Dengan segala kreativitas sepanjang 2020, cabang atletik punya masa depan cerah menyambut tahun baru. Ide kreatif itu bisa menjadi modal untuk menjaga eksistensi mereka di tengah pandemi yang belum pasti kapan berakhir.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
Walau sempat terdampak oleh pandemi Covid-19, cabang atletik khususnya nomor perlombaan lari jarak jauh menjadi salah satu kegiatan olahraga yang cepat beradaptasi dengan situasi pandemi. Berbagai ide kreatif muncul dari cabang induk olahraga itu sehingga sejumlah kejuaraan besar bisa kembali bergulir meski dengan banyak penyesuaian. Menyambut tahun baru, kreativitas mereka akan kembali menjadi faktor penentu menjaga eksistensi kejuaraan di tengah kondisi yang belum tentu segera normal.
Atletik menjadi cabang olahraga yang cepat bersahabat dengan situasi pandemi. Ide liar dari segenap pelaku cabang yang berjuluk "ibu olahraga" itu membuat mereka tidak terbenam dalam pesakitan wabah. Tatkala olahraga lain masih tertidur, ide tak wajar pengurus atletik membuat mereka bisa cepat keluar dari fase abnormal kendati dengan beragam kebijakan yang belum 100 persen normal.
Langkah maju atletik dimulai saat menggelar ajang Ultimate Garden Clash pada awal Mei. Walau hanya melibatkan tiga atlet loncat galah, yakni mantan juara dunia dan Olimpiade asal Perancis Renaud Lavillenie, pemegang rekor dunia asal Swedia Armand "Mondo" Duplantis, dan peloncat galah andalan Amerika Serikat Sam Kendricks, ajang itu menjadi awal terobosan digelarnya kejuaraan skala dunia dengan memanfaatkan teknologi kekinian untuk keluar dari beragam himpitan akibat pandemi.
Ketika itu, Ultimate Garden Clash digelar dari tiga tempat berbeda sesuai rumah masing-masing peserta, yakni Lavillenie di Clermont-Ferrand, Perancis, Duplantis di Lafayette, Louisiana, AS, dan Kendricks di Oxford, Mississippi, AS. Namun, dengan teknologi video siaran langsung, ketiganya seolah berlomba dari tempat yang sama. Kejuaraan dari belakang kebun itu pun mendapatkan respons positif dari sesama atlet, pengurus olahraga, hingga masyarakat penggemar olahraga.
Ajang itu menjadi salah satu momen yang menyadarkan dunia olahraga bahwa wabah bukan penghambat aktivitas. Dengan sentuhan kreatif dan tetap menjunjung tinggi keamanan, eksistensi kejuaraan bisa terus berlanjut walaupun masih terjadi pagebluk yang bermula dari Kota Wuhan, China tersebut.
Terbukti, tak lama setelah ajang yang digagas Federasi Atletik Dunia atau World Athletics itu, sejumlah federasi atletik Eropa menggelar perlombaan nomor lapangan secara langsung per Sabtu (6/6/2020). Adapun World Athletics menggulirkan kembali kejuaraan elitenya, Liga Berlian dan Tur Emas mulai awal Agustus.
Keuntungan atletik
Atletik memiliki keuntungan sendiri di tengah pandemi. Karena bersifat individu, faktor risiko penyebaran Covid-19 di cabang tersebut cenderung lebih rendah dibanding olahraga kelompok, seperti sepak bola atau bola basket. Hampir semua nomor perlombaan atletik tidak ada kegiatan bersentuhan langsung dari satu atlet ke atlet lain.
Hal itu membuat atletik bisa cepat menyesuaikan diri dengan pandemi. Hanya saja, mereka tetap tidak boleh takabur karena penyebaran virus Covid-19 bisa terjadi di mana saja dan kepada siapa saja. Untuk itu, pemangku kebijakan terkait menerapkan protokol kesehatan ketat agar kejuaraan yang dilaksanakan tidak menjadi bomerang untuk mereka.
Sejumlah aturan kesehatan itu, antara lain tes Covid-19 yang dilakukan menyeluruh kepada atlet dan perangkat perlombaan sebelum dan sesudah kegiatan, jaga jarak selama kegiatan, kebersihan atlet, perangkat perlombaan, dan lokasi lomba yang selalu dijaga, serta berlangsung tanpa penonton/pembatasan jumlah penonton. Untuk kegiatan yang melibatkan masyarakat umum, mereka tetap mengajak publik berpartisipasi tetapi secara virtual/daring.
Cara daring untuk masyarakat diterapkan untuk kejuaraan lari jarak jauh, seperti 5K, 10K, setengah maraton, dan maraton penuh. Dengan sistem ini, masyarakat tetap diajak berlomba, tetapi dari tempat masing-masing sesuai kategori yang diikuti. Nantinya, hasil lomba mereka dibagikan kepada panitia. Setelah terkonfirmasi, mereka yang menuntaskan lomba sesuai persyaratan berhak atas medali selayaknya sewaktu ikut perlombaan secara langsung/normal.
Nyatanya, cara daring tidak menyurutkan minat masyarakat untuk terlibat dalam perlombaan lari tersebut. Terbukti, antusiasme peserta daring cukup tinggi ketika mengikuti kejuaraan maraton dunia pertama di masa pandemi London Maraton 2020 di London, Inggris pada 4 Oktober hingga kejuaraan maraton nasional pertama di tengah wabah, Borobudur Maraton 2020 di Magelang, Jawa Tengah pada 15 November.
Menyambut tahun baru
Segenap ide kreatif dari cabang atletik adalah modal besar mereka menyambut tahun baru. Bahkan, mereka bisa melangkah lebih ke depan jika ada sentuhan-sentuhan baru dalam menyiapkan perlombaan di 2021 yang belum tentu keadaan dunia sudah pulih 100 persen dari wabah.
Jika selama 2020 hampir semua kejuaraan hanya melibatkan atlet elite, bukan tak mungkin di 2021 kejuaraan sudah bisa melibatkan atlet lebih banyak. Bahkan, untuk perlombaan lari, bukan tidak mungkin masyarakat umum sudah bisa berpartisipasi secara langsung lagi.
Apalagi olahraga atletik, terutama lari semakin digemari masyarakat selama pandemi seperti halnya sepeda. Berdasarkan data World Athetics, masyarakat yang biasa melakukan kegiatan atletik satu-dua kali seminggu meningkat hingga 88 persen dan masyarakat yang biasa melakukan kegiatan atletik tiga kali seminggu meningkat 38 persen.
Masyarakat atletik juga patuh dengan protokol kesehatan. Terbukti, peserta ajang daring, seperti Borobudur Marathon 2020 sangat taat dalam menuntaskan lombanya dengan protokol kesehatan ketat. Bahkan, mereka tak segan ataupun bangga membagikan kegiatannya itu di sosial media masing-masing. Secara tidak langsung, ini berangsur menjadi tren baru.
Maka itu, atletik punya masa depan cerah menyambut tahun baru kali ini. Mereka punya peluang besar untuk terus menjaga eksistensi di tengah pandemi yang entah kapan akan berakhir. Lebih-lebih, sejumlah ahli mengatakan, atletik terutama lari adalah salah satu obat pelepas stres masyarakat yang lama terkunci dalam ruangan akibat momok wabah.