Persipura Jayapura, wakil Indonesia di Piala AFC 2021, menghentikan seluruh aktivitasnya akibat kendala finansial. Dana sponsor tidak bisa dicairkan akibat ketidakjelasan kompetisi Liga 1 Indonesia.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS - Manajemen Persipura Jayapura menghentikan sementara seluruh aktivitas sejak Rabu (6/1/2021) lalu. Klub sepak bola asal Papua itu mengalami kesulitan finansial akibat tersendatnya dana sponsor menyusul ketidakjelasan kompetisi Liga 1 Indonesia.
Ketua Umum Persipura Benhur Tommy Mano pada Kamis (7/1/2020) di Jayapura berkata, pihaknya kini kesulitan membayar gaji pemain, pelatih, dan staf lainnya. Bank Papua, sponsor klub itu, belum mengucurkan dana sponsor Rp 5 miliar.
Selain Bank Papua, Persipura hanya disokong PT Freeport Indonesia, PT Kuku Bima, dan dana swadaya dari manajemen. Dana-dana itu diperlukan untuk membayar gaji personel tim selama terhentinya kompetisi Liga 1 sejak Maret 2020 lalu akibat pandemi Covid-19.
Akibat kondisi sulit itu, Persipura terancam batal tampil di Piala AFC 2021 yang akan digelar mulai April mendatang. Bersama Bali United, Persipura ditunjuk PSSI sebagai wakil Indonesia di turnamen antarklub sepak bola Asia itu.
”Kami sungguh menyayangkan situasi ini, apalagi Persipura punya kesempatan berlaga di kompetisi (Piala) AFC. Namun, tidak mungkin tim berjalan tanpa membayar gaji pemain, pelatih dan ofisial,” kata Benhur yang juga Wali Kota Jayapura.
Telah berjanji
Dalam perjanjian kerja sama dengan Persipura, Bank Papua telah berjanji mengucurkan dana sponsor senilai Rp 10 miliar per tahun. Bank Papua telah mengucurkan dana senilai Rp 5 miliar pada tahun lalu. Adapun sisanya, yaitu Rp 5 milliar, akan diberikan bertahap.
Namun, dalam suratnya baru-baru ini kepada manajemen Persipura, Benhur menuturkan, Bank Papua memastikan tidak dapat membayarkan kekurangan dana Rp 5 miliar itu seperti disepakati dalam kontrak.
Apabila kompetisi Liga 1 kembali dilanjutkan, Bank Papua akan memenuhi kewajiban untuk merealisasikan pencarian dana sponsor tahap kedua (Rp 3,5 miliar) dan ketiga (Rp 1,5 miliar).
Benhur pun mengakui, manajemen Persipura kaget dengan keputusan Bank Papua yang tidak membayar sisa kontrak sponsor itu. Padahal, pihak Komisaris Bank Papua sempat menyatakan akan membayarkan kewajibannya, termasuk dana untuk pembinaan pemain Persipura, selama kompetisi masih terhenti.
”Berbulan-bulan Bank Papua tidak memberikan kejelasan pencairan dana Rp 5 miliar itu dan baru membuat keputusan awal tahun ini. Seharusnya, mereka memberikan informasi itu lebih awal, sehingga manajemen dapat segera mencari jalan keluar,” tutur Benhur kecewa.
Benhur lantas meminta dukungan masyarakat Papua agar Persipura segera mengatasi masalah finansial itu dan bisa berlaga di Piala AFC tahun ini. Hal itu mengingat Persipura adalah klub sepak bola kebanggaan masyarakat di tanah Papua.
Secara terpisah, Gerald Pangkali, mantan pemain Persipura, mengaku prihatin dengan kondisi yang dialami Persipura itu. Ia menilai, Persipura tidak seharunya mengalami kendala finansial karena membawa nama baik Papua di sepak bola nasional maupun internasional.
”Saya berharap Persipura dapat tetap bertahan. Persipura bukan sekedar klub sepak bola, melainkan juga simbol perjuangam masyarakat Papua,” ujar Gerald kemudian.
Dikonfirmasi terpisah, Pemimpin Divisi Sekretariat Perusahaan Bank Papua Erna Kapisa berkata, pihaknya sebetulnya tetap berkomitmen mendukung dan menjadi sponsor utama Persipura.
Namun, di sisi lain, pihaknya belum bisa mencairkan sisa dana sponsor tahap kedua dan ketiga, yaitu total sebesar Rp 5 miliar, akibat terhentinya liga. Hal itu sesuai persyaratan pencairan dana sponsor yang telah disepakati di dalam perjanjian kerja sama kedua belah pihak.
”Apabila kompetisi Liga 1 kembali dilanjutkan, Bank Papua akan memenuhi kewajiban untuk merealisasikan pencarian dana sponsor tahap kedua (Rp 3,5 miliar) dan ketiga (Rp 1,5 miliar),” ujar Erna.