Manchester City memperingatkan para rivalnya bahwa mereka siap kembali ke pertarungan juara Liga Inggris. Pesan itu disampaikan City seusai membekap Chelsea, 3-1, dalam kondisi tim pincang.
Oleh
DOMINICUS HERPIN DEWANTO PUTRO
·5 menit baca
LONDON, SENIN — Manchester City menabuh genderang perang ke para rivalnya di Liga Inggris seusai mengalahkan Chelsea, 3-1, di Stadion Stamford Bridge, Senin (4/1/2021) dini hari WIB. City ingin para rivalnya tahu bahwa mereka telah menemukan permainan terbaik dan siap bertarung kembali di papan atas klasemen.
Manajer Manchester City Pep Guardiola mengakui, penampilan timnya malam itu merupakan bentuk standar permainan baik City yang sayangnya sempat hilang pada musim ini. ”Dengan bermain seperti ini (mengalahkan Chelsea), kami mampu menjuarai liga dua kali (musim 2017-2018 dan 2018-2019). Hari ini, kami kembali seperti yang dulu,” kata Guardiola.
Kemenangan atas Chelsea itu menjadi pembuktian konsistensi City yang dibangun sejak akhir November lalu. Sejak mengalahkan tim papan bawah, Burnley, 5-0, City tidak terkalahkan dalam enam laga berikutnya, termasuk saat melawan Chelsea yang sebenarnya tampil dengan kekuatan baru. City berhasil menang empat kali dan imbang dua kali dalam enam laga terakhirnya itu di Liga Inggris.
Tiga poin yang diraih di Stamford Bridge mengantar City naik ke peringkat kelima dengan koleksi 29 poin. Mereka hanya terpaut empat poin di bawah Liverpool yang berada di puncak klasemen. Namun, City masih memiliki tabungan laga. Mereka baru menjalani 15 laga, sedangkan Liverpool telah melewati laga ke-17 saat melawan Southampton pada Selasa (5/1/2021) dini hari WIB.
”Liga Inggris itu sungguh aneh dalam banyak hal. Setiap tim kini hanya perlu fokus untuk menjalani laga demi laga tetapi juga harus tetap rileks,” ujar Guardiola mengomentari persaingan Liga Inggris musim ini yang sangat ketat dan terbuka.
Tim-tim besar seperti City atau tetangganya, Manchester United, sempat terpuruk pada awal musim ini. Namun, mereka dapat bangkit dan meramaikan persaingan juara. MU bahkan menyamai perolehan poin Liverpool, yaitu 33, sebelum laga dini hari tadi.
Masalah identik
Musim ini, setiap tim menghadapi masalah serupa, yaitu jadwal padat, risiko cedera pemain yang kian besar dan bahaya terpapar Covid-19. Semua itu bisa membuat tim tampil pincang. City, seperti halnya tim-tim lain yang kini tengah bangkit, berhasil mengatasi masa-masa sulit itu. Saat melawan Chelsea, mereka kehilangan lima pemain inti, seperti Gabriel Jesus, Ederson, dan Kyle Walker.
Keberanian berubah merupakan cara yang dilakukan Guardiola untuk bangkit. Pada laga kontra Chelsea itu, misalnya, Guardiola memasang para gelandang, seperti Phil Foden dan Kevin De Bruyne, di lini serang. Perubahan ini berhasil membuat Chelsea kebingungan karena pergerakan bola dan posisi pemain City yang sangat dinamis.
Ketiga gol City terjadi pada babak pertama, yaitu dimulai dari menit ke-18 ketika Foden memberikan asis ke Ilkay Gundogan untuk mencetak gol pertama. Foden, yang tampil gemilang malam itu, lalu mencetak gol kedua pada menit ke-21 ketika mendapat umpan dari De Bruyne. De Bruyne lantas mencetak gol terakhir City pada menit ke-34.
De Bruyne merasa aneh ketika Guardiola memintanya menjadi ujung tombak serangan saat striker lainnya, Sergio Aguero, berada di bangku cadangan karena baru saja pulih dari cedera lutut. ”Awalnya aneh. Namun, ketika manajer meminta saya menjadi striker, saya berusaha melakukan yang terbaik,” ujarnya.
Foden pun mengapresiasi kegeniusan Guardiola dalam mengolah taktik. ”Guardiola selalu punya taktik hebat di laga-laga besar macam ini. Ia sangat genius dalam hal ini dan bisa dilihat dari cara kami bermain pada laga ini,” kata Foden dilansir laman klub.
Padahal, penguasaan bola City pada laga ini hanyalah 45,4 persen. Namun, mereka efektif menyerang, yaitu membuat 18 kali tembakan. Jumlah itu dua kali lipat dari milik Chelsea.
Lampard pun kini seolah sedang menguji kesabaran Roman Abramovich, pemilik Chelsea yang terkenal kurang sabar dalam memberi waktu kepada para manajernya.
Kebangkitan City tersebut membuat Chelsea kini kian terbenam, yaitu ke peringkat ke-8 dengan 26 poin. Manajer Chelsea Frank Lampard lantas menjadi sosok yang paling bertanggung jawab dalam kekacauan ini. Mereka hanya mampu meraih empat poin dalam enam laga terakhir di Liga Inggris.
Lampard pun kini seolah sedang menguji kesabaran Roman Abramovich, pemilik Chelsea yang terkenal kurang sabar dalam memberi waktu kepada para manajernya. Selama menjadi pemain Chelsea pada 2001-2014, Lampard merasakan 9 manajer berbeda. Satu demi satu manajernya dipecat karena tidak mampu menghasilkan proses yang lebih cepat seperti yang diharapkan Abramovich.
Sebagai mantan pemain bintang di Stamford Bridge, Lampard paham ia bisa bernasib sama. Menurut The Athletic, Chelsea telah menyiapkan sejumlah calon pengganti Lampard jika kesabaran Abramovich habis.
Sorotan ke Lampard memang besar karena Chelsea telah menghabiskan sekitar 220 juta pounds atau setara Rp 4,1 triliun guna membeli para pemain baru. Maka, Lampard dituntut bisa mengangkat prestasi Chelsea lebih tinggi, bukan justru sebaliknya.
”Ekspestasi terhadap Chelsea tahun ini berbeda karena setiap orang melihat dan berkata, ’kamu telah menghabiskan uang sebanyak ini’. Kenyataannya, pemain yang datang adalah pemain baru, muda, cedera, dan jarang bermain bersama,” ujar Lampard berdalih mengenai pentingnya waktu proses untuk mematangkan skuad.
Berkaca dari pengalaman Juergen Klopp menjadi Manajer Liverpool, sulit bagi seorang manajer di Liga Inggris untuk mendapatkan prestasi yang instan. Klopp butuh waktu sejak 2015 untuk bisa mengantar Liverpool sebagai juara Liga Inggris pada musim lalu.
Kemampuan Lampard membangkitkan Chelsea akan diuji pada laga-laga berikutnya. Mereka telah ditunggu Fulham, lawan yang tidak bisa sepelekan. Tim penghuni zona degradasi itu konsisten mendapatkan hasil imbang dalam empat laga terakhir, termasuk saat melawan Liverpool, 1-1.
Kebangkitan Juventus
Di Liga Italia, Juventus juga mengikuti jejak City, yaitu kembali ke jalur kemenangan dan bersiap bertarung lagi di papan atas klasemen. Juve bangkit dengan mengalahkan Udinese, 4-1, berkat penampilan cemerlang Cristiano Ronaldo. Ia mencetak dua gol dan satu asis.
Kemenangan ini mengantar Juventus ke peringkat kelima dengan 27 poin, terpaut 10 poin dari pemuncak klasemen, AC Milan. ”Awalnya, kami masih ketakutan setelah pada laga sebelumnya dikalahkan Fiorentina (kalah 0-3). Namun, perlahan, kami berkembang dan bisa tampil baik pada babak kedua,” ujar Pelatih Juventus Andrea Pirlo.
Pada laga selanjutnya, Juve akan menghadapi ujian yang sebenarnya, yaitu bertamu ke markas Milan, Kamis (7/1/2021) dini hari WIB. Laga ini disebut-sebut sebagai duel penentu gelar juara. (AP/AFP/REUTERS)