Stephanie Frappart, Pemegang Rekor Perempuan Wasit
Jika ada perempuan wasit yang menciptakan rekor pada 2020 di dunia sepak bola, maka dialah Stephanie Frappart. Wasit sepak bola asal Perancis itu menjadi perempuan wasit pertama yang memimpin laga Liga Champions.
Stephanie Frappart mengukir sejarah di dunia sepak bola ketika ia menjadi perempuan wasit pertama yang memimpin pertandingan Juventus melawan Dynamo Kiev. Sebuah laga Liga Champions, kejuaraan level tertinggi Eropa di cabang sepak bola, yang masih lazim dianggap olahraga kaum lelaki.
Kamis, 3 Desember 2020, di Stadion Juventus, kota Turin, Italia, menjadi hari ketika sejarah itu tercipta. Frappart, perempuan wasit asal Perancis, memimpin laga tuan rumah Juventus melawan Kiev, dibantu dua hakim garis yang juga asal Perancis, Hicham Zakrani dan Mehdi Rahmouni.
Baca juga: Manuel Neuer, Sang Revolusionis ”Manusia Laba-laba”
Frappart sudah menjadi wasit Badan Sepak Bola Dunia (FIFA) sejak 2009. Namun, kehadirannya sebagai pengadil utama laga itu menjadi buah bibir pencandu dan pemerhati sepak bola di dunia karena itu partai Liga Champions. Kompetisi di mana klub-klub juara liga dan klub-klub elite negara-negara Eropa menjadi kontestan.
Namanya segera menghiasi berbagai media di dunia. Toh, dia sendiri rileks menanggapi semua itu. Dalam versinya, dia hidup di dalam ”gelembung”.
"Saya tidak punya media sosial dan tidak pernah membaca berita-berita koran tentang saya. Saya membuat gelembung saya sendiri. Saya paham bahwa di sepak bola, semua orang membicarakan wasit, berikut penampilannya," ujar Frappart.
Saya mengabaikan semuanya (bagaimana orang membicarakan saya). Saya lebih suka tetap seperti ini.
Perempuan kelahiran Herblay-sur-Seine, salah satu kawasan di pinggiran Paris, Perancis, itu merasa nyaman dengan cara dia mengantisipasi bagaimana orang membicarakan dirinya. ”Saya mengabaikan semuanya (bagaimana orang membicarakan saya). Saya lebih suka tetap seperti ini,” kata perempuan kelahiran 14 Desember 1983 itu, seperti dikutip BBC Sport.
Dengan menjadi wasit FIFA sejak 2009, ia sudah banyak memimpin pertandingan sepak bola, kebanyakan masih laga perempuan pada 2009 dan 2010. Kariernya memimpin pertandingan pria dimulai pada 2011, tatkala ia dipercaya memimpin laga kompetisi Divisi 3 Liga Perancis atau Championnat de France National.
Baca juga: Pretty Sihite, Calon Ratu Maraton Indonesia
Sejak itu, rekor demi rekor diukirnya, seiring dengan keberhasilannya menjadi perempuan wasit pertama yang memimpin laga di berbagai level kompetisi. Pada 2014, misalnya, ia menjadi perempuan perdana yang memimpin pertandingan Ligue 2, level kedua Liga Perancis.
Lima tahun kemudian, rekor baru diciptakan sebagai perempuan pertama yang memimpin pertandingan Ligue 1, Liga Utama Perancis. Ketika itu sudah ada Bibiana Steinhaus, perempuan wasit yang juga telah memimpin di Bundesliga, Liga Utama Jerman, sejak 2017.
Baca juga: Slamet Widodo, Keteguhan Pelatih Atletik Indonesia
Bisa dibilang, baru ada Frappart dan Steinhaus yang memimpin laga di liga utama Eropa, dalam hal ini di Perancis dan Jerman. Selain mereka, hingga 2019 belum ada perempuan wasit yang memimpin pertandingan di liga utama Eropa lainnya, seperti di Inggris, Spanyol, dan Italia.
Makin melesat
Kiprah Frappart makin melesat dengan penunjukannya sebagai wasit laga Piala Super Eropa 2019 antara Liverpool dan Chelsea, 14 Agustus 2019, di Istanbul, Turki. Kepemimpinannya kali ini istimewa karena dia menjadi perempuan wasit pertama yang memimpin laga puncak Eropa karena Piala Super mempertemukan juara Liga Champions dan juara Liga Europa (kompetisi satu level di bawah Liga Champions).
Lebih istimewa lagi, pada laga Piala Super itu, ia dibantu dua hakim garis yang juga perempuan, yakni Manuela Nicolosi (Perancis) dan Michelle O’Neill (Republik Irlandia). Trio perempuan wasit ini sebelumnya memimpin laga final Piala Dunia Sepak Bola Putri 2019 antara Amerika Serikat dan Belanda, 7 Juli 2019, di Lyon, Perancis.
Yang menarik, pelatih kedua tim, Juergen Klopp (Liverpool) dan Frank Lampard (Chelsea), puas dengan kepemimpinan Frappart. ”Mereka (ketiga perempuan wasit) memimpin dengan baik, sangat baik. Ada tekanan terhadap mereka ibarat di neraka. Ini bersejarah, dan mereka tetap apa adanya seperti diri mereka, tetap tenang, dan melakukan apa yang harus mereka lakukan pada laga yang sangat sulit dan penuh tekanan,” ujar Klopp, dikutip The Independent.
Baca juga: Pembuktian Betmen di Borobudur Marathon
Sementara Lampard juga mengungkapkan, dia senang karena telah menjadi bagian dari salah satu peristiwa bersejarah di dunia sepak bola. ”Saya sangat senang menjadi saksi sejarah yang sangat banyak dinantikan orang ini,” katanya.
Jika Klopp menyebut soal banyaknya tekanan, itu niscaya terjadi di sepak bola, terlebih untuk laga penuh gengsi di Piala Super Eropa atau Liga Champions. Tak heran, keputusan Frappart untuk mengganjar pemain dengan kartu kuning atau menghukum tim dengan tendangan penalti sudah pasti akan dilalui dengan protes, mulai dari yang lunak hingga keras.
Menurut Presiden Badan Sepak Bola Eropa (UEFA) Aleksander Ceferin, UEFA memandang perlu pengembangan sepak bola putri di semua lini. ”Saya berharap kecakapan dan pengorbanan Stephanie di sepanjang kariernya hingga mencapai level saat ini berbuah inspirasi bagi jutaan perempuan di seantero Eropa, sekaligus menunjukkan kepada mereka bahwa tiada kendala untuk mencapai mimpi,” kata Ceferin, dikutip The Guardian.
Frappart yang mulai bermain sepak bola sejak berusia 10 tahun merasa sangat berbahagia jika kiprahnya selama ini bisa menjadi inspirasi bagi para gadis muda. ”Saya tahu, saya menjadi role model, dan untuk itu saya sangat bahagia,” ucap Frappart yang pertama kali memimpin laga kejuaraan Eropa pada 22 Oktober lalu, yakni saat Leicester City melawan Zorya Luhansk di Liga Europa.
Menurut dia, banyak gadis muda menonton sepak bola di televisi. ”Jadi, saya tahu, jika saya di sini, berdiri dan bekerja di lapangan, mereka bisa melihat bahwa ini mungkin terjadi. Ini hal pertama yang saya lakukan untuk membantu gadis-gadis muda agar mulai merintis menjadi wasit,” kata Frappart.
Baca juga: Hamilton dan Perjalanan Waktu Sang Juara F1
Ia menuturkan hal senada ketika dipercaya memimpin dua laga Ligue 1 pada 2019. ”Itu pengakuan besar terhadap kemampuan dan kerja keras saya. Itu juga cara untuk menunjukkan kepada perempuan muda bahwa sangat mungkin untuk mencapai level ini jika kita bekerja keras dan memberi makna terhadap kehadiran kita di situ,” lanjutnya.
Namun, ia tetap realistis untuk mengakui bahwa pilihan menjadi wasit sepak bola bukan obsesi atau cita-cita mayoritas perempuan muda. Bagi dia, para gadis tetap bebas-bebas saja untuk menentukan masa depannya, apakah akan menjadi wasit atau tidak.
Kebanggaan luar biasa ditunjuk (menjadi wasit) pada laga ini karena saya mewakili semua wasit di Kejuaraan Dunia (2019). Ini pengakuan besar.
Soal penunjukannya sebagai wasit laga final Kejuaraan Dunia Sepak Bola Putri 2019, ia juga menyebutnya sebagai ”pengakuan besar”. “Kebanggaan luar biasa ditunjuk (menjadi wasit) pada laga ini karena saya mewakili semua wasit di Kejuaraan Dunia (2019). Ini pengakuan besar. Sulit melukiskan perasaan saya karena kami para wasit sudah berusaha menyiapkan selama beberapa tahun sebelum berada di event ini, mirip seperti para pemain,” katanya dalam wawancara di situs FIFA.com.
Salah satu obsesi yang masih tersimpan di benaknya tak lain adalah menjadi wasit pada Piala Dunia Qatar 2022. Jika itu terwujud, ia bakal mengukir rekor baru sebagai perempuan wasit pertama yang memimpin laga Piala Dunia. Merunut sejumlah pencapaiannya selama ini, besar kemungkinan ia akan terpilih memimpin laga di Qatar. Akan tetapi, Frappart tak ngotot juga. Terpilih menjadi wasit di Qatar, baginya, hanya semacam bonus.
Stephanie Frappart
Lahir: Herblay-sur-Seine, Paris, Perancis, 14 Desember 1983
Karier perwasitan:
2009 : Terdaftar sebagai wasit FIFA
Sejak 2011 : Memimpin pertandingan Divisi 3 Perancis
Sejak 2014 : Memimpin pertandingan Divisi 2 Perancis (Ligue 2)
Sejak 2019 : Memimpin pertandingan Divisi 1 (Utama) Perancis (Ligue 1)
Juli 2019 : Menjadi wasit Kejuaraan Dunia Sepak Bola Putri
Agustus 2019 : Memimpin pertandingan Piala Super Eropa 2019
Oktober 2020 : Memimpin pertandingan Liga Europa (kompetisi level 2 antarklub Eropa)
Desember 2020: Memimpin pertandingan Liga Champions (kompetisi utama antarklub Eropa)