium.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·4 menit baca
MILTON KEYNES, RABU — Musim 2020 menjadi momen krusial bagi Sergio Perez. Menatap musim 2021 tanpa tim, setelah diputus kontrak oleh Racing Point, pebalap Meksiko itu justru tampil brilian. Dia pun direkrut tim elite, Red Bull Racing, dan bertekad melampaui pencapaian musim lalu dengan mobil yang kompetitif.
Pebalap yang akan genap 31 tahun pada akhir Januari itu akan menunjukkan kemampuan sejatinya dalam perburuan juara Formula 1.
”Siap untuk mengawali petualangan besar,” tulis Perez dalam akun Twitter pribadinya seusai mengunjungi markas Red Bull di Milton Keynes, Inggris, pekan ini.
Perez sempat terombang-ambing tanpa kepastian kelanjutan kariernya setelah Racing Point memutus kontraknya pada awal September lalu. Tim yang berganti nama menjadi Aston Martin mulai 2021 itu berpaling ke mantan pebalap Ferrari, Sebastian Vettel.
Di tengah situasi tak pasti itu, Perez mampu menjaga spirit positif hingga meraih finis kedua di Turki dan memenangi seri Sakhir di Bahrain. Dia finis keempat di klasemen pebalap sekaligus membantu Racing Point finis keempat di klasemen konstruktor.
Capaian itu menjadi warisan penting Perez untuk Racing Point yang telah dibela selama tujuh tahun, sejak bernama Force India. Kini, dia memburu pencapaian lebih tinggi bersama tim yang jauh lebih kompetitif, Red Bull Racing.
”Ini terasa luar biasa, Anda tahu itu. Saya telah menanti sepanjang karier saya untuk mendapat kesempatan bersama tim papan atas dan itu akhirnya datang. Ini seperti mimpi yang menjadi kenyataan,” ujar Perez dalam video tim, Rabu (20/1/2021).
”Saya pikir itu datang pada momen yang tepat bagi saya. Saya sangat menantikan untuk menjalani ini, bekerja dengan para insinyur, juga Max (Verstappen), untuk mendorong tim maju. Ini tantangan hebat. Saya tidak sabar menantikan berada di lintasan bersama tim,” kata Perez.
Perez awalnya tidak dalam radar Red Bull Racing. Tim asal Inggris itu berharap Alexander Albon bisa berkembang lebih baik pada musim 2020. Namun, performa Albon naik turun dan membuat Red Bull tidak memperpanjang kontraknya sebagai pebalap meskipun tetap menjadi pebalap penguji. Red Bull sebenarnya mengincar Sebastian Vettel. Namun, juara dunia empat kali itu sudah lebih dulu menyepakati kontrak dengan Aston Martin.
Perez pun menjadi pilihan paling logis bagi Red Bull menyusul pencapaiannya yang meyakinkan musim lalu. Perez menunjukkan dirinya bukan hanya kompetitif, melainkan juga memiliki kemampuan teknis dan eksekusi strategi yang jitu, salah satunya manajemen ban yang sangat baik.
Saya telah menanti sepanjang karier saya untuk mendapat kesempatan bersama tim papan atas dan itu akhirnya datang. Ini seperti mimpi yang menjadi kenyataan.
Kemampuan Perez menganalisis data membuat Red Bull yakin dia bisa mengangkat performa tim sekaligus mendorong Verstappen menjadi lebih kompetitif.
”Kami telah memutuskan untuk keluar dari program (pebalap binaan) untuk pertama kali sejak 2007, tetapi kami perlu menurunkan tim terkuat untuk melawan Mercedes. Pengalaman Sergio akan sangat krusial,” kata Kepala Tim Red Bull Christian Horner dikutip Sky Sports.
Bagi Perez, bergabung dengan Red Bull membutuhkan adaptasi. Namun, dia sudah merasa sangat nyaman dengan tim barunya. Bahkan, dia sudah mulai bertukar ide untuk membuat tim lebih baik.
”Saya sudah berada di olahraga ini bersama tim-tim yang berbeda dalam era yang berbeda. Saya tahu apa yang saya perlukan dari diri sendiri. Saya juga merasa bisa mendorong tim maju dalam area tertentu, hanya dengan berbicara dengan tim,” ujar Perez dikutip Motorsport.
Salah satu kegembiraan Perez dengan bergabung ke Red Bull adalah dia memiliki mobil yang kompetitif untuk bersaing meraih podium. Namun, itu juga sekaligus menjadi tantangan besar mengingat rekan setimnya, Verstappen, juga sangat kompetitif dan menjadi langganan podium.
”Ini tantangan besar bagi diri saya. Kita semua tahu Max, bakat, kecepatannya. Betapa cepat dia berkembang dalam beberapa tahun terakhir, betapa lengkapnya dia saat ini. Jadi, dia sudah pasti salah satu yang terbaik dan yang tercepat,” kata Perez.
Perez saat ini menjalani adaptasi dengan mobil RB16 melalui simulator. Di akan memacu mobil barunya untuk pertama kali di Bahrain saat tes pramusim pada 12-14 Maret mendatang. Balapan seri pertama akan bergulir pada 28 Maret di sirkuit yang sama menyusul penundaan seri Australia. Perez menilai, tes pramusim dan balapan di sirkuit yang sama akan memudahkan proses adaptasinya dengan mobil Red Bull RB16.
”Saya pikir ini bukanlah sesuatu yang buruk, apalagi mengingat betapa dinginnya di Eropa pada saat itu. Saya pikir, ini acuan yang bagus. Ini akan membantu saya sedikit meningkatkan kecepatan karena kami akan melakukan tes dan balapan di sana. Ini hanya proses adaptasi yang mungkin bisa membuat lebih mudah,” kata Perez.