Pindahnya megabintang James Harden ke Brooklyn Nets melahirkan ”tim super” baru di NBA. Harden bersama Kyrie Irving dan Kevin Durant menjadi ancaman nyata eksistensi tim-tim lainnya.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·6 menit baca
HOUSTON CHRONICLE VIA AP/MARK MULLIGAN
Megabintang Houston Rockets, James Harden, menggiring bola saat menghadapi San Antonio Spurs pada laga pramusim NBA, 17 Desember 2020. Harden akan pindah ke Brooklyn Nets dan membentuk ”tim super” baru di NBA.
”Tim super” berdampak buruk untuk liga. Begitu ungkapan Komisioner NBA Adam Silver pada 2016 ketika Kevin Durant memutuskan bergabung dengan Stephen Curry dan Klay Thompson ke Golden State Warriors. Setelah pernyataan itu, Warriors meraih dua gelar juara tanpa banyak keringat.
Warriors, yang sudah masuk dua kali final beruntun dan salah satunya jadi juara, semakin dominan bersama Durant. Bersatunya para megabintang dalam satu skuad seakan membentuk kekuatan yang datang dari planet lain. Dalam sepak bola, fenomena ini dikenal dengan istilah ”Los Galacticos” yang dilakukan Real Madrid dengan mengumpulkan para superstar, seperti Zinedine Zidane, Luis Figo, David Beckham, Roberto Carlos, Raul, dan Ronaldo Nazario, pada awal milenium baru ini.
Semua tim di liga takut dengan kehebatan mereka. Di kancah NBA, pemilik Houston Rockets, Tilman Fertitta, berkata, duo Los Angeles, Lakers dan Clippers, adalah tim hebat musim lalu. Akan tetapi, tidak satu pun tim yang bisa menggoyangkan nyalinya lebih dari tim super Warriors pada musim ini.
Dinasti hebat, menurut penulis senior NBA Steve Aschburner, tidak selalu masuk kategori tim super. Baginya, Chicago Bulls yang meraih three-peat dua kali bersama Michael Jordan tidak masuk dalam definisi tim super.
Tim super sangat identik dengan pembentukan serba instan. Biasanya, pemain megabintang datang ke tim kuat lewat pertukaran ataupun ketika sudah habis kontrak. Tim dikatakan ”super” jika punya lebih dari dua pemain top.
AP PHOTO/MARK J TERRILL
Pemain Los Angeles Lakers, Anthony Davis, dan bintang Houston Rockets, berduel memperebutkan bola pada laga kedua tim di semifinal Wilayah Barat NBA, 10 September 2020, di Lake Buena Vista, Florida.
Cara cepat tersebut berbanding terbalik dengan impian NBA. Liga ingin tim-tim bertumbuh organik lewat proses pengembangan pemain yang diambil dari Draft. Hal itu bisa membuat kompetisi lebih seimbang. Namun, semua terkikis akibat munculnya tren tim super.
Dalam dekade lalu saja, setidaknya ada dua tim super yang sukses terbentuk. Selain Warriors (2016-2019), pada awal dekade lalu ada Miami Heat (2010-2014) yang punya trio LeBron James, Dwyane Wade, dan Chris Bosh. Sama seperti kisah Durant, tim terbentuk karena kepindahan James yang ingin juara.
Lahir kembali
Era tim super sebenarnya berakhir musim lalu, setelah Durant tidak memperpanjang kontrak dengan Warriors. Dia menyeberang ke Brooklyn Nets untuk berpasangan bersama Kyrie Irving yang juga pindah dari Boston Celtics.
Semusim penuh, pada 2019-2020, tidak ada lagi tim super. Raksasa liga punya kekuatan hampir setara dengan format duo megabintang. Misalnya, Lakers punya James dan Anthony Davis; lalu Clippers diperkuat Kawhi Leonard dan Paul George; adapun Rockets dipersenjatai Harden dan Russel Westbrook.
AP PHOTO/MARK J TERRILL
Duo megabintang Los Angeles Lakers, Anthony Davis dan LeBron James, saling menyemangati pada laga final NBA, 30 September 2020. Davis dan James merupakan tulang punggung Lakers saat menjuarai NBA musim 2019-2020.
Keseimbangan kompetisi tidak bertahan lama. Kemarin, Kamis (14/1/2021), pada awal musim baru, tim super dipastikan akan lahir kembali. Harden resmi menyeberang ke New York untuk bergabung bersama duo megabintang Nets, Durant dan Irving.
Kebangkitan tim super terjadi berkat pertukaran megabesar yang melibatkan empat tim sekaligus. Selain Rockets dan Nets, transaksi itu turut diikuti Indiana Pacers dan Cleveland Cavaliers. Demi mendapat jasa Harden, Nets rela melepas empat pemain, antara lain Caris LeVert dan Jarrett Allen.
Durant dan Harden merupakan pencetak poin paling eksplosif di liga. Kehebatan mantan MVP itu telah terbukti dengan total 7 gelar pribadi sebagai pencetak poin terbanyak dalam semusim, sejak 2009.
Trio baru Nets ini langsung menjadi ancaman nyata bagi tim-tim lain. Kehebatan mereka bisa digambarkan lewat peringkat pemain terbaik NBA versi ESPN yang dirilis pada Desember 2020.
Ketiga pebasket fenomenal tersebut masuk dalam 25 besar daftar pemain terbaik, bahkan Durant dan Harden berada dalam posisi 10 besar. Sebagai pembanding, tidak satu pun tim punya materi skuad semewah ini, termasuk sang juara bertahan Lakers.
AFP/NOAH GRAHAM
Kevin Durant, pemain bintang Golden State Warriors, hadir melihat latihan rekan-rekannya pada 1 Juni 2019 di Scotiabank Arena, Toronto, Ontario, Kanada. Mulai musim NBA 2019-2020, pemain berinisial KD ini memutuskan memperkuat Brooklyn Nets.
Walaupun belum memainkan satu pun laga bersama-sama, trio ini sudah menggentarkan nyali Giannis Antetokounmpo, peraih dua kali MVP beruntun asal Milwaukee Bucks. Dia memastikan persaingan Wilayah Timur akan lebih kejam dari sebelumnya.
”Mereka menjadi kekuatan besar di timur sekarang. Dengan trio Durant, Irving, dan Harden dalam satu tim, itu akan sangat menyulitkan (untuk dihadapi),” ujar Giannis kepada ESPN.
Nets akan punya senjata mematikan dengan trio tesebut. Durant dan Harden merupakan pencetak poin paling eksplosif di liga. Kehebatan mantan MVP itu telah terbukti dengan total 7 gelar pribadi sebagai pencetak poin terbanyak dalam semusim, sejak 2009.
Irving melengkapinya lewat kemampuan olah bola terbaik dalam satu dekade terakhir. Dia bisa mengacak-acak pertahanan lawan sekaligus mengatur tempo serangan.
Sementara itu, ketiga pemain sama-sama punya keahlian mencetak poin lewat situasi satu lawan satu. Hal ini akan menjadi malapetaka bagi lawan. Mereka akan kebingungan harus fokus menjaga Durant, Irving, atau Harden.
SARAH STIER / GETTY IMAGES NORTH AMERICA / AFP
Kyrie Irving, bintang Brooklyn Nets, melakulan pemanasan jelang laga versus Washingtin Wizards, awal Januari 2021.
Rotasi tim pun akan lebih variatif dan fleksibel. Mereka akan mendapat waktu istirahat yang cukup. Jika Harden sedang kurang ”wangi”, Durant dan Irving bisa mengambil alih. Begitu pun sebaliknya.
Ketiganya dipercaya menjadikan Nets tim paling dominan yang pernah ada. ”Mereka akan jadi percampuran terbaik dalam sejarah liga ini. Trio ini punya potensi lebih baik dari tim Warriors dan Heat,” kata analis NBA, Jay Williams.
Kerontokan tim
Meski begitu, perlu disadari, berkumpulnya pemain megabintang tidak serta-merta berujung kesuksesan. Ego besar pemain justru bisa merusak keharmonisan tim.
Pelatih debutan Nets, Steve Nash, pernah mengalami sendiri sulitnya berada dalam tim penuh bintang. Nash, pada 2012, pernah masuk dalam eksperimen tim super Lakers. Ketika itu, dia berkumpul bersama pemain terbaik, seperti Kobe Bryant, Dwight Howard, dan Pau Gasol.
Tim-tim yang diperkirakan bisa berbicara banyak justru gagal total. Mereka gagal menemukan keharmonisan satu sama lain. Bumbu kegagalan itu salah satunya karena perselisihan Bryant dengan Howard.
AP/MARK J. TERRILL
Pemain Los Angeles Lakers, Dwight Howard, melakukan ”dunk” saat menghadapi Miami Heat pada gim ketiga final NBA di Lake Buena Vista, Florida, AS, Minggu (4/10/2020).
Permasalahan serupa dikhawatirkan terjadi di Nets. Sebagai pelatih musim pertama, Nash punya tugas berat menjaga ego tiga megabintang sekaligus. Hal tersebut tidak mudah, apalagi beberapa di antara mereka punya karakter unik.
Nash menyadari itu. ”Basket permainan yang simpel, tetapi akan jadi sulit ketika harus menyatukan karakter berbeda dalam satu lapangan,” ucapnya menanggapi kedatangan Harden, seperti dikutip Forbes.
Irving akan jadi tantangan terbesar bagi Nash. Dia punya ego besar. Salah satu alasan utama kepindahannya dari Cavaliers ke Boston Celtics pada 2017 karena ingin menjadi pemain utama dalam tim. Dia tidak mau berada dalam bayang-bayang ”Sang Raja” James.
Ego ini bisa memantik problem besar di Nets mengingat posisi Irving sama dengan Harden. Mereka sama-sama point guard yang dominan memegang bola.
Pertarungan ego akan memperburuk posisi Irving di Nets. Sebelum kedatangan Harden, Irving sudah berkali-kali membuat kontroversi. Terakhir, pebasket 28 tahun itu absen dalam empat pertandingan beruntun karena alasan personal. Dia menghilang tanpa meminta izin dulu kepada sang pelatih.
Kabar baiknya, Harden dan Durant tidak butuh waktu lagi mencari keharmonisan. Mereka sudah mengerti satu sama lain ketika bermain bareng di Oklahoma City Thunder. Bahkan, Durant sendiri yang meminta kepada klub untuk mendatangkan Harden.
AP/MIKE EHRMANN/POOL
Bintang Houston Rockets, James Harden (13), menguasai bola saat menghadapi Dallas Maverick pada laga NBA, 31 Juli 2020.
Momen bersejarah
Lahirnya tim-tim super ini, di satu sisi, sering kali dinilai merusak keseimbangan liga. Namun, di sisi sebaliknya, liga termasuk tim-tim lain di dalamnya selalu bisa menemukan keseimbangan sendiri.
Hal itu dicontohkan pada dekade lalu ketika tim super Heat dan Warriors sangat mendominasi. Heat meraih dua gelar dalam empat musim, sementara Warrios menghasilkan dua gelar selama tiga musim setelah kedatangan Durant.
Kala itu, muncul keajaiban dari tim-tim ”kuda hitam”. Dallas Mavericks bisa mencuri gelar dari tangan Heat pada 2010, sementara Toronto Raptors mampu menaklukkan Warriors pada 2019.
Dua gelar itu sangat berarti bagi Mavericks dan Raptors sekaligus liga. Gelar tesebut merupakan yang pertama sepanjang sejarah bagi organisasi masing-masing. Hal ini membuktikan bahwa dominasi tim super tanpa sadar telah memicu kebangkitan tim-tim non-unggulan.
Ketika berhasil mengalahkan tim super, kemenangan tersebut akan terasa lebih manis. Momen-momen bersejarah serupa yang dinantikan bisa terjadi lagi dalam waktu dekat.