Agenda Padat Jadi Pertimbangan agar Atlet Diprioritaskan Mendapat Vaksin Covid-19
Kemenpora minta agar atlet jadi prioritas untuk dapat vaksinasi Covid-19 tahap pertama medio Januari ini. Tujuannya agar persiapan atlet Indonesia bisa kembali optimal untuk bersaing di agenda yang padat pada 2021 ini.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebagai wakil yang membela negara pada kejuaraan internasional, atlet elite nasional layak dipertimbangkan untuk masuk dalam kelompok yang didahulukan menjalani vaksinasi Covid-19. Padatnya agenda kejuaraan internasional tahun ini perlu menjadi pertimbangan agar mereka dapat tampil optimal dan mampu bersaing dengan atlet negara lain.
Sejumlah negara sudah menjadikan atlet sebagai salah satu elemen yang mendapatkan prioritas vaksinasi, seperti India. Tahun ini, atlet nasional Indonesia akan mengikuti tiga kejuaraan multiajang, Olimpiade Tokyo 2020, SEA Games 2021, dan PON Papua 2021. Sejumlah atlet juga harus menjalani kualifikasi menuju Tokyo, seperti angkat besi dan panahan.
Adapun tim bulu tangkis harus mengikuti kejuaraan dunia beregu Piala Thomas-Uber dan beregu campuran Piala Sudiman sekaligus, selain Olimpiade Tokyo dan kejuaraan dunia, di tahun yang sama.
Kebutuhan agar atlet tetap dapat tampil maksimal itu kembali dirasakan setelah atlet bulu tangkis ganda putra Indonesia, Kevin Sanjaya Sukamuljo, dinyatakan positif Covid-19 sehingga urung mengikuti tiga turnamen di Thailand.
Dalam pengumuman yang disampaikan Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI), Senin (4/1/2021), hasil dua kali tes usap PCR Kevin yang dilakukan mandiri pada 28 Desember dan 31 Desember dinyatakan positif. Karena itu, Kevin, yang bersama Marcus Fernaldi Gideon adalah ganda putra nomor satu dunia, urung memperkuat tim Merah Putih pada tiga turnamen beruntun di Impact Arena, Bangkok, Thailand. Tiga kejuaraan itu adalah Yonex Thailand Terbuka (12-17 Januari), Toyota Thailand Terbuka (19-24 Januari), dan Final BWF World Tour 2020 (27-31 Januari 2021).
”Kalaupun tes usap terakhir Kevin negatif, menurut saya, dia tetap tidak laik untuk bertanding di tiga kejuaraan yang sangat berat ini. Persiapannya tidak cukup. Makanya, keputusannya jelas. Kevin tidak dibawa ke Bangkok dan harus menjalani isolasi mandiri untuk memulihkan kesehatannya,” kata Herry Iman Pierngadi, kepala pelatih ganda putra Pelatnas PBSI.
Gejala terinfeksi Covid-19 telah dirasakan Kevin pertengahan Desember. Atlet kelahiran Banyuwangi, Jawa Timur, 2 Agustus 1995, itu mulai tidak bisa mencium bau makanan. Makan juga terasa hambar ditambah sedikit flu. Kemudian, pada 20 Desember, dia melakukan tes usap PCR dan dinyatakan positif sehingga melakukan isolasi mandiri.
Sejak itu, Kevin sudah dipisahkan dari penghuni Pelatnas Cipayung. Kevin juga tidak diikutkan pada tes usap terakhir pada 2 Januari pada 40 atlet dan pendukung yang akan diberangkatkan ke Thailand.
”Terima kasih atas doa dan dukungannya. Semoga saya bisa cepat pulih dan bisa berlatih kembali seperti semula. Ini sekaligus pelajaran bagi saya untuk selalu waspada ke depannya,” kata Kevin.
Legenda bulu tangkis nasional dan mantan pelatih ganda putra pelatnas Christian Hadinata menyampaikan, sebagai atlet di nomor ganda, atlet punya tanggung jawab lebih untuk saling menjaga kesehatan. Halangan pada satu atlet akan turut dirasakan oleh pasangan mainnya.
Terlebih dalam masa pandemi, keduanya patut saling memahami untuk sama-sama fokus menjaga kesehatan agar tidak merugikan tim. Seperti saat ini, walau tetap berangkat ke Bangkok, Marcus urung bertanding.
”Terlepas dari itu, saya berharap semuanya bisa saling mendukung. Sekarang, fokus dulu kepemulihan Kevin agar Kevin dan Marcus bisa berlaga kembali,” ujarnya.
Siapkan skenario
Usulan agar atlet pelatnas turut diprioritaskan untuk mengikuti vaksinasi Covid-19 karena padatnya agenda 2021 telah diajukan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga.
”Kami telah mengusulkan agar atlet elite mendapatkan prioritas menerima vaksinasi Covid-19. Respons Kementerian Koordinator Pembangunan Masyarakat dan Kebudayaan positif walaupun belum ada keterangan resmi,” ujar dr Bayu Rahadian SpKj, Asisten Deputi Pengelolaan Pembinaan Sentra dan Sekolah Khusus Olahraga pada Deputi Bidang Pembudayaan Olahraga yang juga Koordinator Pendataan (PIC) Kemenpora untuk vaksinasi Covid-19 bagi atlet, saat dihubungi, Senin.
Kalaupun tes usap terakhir Kevin negatif, dia tetap tidak laik untuk bertanding di tiga kejuaraan yang sangat berat ini. Persiapannya tidak cukup. Makanya, keputusannya jelas. Kevin tidak dibawa ke Bangkok dan harus menjalani isolasi mandiri untuk memulihkan kesehatannya.
Bayu mengatakan, pada Desember Kemenpora mengirim dua surat kepada Kemenko PMK terkait hal tersebut. Terlampir pula nama 1.500 atlet, pelatih, dan tenaga pendukung pelatnas, serta 252 atlet dan pelatih di Sekolah Khusus Olahraga Cibubur.
Daftar tersebut telah diteruskan Kemenko PMK ke Kementerian Kesehatan. Namun, dari rapat koordinasi, Senin ini, Kemenko PMK meminta data detail mengenai lokasi atlet dan nomor induk kependudukan.
”Kami juga harus menyiapkan mekanisme vaksinasi nanti. Kemungkinan vaksinasi itu dilakukan dengan mendatangi langsung lokasi latihan atlet atau dipusatkan di Klinik PPITKON Kemenpora atau di SKO Cibubur,” katanya.
Bayu menuturkan, Kemenpora berusaha agar atlet, pelatih, dan tenaga pendukung itu mendapatkan vaksinasi tahap pertama pada Januari. Perlu waktu untuk menerima dua dosis vaksin agar berfungsi optimal, sedangkan atlet menjalani agenda latihan, kualifikasi, dan kompetisi yang padat.
”Kalau tidak bisa di tahap pertama, minimal atlet mendapatkan vaksinasi tahap kedua pada Februari,” ujar Bayu.
Menurut Sekretaris Kemenpora Gatot S Dewa Broto, usulan agar atlet masuk kelompok prioritas tinggal menunggu data detail nama atlet, alamat, dan cabang olahraga. ”Data sedang disusun dan segera ditandatangani Menpora sebelum diserahkan ke Kemenko PMK,” katanya. Kemenpora menargetkan kelengkapan administrasi itu tuntas pekan ini.