Nyaris setahun kompetisi olahraga nasional, khususnya Liga 1 Indonesia, mati suri. Insan sepak bola pun kompak menggemakan harapannya di jagat maya agar liga bisa segera bergulir kembali pada tahun ini.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
Sepuluh bulan sudah lamanya stadion-stadion sepak bola di Tanah Air mangkrak bak kuburan. Tiada lagi teriakan pelatih ataupun pertunjukkan pemain yang memacu adrenalin penonton.
Para aktor utama dalam industri sepak bola itu dipaksa menepi, sangat lama, dari mata penghidupannya menyusul vakumnya kompetisi nasional sejak akhir Maret tahun lalu.
Para pemain, misalnya, beralih profesi dengan bekerja serabutan, berjualan, hingga menguras tabungan pribadi demi bertahan hidup. Sementara itu, mayoritas klub Liga 1 dan Liga 2 juga telah melepas tanggung jawabnya kepada para pemain. Klub-klub memutuskan menunda perpanjangan kontrak sebagian besar pemain yang telah berakhir pada 31 Desember 2020.
Bukan hanya mereka, pihak terkait lainnya, seperti staf klub, ofisial laga, pedagang kecil di kawasan stadion, ikut menderita. Tanpa liga, roda ekonomi dan perputaran uang dari sepak bola nasional mandek total. Bisa dipastikan angka pengangguran ikut melonjak akibat kevakuman itu.
Padahal, sepak bola adalah industri olahraga penting di Tanah Air. Mengacu laporan Repucom/Nielsen Sport bertajuk ”World Football” yang dirilis pada 2014, sebanyak 77 persen populasi Indonesia tertarik akan sepak bola. Dengan estimasi populasi sekitar 250 juta jiwa, sedikitnya 192 juta jiwa di negeri ini menggandrungi sepak bola.
Namun, keinginan menggerakkan kembali roda kompetisi sepak bola di Tanah Air, sejak 1 Oktober 2020, terganjal ketiadaan izin keramaian dari Kepolisian Negara RI. Kelanjutan liga, yang diharapkan digelar kembali mulai 1 Februari 2021, juga harus menguap menyusul penerapan pembatasan kegiatan masyarakat di Jawa-Bali, 11-25 Januari, untuk menangkal kenaikan kasus Covid-19.
Gerakan ”AyoMainLagi”
Menyikapi situasi pelik ini, insan sepak bola kompak menyuarakan keprihatinan sekaligus harapan munculnya titik terang akan bergulirnya kembali liga. Suara-suara itu bergema kencang lewat gerakan kicauan #AyoMainLagi di jagat media sosial.
”Negara paling fanatik dengan sepak bola, tetapi tidak memiliki kompetisi sepak bola. Ironis,” bunyi pesan utama dalam kampanye virtual itu.
Marc Klok, pemain naturalisasi Indonesia yang membela Persija Jakarta, menilai, sepak bola penting bagi masyarakat Indonesia. ”Saya berharap kita semua bisa segera kembali bertemu di lapangan dan berkompetisi kembali. Salam cinta untuk sepak bola Indonesia,” ungkap Klok lewat akun Twitter-nya, akhir pekan lalu.
Harapan senada disampaikan kiper Persib Bandung, I Made Wirawan. ”Indonesia negara besar dengan bakat sepak bola besar. #AyoMainLagi”, tulis Made di Instagram.
Tidak hanya pemain lokal, para pesepak bola asing pun ikut menggemakan harapan bergulirnya kembali liga. Marco Motta, mantan bek sayap Juventus yang membela Persija, berharap pemangku kepentingan di Tanah Air bisa segera memberikan izin bergulirnya liga yang menurut rencana akan dijalankan dengan hati-hati dan memakai protokol kesehatan ketat, berikut tanpa kehadiran penonton, itu.
Menurut Motta, sepak bola bukan sekadar olahraga, melainkan juga sumber hiburan dan pelipur lara masyarakat yang telah lama dibuat menderita akibat pandemi.
”Indonesia dan masyarakat Indonesia hidup dengan sepak bola. Dengan kata ’Oke’ yang sederhana, kalian (aparat) bisa membuat masyarakat negara ini senang. Mari izinkan kami bermain dan bersemangat kembali!” ungkap Motta.
Kian tertinggal
Tanpa liga, daya saing olahraga nasional pun dikhawatirkan bakal kian tertinggal dari negara-negara tetangga. Indonesia adalah satu-satunya negara di kawasan Asia Tenggara yang liga sepak bolanya tidak bisa bergulir di era pandemi.
Negara-negara lain, seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Singapura, sukses menuntaskan liga mereka pada tahun lalu. Mereka bahkan telah bersiap menggulirkan musim baru pada 2021 ini.
Jangan pernah bermimpi dan berkhayal mendukung timnas yang penuh prestasi jika liga lokal (domestik) saja tidak ada.
Padahal, seperti negara lainnya di Asia, tim nasional sepak bola Indonesia akan tampil di Piala Asia U-19 2020 yang ditunda dari Oktober lalu ke awal Maret 2021. Piala Asia ini menjadi pemanasan penting bagi ”Garuda Muda” menatap Piala Dunia U-20 Indonesia yang ditunda ke 2023.
”Jangan pernah bermimpi dan berkhayal mendukung timnas yang penuh prestasi jika liga lokal (domestik) saja tidak ada,” kata Uki Nugraha, pimpinan Laskar Ayam Jantan, salah satu organisasi suporter PSM Makassar yang juga rutin mendukung timnas.
Koordinator Save Our Soccer Akmal Marhali berharap Presiden Joko Widodo mengambil langkah tegas dan memberikan kepastian nasib kompetisi sepak bola pada tahun ini. Kebijakan Presiden sangat diperlukan. Di Eropa dan Asia Tenggara, rekomendasi kepala pemerintahan menjadi salah satu syarat liga bisa berjalan di era pandemi.
”Sepak bola dibuat mati suri. Jangankan kembali digulirkan, sekadar mendapatkan kepastian pun tidak ada. Padahal, individu di sepak bola, serupa profesi lainnya, juga butuh menghidupi keluarganya,” ujar Akmal.