MotoGP musim 2021 akan menjadi momen krusial bagi kelanjutan karier balap Valentino Rossi. Dengan kontrak setahun di Petronas SRT Yamaha serta hasil buruk 2020, ”The Doctor” memiliki tekanan besar untuk bisa kompetitif.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·5 menit baca
Valentino Rossi mengakhiri musim 2020 dengan buruk, yaitu finis di posisi 15 klasemen akhir. Pebalap berjuluk ”The Doctor” itu lima kali gagal finis dan hanya sekali naik podium. Ini menjadi pencapaian terburuk Rossi sejak debut di kelas tertinggi pada 2000. Pebalap yang akan genap 42 tahun pada 16 Februari mendatang itu akan mendapat tekanan lebih besar untuk menjaga kans bertahan di MotoGP.
Tekanan pada juara dunia sembilan kali di semua kelas itu tidak akan berkurang meskipun dia berada di tim satelit Yamaha. Meskipun tetap akan mendapat motor spesifikasi 2021, Rossi diragukan akan mendapat paket peningkatan performa serta dukungan teknis yang sama dengan pebalap tim pabrikan selama musim 2021 bergulir.
Selain itu, Rossi hanya mendapat kontrak semusim dengan opsi perpanjangan di tim satelit asal Malaysia itu. Kontrak yang hanya setahun ini diakui Rossi sempat membuat dia jengkel meskipun akhirnya menandatangani kesepakatan.
Singkatnya durasi kontrak di Petronas SRT Yamaha itu menjadi sinyal Rossi harus membuktikan dirinya kompetitif dalam perebutan podium. Tim asal Sepang, Malaysia, itu menikmati performa yang sangat bagus pada musim 2020. Pebalapnya di musim itu, Fabio Quartararo, sempat menjadi favorit juara dan tiga kali memenangi balapan meskipun akhirnya hanya finis di posisi delapan.
Pebalap lainnya, Franco Morbidelli, finis sebagai runner-up dengan lima kali naik podium, tiga di antaranya sebagai pemenang. Morbidelli menegaskan dirinya sangat kompetitif meskipun memacu YZR-M1 2019, sedangkan Quartararo memacu motor spesifikasi 2020 sama seperti yang dipakai Rossi dan Maverick Vinales di tim pabrikan, Monster Energy Yamaha.
Tolok ukur
Performa Quartararo dan Morbidelli itu menjadi tolok ukur Rossi di Petronas SRT mengingat tim muda itu ingin menaikkan level mereka. Mereka juga ingin Rossi tidak sekadar datang untuk mengakhiri kariernya. Rossi diharapkan tidak hanya membantu pengembangan serta komersialisasi tim itu, tetapi juga bisa kompetitif dalam persaingan juara.
”Kami tidak ingin Valentino sekadar mengakhiri kariernya bersama kami. Kami ingin dia tampil bagus, memenuhi target, kompetitif, dan bertarung meraih podium. Itu penting menurut saya. Jadi, tidak hanya datang ke sini dan ’oke ini tahun terakhir saya’, dan boom, selesai,” ungkap Kepala Tim Petronas SRT Yamaha Razlan Razali pada Mei lalu.
”Jika dia bisa menunjukkan masih mampu kompetitif pada usianya saat ini, apa pun bisa terjadi. Bisa didiskusikan, apakah dia ingin memperpanjang atau apa pun itu,” ujar Razali kemudian.
Adapun Rossi masih memiliki gairah dan motivasi yang membara di usia 41 tahun. ”Saya tidak ingin pergi ke Petronas hanya untuk menjalani musim terakhir dan hanya untuk mengatakan ciao (selamat tinggal). Jika membalap, saya akan memberikan 100 persen. Jadi, saya sangat sepakat dengan Razlan,” ujar Rossi kepada MotoGP.
Tahun depan (2021), dia (Rossi) akan berada di tim yang lebih familiar dalam hal teknis. Dia akan mendapatkan apa pun yang dia inginkan.
Namun, untuk bisa kompetitif, Rossi memerlukan perbaikan performa M1 yang pada musim 2020 mengalamai masalah ketahanan mesin. Kerusakan pada klep dari salah satu rekanan membuat para pemacu M1 spesifikasi 2020 kehilangan konsistensi meraih podium. Gelar juara pun melayang dan direbut pebalap Suzuki, Joan Mir.
”Tahun depan (2021) akan menjadi tantangan berat. Kami harus siap sejak balapan pertama,” ujar Rossi dikutip SpeedWeek.
Potensi persaingan
Namun, peluang Rossi untuk kembali kompetitif, bahkan juara, tidak sepenuhnya tertutup. Hal itu diungkapkan mantan pebalap GP500 dan MotoGP, Carlos Checa. Juara dunia Superbike 2011 itu justru menilai, Rossi akan tampil lebih baik karena berkurangnya tekanan yang ia hadapi di tim satelit.
”Tahun ini (2020) dia melalukan sejumlah kesalahan dan saya pikir dia akan berusaha untuk memperbaiki itu,” ujarnya dalam wawancara dengan media Spanyol Motosan, Senin (28/12/2020).
”Desakan untuk menang atau meraih hasil bagus, saya pikir, menjadi sesuatu yang membuat dia melakukan sejumlah kesalahan. Kemudian, nasib buruk terkait Covid (dinyatakan positif) menjauhkan dirinya dari beberapa balapan. Itu menjadi penanda musim Valentino,” ujar Checa.
Mantan pebalap asal Spanyol itu juga menilai, musim 2020 berpotensi menjadi milik Rossi jika dia tidak mengalami nasib buruk serta masalah daya tahan mesin. Hal itu berdasarkan konsistensi performa Rossi dalam beberapa tahun terakhir. Namun, pada musim 2020, dia kehilangan konsistensi tersebut.
”Tahun depan (2021), dia (Rossi) akan berada di tim yang lebih familiar dalam hal teknis. Dia akan mendapatkan apa pun yang dia inginkan. Selain itu, dia akan bersama dengan Morbidelli yang merupakan teman dekatnya. Ada juga Ramon Forcada yang menurut saya merupakan pelatih hebat. Maka, saya yakin Valentino bisa memiliki tim yang lebih baik,” ungkap Checa.
Terkait dengan persaingan juara musim 2021, Checa menilai, Quartararo akan mendapat tekanan yang lebih besar dari musim sebelumnya. Vinales tidak akan menjadi rekan setimnya, melainkan rivalnya langsung dalam persaingan juara. ”Saat ini, baik Quartararo maupun Vinales adalah pebalap masa depan,” ujar Checa.
Dia juga menilai Pol Espargaro akan mengalami masa sulit beradaptasi dengan motor Honda pada musim 2021. Espargaro diakuinya pebalap brilian dan membuat KTM kompetitif. Akan tetapi, gaya membalapnya berbeda dengan Marc Marquez, pebalap andalan Honda, sehingga perlu penyesuaian dengan karakter RC213V.
Checa menilai, sisi yang akan menyulitkan Espargaro adalah pengereman agresif. ”Benar Pol memiliki sesuatu yang sangat bagus, yaitu pengereman. Tetapi, di sisi lain, dia sering melempar motor saat menikung. Itu sepertinya sesuatu hal yang tidak bisa dilakukan dengan Honda,” pungkas Checa yang kini menjadi analis MotoGP.