Formula 1 musim 2021 belum akan menjadi musim normal, meskipun vaksinasi Covid-19 mulai dilakukan di berbagai negara. Pembatasan untuk mencegah penyebaran virus masih akan terjadi dan berpotensi mengubah jadwal balapan.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·3 menit baca
LONDON, SENIN — Pengelola Formula 1 berharap balapan musim 2021 bisa berlangsung normal dengan penonton dan bergulir 23 seri di Australia, Asia, Eropa, dan Amerika. Namun, sejak diumumkan dan disahkannya jadwal balapan pada akhir tahun lalu oleh Federasi Balap Mobil Internasional atau FIA, akhir tahun lalu, kalender itu terkesan terlalu optimistis. Pandemi Covid-19 masih berpotensi mengancam jadwal itu.
Pembatasan dan protokol ketat untuk mencegah penyebaran virus korona tipe baru pun terus diterapkan di sejumlah negara. Australia, yang akan menjadi tuan rumah seri pembuka F1 musim 2021, juga masih tertutup bagi warga negara lain untuk masuk. Sejumlah pengecualian diberikan dengan izin khusus seperti para petenis yang akan tampil di Grand Slam Australia Terbuka, 8-21 Februari. Semua atlet dan personel dari luar negeri wajib menjalani karantina mandiri 14 hari.
Syarat karantina dua pekan itu memunculkan keraguan seri pembuka F1 2021 di Albert Park, Melbourne, bisa bergulir sesuai dengan jadwal pada 21 Maret. Jika F1 tidak dikecualikan dari karantina 14 hari, balapan akan sulit digelar karena tidak ada waktu yang cukup untuk persiapan setelah tes pramusim di Barcelona, Spanyol, pada 2-4 Maret. Keputusan apakah seri Australia bisa berlangsung atau tidak, diyakini akan segera diumumkan pada Januari ini.
Menyikapi kondisi itu, Presiden FIA Jean Todt mengakui kemungkinan terjadinya perubahan jadwal balap F1 musim 2021. ”Sayangnya, ini belum berakhir. Lockdown masih akan terjadi, begitu pula pembatasan. Virus masih ada,” ujarnya dikutip Motorsport, Senin (4/12/2020).
Hadirnya vaksin, ungkapnya, tidak menjamin banyak perubahan ke situasi normal sebelum pandemi terjadi. ”Memang ada kemajuan. Kita mengharapkan vaksin dan itu akan bagus bagi populasi. Namun, saya yakin bahwa ke depan kita akan mendengar cukup banyak potensi perubahan pada berbagai kalender (olahraga), bukan hanya Formula 1,” ujar Todt kemudian.
Apa yang tidak benar-benar kami ketahui adalah kondisi Covid tahun depan (2021) dan bagaimana kami melalui itu.
Sebelumnya, CEO Formula 1 Chase Carey yang berakhir masa jabatannya pada akhir 2020, berharap musim 2021 bisa berlangsung mendekati normal. Namun, pejabat F1 yang akan digantikan oleh Stefano Domenicali mulai 2021 itu juga tidak menutup akan potensi gangguan Covid-19.
”F1 olahraga global, tetapi kenyataannya tidak benar-benar bisa seperti balapan global. Kami lebih banyak (menggelar) balapan di zona Eropa (musim lalu). Jadi, kami ingin kembali memastikan bisa memiliki balapan di Amerika, Asia, dan seluruh dunia. Itu penting bagi kami sebagai olahraga global,” kata Carey.
Namun, Carey juga masih mengkhawatirkan Covid-19 menjadi hambatan untuk menggelar balapan secara normal. ”Apa yang tidak benar-benar kami ketahui adalah kondisi Covid tahun depan (2021) dan bagaimana kami melalui itu,” ujarnya.
Pada musim 2020, Carey mampu memimpin F1 untuk menggulirkan 17 balapan di 14 sirkuit. Padahal, awalnya ditakutkan hanya ada delapan balapan menyusul pandemi. Sebagai solusinya, beberapa seri balapan digulirkan di sirkuit yang tidak biasa dipakai atau sudah lama ditinggalkan oleh F1, seperti Mugello, Imola, Istanbul Park, dan Portimao. Sejumlah sirkuit reguler juga terpaksa menggelar balapan beruntun seperti di Red Bull Ring dan Silverstone.
”Saya merasa musim 2020 adalah musim hebat dengan banyak kreativitas. Siapa yang bisa menduga setahun lalu kita akan memiliki tiga balapan di Italia serta (balapan) beruntun di sirkuit yang sama di Austria, di Silverstone. Lalu, balapan di (Asia) seperti Bahrain dan Turki. Jadi, itu sungguh prestasi bagi Formula 1,” ujar Todt.