Peluang munculnya lulusan generasi “Next Gen” sebagai pesaing utama “Big 3” terlihat sejak 2017. Tiga tahun kemudian, fenomena itu dikukuhkan oleh gelar Grand Slam Amerika Serikat Terbuka yang didapat Dominic Thiem.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
Sebagai panggung paling bergengsi untuk mengakui kehebatan petenis, lahirnya juara baru Grand Slam di luar tiga petenis kawakan, Roger Federer, Rafael Nadal, dan Novak Djokovic menjadi angin segar bagi dunia tenis. Hal itu akan membuat Grand Slam pada musim 2021 melahirkan persaingan terbuka di tunggal putra. Fenomena itu telah terjadi pada tunggal putri dalam lima tahun terakhir, dengan tidak adanya petenis yang mendominasi panggung Grand Slam.
Adalah Dominic Thiem (27) yang mengawalinya, dengan menembus empat besar Grand Slam sejak Perancis Terbuka 2016, lalu mengulanginya pada 2017. Dalam dua tahun berikutnya, performanya meningkat dengan mencapai final meski belum bisa menaklukkan Rafael Nadal.
Petenis yang termasuk “late bloomer” ini baru membawa pulang trofi juara dari Flushing Meadows, New York dari Amerika Serikat Terbuka 2020, yang digelar tanpa penonton karena pandemi Covid-19.
Mesti tak mendapat tantangan dari “Big 3” saat mendapat gelarnya, hasil itu menunjukkan kematangan Thiem bersaing dalam level tertinggi. Federer dan Nadal absen di AS Terbuka, sedangkan Djokovic tersingkir pada babak keempat. Thiem pun menembus persaingan terbuka menuju juara bagi semua petenis.
Gelar itu juga memperlihatkan kemampuan petenis Austria berusia 27 tahun tersebut di berbagai jenis lapangan. Setelah dua kali mencapai final Perancis Terbuka di lapangan tanah liat Roland Garros, Thiem mendapat gelarnya di lapangan keras Flushing Meadows. Keduanya memiliki karakter berbeda yang juga menuntut cara main berbeda: lapangan tanah liat berkarakter lambat, sedangkan lapangan keras memantulkan bola dengan cepat.
Sebelum menjadi juara AS Terbuka, Thiem juga meraih gelar di lapangan cepat Indian Wells Masters 2019, gelar pertamanya dari turnamen besar. Perjalanan tersebut membuka peluangnya untuk melangkah lebih jauh di arena Grand Slam pada 2021.
Selain Perancis dan AS Terbuka, petenis peringkat ketiga dunia itu juga menembus final Australia Terbuka 2020 dan memaksa Djokovic bermain lima set pada perebutan gelar juara, meski akhirnya kalah.
Grand Slam yang masih sulit ditembusnya untuk tampil hingga pekan kedua adalah Wimbledon. Dari enam penampilan sejak 2014, hasil terbaiknya hanya babak keempat pada 2017. Dalam dua tahun setelah itu dia tersingkir pada babak pertama. Adapun pada 2020, Wimbledon tak diselenggarakan karena Covid-19.
“Perjalanan petenis dimulai dengan keinginan menjadi juara, lalu memiliki target jangka panjang. Mereka selalu menginginkan hasil yang lebih baik dibandingkan sebelumnya. Inillah yang dialami Domi saat ini,” ujar Nicolas Massu, mantan petenis Chile yang menjadi pelatih Thiem sejak 2019.
Petenis lain yang mencuri perhatian pada 2020, terutama menjelang akhir musim adalah Daniil Medvedev. Petenis Rusia berusia 24 tahun ini menjadi yang terbaik dari yang terbaik pada ajang Final ATP di London, 15-22 November. Ajang ini adalah turnamen akhir musim yang hanya bisa diikuti delapan petenis terbaik sepanjang tahun.
Setelah mencapai final AS Terbuka 2019 dan semifinal di ajang yang sama setahun kemudian, Medvedev berkembang menjadi kompetitor kuat di lapangan keras. Dengan menempati peringkat keempat dunia, dia pun menjadi yang terbaik di antara petenis seusianya.
Namun, ketahanan mentalnya dalam laga best of five sets, format yang digunakan dalam Grand Slam, perlu diuji lebih jauh. Saat bertanding dalam format yang tak begitu disukainya, Medvedev tak hanya dituntut memiliki daya tahan fisik, tetapi juga mental dalam menghadapi lawan dan berbagai situasi. Untuk juara, dibutuhkan tujuh kemenangan beruntun selama dua pekan.
Persaingan level lain
Saat Medvedev beserta petenis segenerasi dan di bawah mereka berlomba meraih gelar pertama di arena Grand Slam, Federer, Nadal, dan Djokovic telah bersaing pada level tersendiri, jauh di atas yang lain. Meski perdebatan siapa yang paling layak disebut petenis terbaik sepanjang masa (Greatest of All Time/GOAT) tetap muncul, ketiganya menjadi yang terbaik dengan versi masing-masing.
Federer terganggu cedera lutut yang membuatnya menjalani dua kali operasi pada tahun ini dan hanya tampil pada Australia Terbuka. Penampilannya saat kembali ke kompetisi pada 2021, juga akan menjadi pertanyaan mengingat proses pemulihan dari cedera kali ini tak sesuai harapan.
Dalam usia yang tak lagi muda—Federer akan berusia 40 tahun pada 8 Agustus 2021—pemulihan dari cedera berjalan lebih lambat. Setelah menyatakan akan tampil pada Grand Slam Australia Terbuka 2021, kedatangannya di Melbourne Park kini diragukan.
Akan tetapi, tak ada yang bisa memungkiri kecintaan Federer pada dunia tenis yang telah mengantarkannya pada 20 gelar Grand Slam, salah satu tunggal putra dengan gelar Grand Slam terbanyak. Petenis lain dengan jumlah gelar sama adalah rival yang juga sahabatnya, Nadal.
Seandainya absen di Australia Terbuka, 8-21 Februari, dia telah memilih ajang lain sebagai target utamanya, yaitu Olimpiade Tokyo 2020, 23 Juli-8 Agustus 2021, serta Wimbledon.
Federer masih memegang rekor sebagai tunggal putra terlama di puncak peringkat dunia, yaitu 310 pekan, meski dibayang-bayangi Djokovic yang berada di tempat yang sama selama 300 pekan. Namun, tampaknya, tak akan ada yang bisa menyaingi sang maestro ketika menjadi petenis nomor satu dunia selama 237 pekan secara beruntun, sejak 2 Februari 2004 hingga 17 Agustus 2008.
Perjalanan tersebut membuka peluangnya untuk melangkah lebih jauh di arena Grand Slam pada 2021.
Federer juga telah menjadi ikon global, status yang tak bisa didapat sembarang bintang olahraga meski telah memiliki segudang gelar juara.
Nadal, yang menyamai 20 gelar Grand Slam Federer pada tahun ini, tampaknya tak akan pernah melepas status “Raja Lapangan Tanah Liat” dengan 13 gelar dari Perancis Terbuka. Jumlah itu menjadi gelar terbanyak petenis dari satu kejuaraan.
Tertinggal tiga gelar dari catatan Grand Slam dua rivalnya, Djokovic tengah berupaya mewujudkan ambisi sebagai petenis di puncak peringkat dunia terlama. Dia tinggal membutuhkan 10 pekan pada tempat tersebut untuk menyamai Federer.
Djokovic juga lebih baik dari Federer dan Nadal dalam penampilan di turnamen ATP Masters 1000. Dia mengumpulkan gelar terbanyak 36 gelar, lengkap dari semua seri turnamen berlevel tertinggi dalam struktur turnamen ATP itu.
Dengan situasi “Big 3”, setidaknya Djokovic dan Nadal, yang masih berada pada performa puncak ditambah makin solidnya penampilan Thiem, Medvedev, dan rekan-rekannya, peralihan generasi tenis putra, secara perlahan, mulai terjadi.