Max Verstappen menjalani musim penuh F1 sebagai pebalap termuda, 17 tahun 166 hari. Dia kemudian menjadi pemenang balapan termuda, 18 tahun 228 hari. Namun, dia gagal menggusur Sebastian Vettel sebagai juara termuda.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·4 menit baca
LONDON, SENIN — Formula 1 menjadi lebih berwarna sejak Max Verstappen menjalani musim penuhnya pada 2015 bersama Toro Rosso. Pebalap muda asal Belanda itu kini menjadi pebalap elite yang mampu konsisten mengusik dominasi dua pebalap Mercedes, Lewis Hamilton dan Valtteri Bottas. Namun, pebalap Red Bull itu masih jauh dari gelar juara dunia karena dominasi tim ”Panah Perak” terlalu kuat.
Verstappen menjadi sorotan sejak dikontrak oleh Toro Rosso pada 2014 dalam usia sangat muda 16 tahun. Dia kemudian menjalani musim penuhnya di F1 pada 2015 dalam usia 17 tahun 166 hari, setahun sebelum diberlakukan aturan baru pebalap F1 minimal berusia 18 tahun. Verstappen, yang bersinar sejak di level gokar, Formula Renault, dan F3, kembali menjadi sorotan saat finis terdepan di Barcelona pada 2016. Dia pun menjadi pebalap termuda yang memenangi balapan F1 dalam usia 18 tahun 228 hari. Verstappen mengalahkan rekor Sebastian Vettel saat menang di Italia musim 2008 pada usia 21 tahun 73 hari.
Sejak kemenangan itu, dia diyakini semakin dekat dengan gelar juaranya. Namun, dia tak kunjung meraih gelar juara dunia karena Mercedes dan Lewis Hamilton masih terlalu kuat dan selalu menjuarai F1 pada 2017-2020. Verstappen pun gagal menjadi pebalap muda peraih gelar juara F1. Rekor itu masih menjadi milik Vettel saat juara dunia 2010 dalam usia 23 tahun 134 hari.
Namun, Verstappen tidak terganggu oleh rekor yang gagal dia pecahkan itu. Dia menyadari waktu terus berlalu, tetapi tetap tenang dan fokus memburu mimpi besarnya itu. Pebalap yang genap 23 tahun pada 30 September lalu itu berharap perubahan aturan F1 mulai 2022 bisa membuat persaingan lebih merata, serta perubahan lantai mobil 2021 yang memangkas downforce bisa memperbesar peluangnya bersaing dengan Hamilton dan Bottas.
Tentu saja saya ingin bertarung untuk menjadi juara (pada 2021), tetapi kami harus menemukan itu. Maksud saya, saya masih sangat muda. Dan, tentu saja, Anda tahu, orang mengatakan waktu terus berdetak, tetapi saya sangat relaks. Dan, inilah hidup. Juga, Anda tahu, kadang Anda tidak bisa memaksakan sesuatu. Jadi, saya tetap tenang.
”Tentu saja saya ingin bertarung untuk menjadi juara (pada 2021), tetapi kami harus menemukan itu. Maksud saya, saya masih sangat muda. Dan, tentu saja, Anda tahu, orang mengatakan waktu terus berdetak, tetapi saya sangat relaks. Dan, inilah hidup. Juga, Anda tahu, kadang Anda tidak bisa memaksakan sesuatu. Jadi, saya tetap tenang,” tutur Verstappen dikutip Motorsport, Senin (11/1/2021).
Musim lalu, Verstappen menjadi satu-satunya pebalap yang mampu konsisten mengusik para pebalap Mercedes. Dia menjadi langganan posisi start tiga besar, serta podium bersama Hamilton dan Bottas. Verstappen dua kali memenangi balapan, enam kali finis di posisi dua, dan tiga kali finis ketiga. Dia mengakhiri musim 2020 di posisi ketiga dengan 214 poin, terpaut 133 poin dari Hamilton yang menjadi juara dunia dengan 11 kemenangan.
Selisih poin itu menegaskan tantangan yang dihadapi Verstappen sangat besar, bukan hanya faktor mobil, melainkan juga kematangan mental untuk meminimalisir kesalahan. Terkait dengan performa mobil, dia optimistis Red Bull dan Honda bisa menghadirkan mobil yang lebih kompetitif pada musim 2021. Kemenangan pada seri terakhir di Abu Dhabi lalu membangkitkan optimisme itu.
”Saya berpikir kami bisa melakukan langkah besar, tetapi saya juga mengharapkan yang lain yang melakukan langkah. Jadi, saya berharap langkah kami sedikit lebih besar dari yang lainnya,” kata Verstappen.
Peburuan gelar juara bersama Red Bull ini merupakan jalan yang dipilih oleh Verstappen. Dia memilih bergabung dengan Toro Rosso yang merupakan tim muda Red Bull dan menolak tawaran Mercedes pada 2014. Red Bull bisa memberi jaminan menjadi pebalap F1 di tim Toro Rosso mulai musim 2015, sedangkan Mercedes hanya bisa memberi posisi pebalap cadangan serta pebalap GP2 dengan gaji.
Keputusan itu diambil bersama oleh Verstappen bersama manajernya Raymond Vermeulen; serta ayahnya, Jos Verstappen. Mereka tidak menyesali keputusan itu karena Verstappen berkembang pesat. Namun, hanya gelar juara yang akan mengonfirmasi bahwa itu keputusan yang tepat.
Jos Verstappen menegaskan, untuk menguatkan peluang meraih gelar juara pada 2021, Verstappen dan Red Bull perlu meraih kemenangan pada seri pembuka. Itu akan membangkitkan kepercayaan diri bahwa mereka memiliki mobil yang kompetitif. ”Menyenangkan memenangi balapan terakhir, tetapi akan lebih baik memenangi balapan pertama tahun depan (2021),” ujarnya.
”Memenangi balapan penutup musim memang menyenangkan bagi perasaan orang-orang di pabrik. Itu memberi dorongan ekstra bagi semua orang. Namun, seperti saya sampaikan sebelumnya, saya pikir akan lebih penting kami bisa memenangi balapan pertama tahun depan. Itu akan mengindikasikan bahwa kami memiliki mobil untuk bersaing. Dan, itu sesuatu yang tidak kami miliki,” tutur Jos Verstappen.
Dia juga berharap pada 2021 perubahan pada lantai mobil yang memangkas downforce bisa mendekatkan Red Bull kepada Mercedes. ”Saya pikir perubahan regulasi yang ada pada 2021 cukup signifikan. Seluruh mobil harus beradaptasi dengan perubahan pada lantai. Ini utamanya terkait aerodinamika. Jadi, mereka melakukan itu dengan tepat dan kami berharap Honda juga akan menghadirkan sesuatu yang lebih. Jika itu terjadi, kami akan terlihat sedikit lebih kuat dari sebelumnya,” papar Jos Verstappen.