Zlatan Ibrahimovic menegaskan dirinya seperti Julius Caesar, perintis Kekaisaran Romawi, dua milenium silam. Ibra menghidupkan slogan ”veni, vidi, vici” ala Julius di tim Italia, AC Milan.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
SARDINIA, SELASA — Zlatan Ibrahimovic ibarat reinkarnasi Kaisar Julius, diktator perintis Kekaisaran Romawi di Italia. Ibra, yang telah pulih dari cedera, datang ke Sardinia, memborong dua gol, lalu membawa pulang tiga poin untuk AC Milan pada lanjutan Liga Italia, Selasa (19/1/2021) dini hari WIB.
”Saya datang, saya melihat, lalu saya menaklukkan,” ujar Ibra mengutip slogan termasyhur Julius, veni, vidi, vici, seusai menutup kariernya di Paris Saint-Germain dengan menjuarai Liga Perancis, 2016 silam, seperti dikutip L’Equipe.
Seperti Julius—yang memperluas kekuasaan Romawi dan menaklukkan negara-negara yang diinvansinya, seperti Spanyol, Belgia, Perancis, dan Inggris—Ibra juga berjaya di liga-liga sepak bola yang dikunjunginya. Mulai dari Liga Belanda, Italia, Spanyol, hingga Perancis pernah dimenanginya. Kini, di usia 39 tahun, ia ingin kembali membuktikan keperkasaannya di klub AC Milan.
Tampil pertama kali sebagai pemain mula, sejak menderita cedera betis pada akhir November lalu, Ibra langsung memborong dua gol saat Milan menaklukkan Cagliari, 2-0, di Sardinia, dini hari WIB tadi.
Ibra sempat lama dibekap cedera betis seusai ”Il Rossoneri” menang 3-1 atas tuan rumah Napoli pada 23 November 2020. Kala itu, ia mencetak dua gol atau brace. Cedera itu membuat pemain berjuluk ”Raja Ibra” itu absen saat Milan takluk 1-3 dari tamunya, Juventus, awal Januari lalu.
Ibra baru kembali ke lapangan sebagai pemain pengganti menggantikan Rafael Leao pada menit ke-85 ketika klub peraih 18 gelar scudetto atau gelar juara Liga Italia Serie A itu menghajar tamunya, Torino, 2-0, pada pekan lalu. Praktis, tahun ini, penyerang asal Swedia itu baru dipercaya kembali bermain sejak awal laga dan bermain penuh tatkala menghadapi Cagliari.
Di laga kali ini, Ibra bermain sangat efektif. Pemain bertinggi 195 sentimeter itu banyak melakukan pergerakan tanpa bola untuk membuka celah di pertahanan lawan. Sejatinya, dia hanya membuat lima tembakan. Akan tetapi, tiga di antaranya tepat mengarah ke gawang dan dua tembakan berbuah gol.
Ibra tercatat sebagai satu-satunya pemain di lima liga top Eropa yang bisa membuat lima brace (dua gol dalam satu laga) pada paruh pertama liga musim 2020-2021.
Gol Ibra lahir dari titik putih pada menit ke-7 dan sontekan dari umpan Davide Calabria pada menit ke-52.
”Laga yang sulit. Saya tidak bermain selama 57 hari. Sekarang, saya menjadi pemain mula melawan tim yang sulit dihadapi. Tapi, anak-anak muda dalam tim ini memotivasi saya dan membuat saya tertantang berlari lebih banyak, tidak menyerah, bahkan lebih,” ujar Ibra, dikutip Corriere dello Sport, seusai laga tersebut.
Rekor Ibra
Bukan hanya membantu timnya meraih poin penuh, dua gol itu membuat Ibra melahirkan dua rekor baru. Menurut Bleacher Report, Ibra tercatat sebagai satu-satunya pemain di lima liga top Eropa yang bisa membuat lima brace (dua gol dalam satu laga) pada paruh pertama liga musim 2020-2021.
Empat brace lainnya dilesatkan ke gawang Bologna, Inter Milan, AS Roma, dan Napoli. Selain itu, Ibra juga menjadi pemain yang selalu menciptakan gol di setiap tahun sejak 1999 atau selama 23 tahun terakhir.
Musim ini, Ibra menjadi salah satu pemain dengan persentase produktivitas tertinggi di Eropa. Pemain kelahiran Malmo, 3 Oktober 1981, itu telah mencetak 12 gol hanya dari delapan laga atau 1,5 gol per laga di liga domestik dan 13 gol dari 13 laga atau 1 gol per laga di semua kompetisi. Tidak ada pemain yang punya produktivitas setinggi itu di liga elite ”Benua Biru” saat ini.
Kini, Ibra hanya terpaut tiga gol dari pemuncak daftar pencetak gol terbanyak sementara di Serie A, yaitu Cristiano Ronaldo (Juventus) dengan 15 gol dari 14 laga. ”Ibra adalah pemain pandai dan berpengalaman. Dia selalu menentukan dalam pertandingan, termasuk kali ini,” kata Pelatih Cagliari Eusebio di Francesco memuji Ibra, seperti dikutip Football-Italia, seusai laga.
Juara paruh musim
Secara keseluruhan, kemenangan itu membuat AC Milan kokoh di puncak klasemen dengan 43 poin dari 18 laga. Klub yang berdiri sejak 1899 itu berhasil menjaga jarak tiga poin atas saudara mudanya, Inter Milan, di urutan kedua dengan 40 poin dari 18 laga. Mengingat paruh musim di Liga Italia hanya tersisa satu pekan laga, mereka punya peluang besar menjadi juara paruh musim.
Predikat juara paruh musim itu bisa diraih Milan bila bisa menaklukkan tamunya, Atalanta, pada pekan ke-19, 24 Januari mendatang. Jika menang atas Atalanta, tim yang kerap tampil garang, Milan pun bakal kokoh di puncak dan layak disebut sebagai favorit scudetto.
”Kami akan berjuang untuk masuk empat besar (dahulu). Itu jalan yang akan memberi kami kepercayaan diri. Malam ini, kami menang dengan berjuang dan harus terus berjuang sampai akhir jika ingin mencapai Liga Champions atau memenangi scudetto,” tutur Pelatih AC Milan Stefano Pioli merendah saat diwawancara Sky Sport.