Pengurus PP PBSI periode 2020-2024 menghadapi tantangan berat di awal kepengurusan. Tantangan itu adalah adanya pengurus dari luar bulu tangkis dan padatnya agenda turnamen pada 2021.
Oleh
YULIA SAPTHIANI, KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
Sekitar tujuh pekan setelah pemilihan ketua umum baru dalam musyawarah nasional, Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia memiliki perangkat lengkap untuk menjalankan roda organisasi. Perubahan situasi akibat pandemi Covid-19 membuat PP PBSI periode 2020-2024 akan menghadapi tantangan lebih besar, apalagi dengan adanya orang-orang dari luar bulu tangkis dalam posisi vital.
Beberapa nama dalam daftar pengurus yang disampaikan Ketua Umum PP PBSI Agung Firman Sampurna di Jakarta, Rabu (23/12/2020), cukup mengejutkan. Salah satunya untuk sekretaris jenderal, yang merupakan posisi vital dalam induk organisasi cabang olahraga.
Sekjen menjadi sorotan pengurus klub. Seperti dikatakan Ketua Harian PB Jaya Raya Imelda Wigoeno, sosok yang ditunjuk menjadi sekjen haruslah orang yang memiliki banyak waktu untuk bulu tangkis. Ketegasan dan sikap objektif juga harus menonjol. Penguasaan seluk-beluk bulu tangkis mutlak diperlukan, karena sekjen menjalankan tugas keseharian PBSI.
Jabatan ini diberikan pada Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komisaris Jenderal Listyo Sigit Prabowo.“Yang kita lihat, salah satu organiasi publik di mana bulu tangkis berkembang jadi hobi, itu di kepolisian. Selain itu, kita juga ingin mendapat dukungan dari penegak hukum agar ada kelancaran bagi kita dalam melaksanakan berbagai event di berbagai daerah,” ujar Agung, menjelaskan alasan dipilihnya Listyo.
Selain sekjen, tim formatur juga, memilih sosok polisi untuk posisi staf khusus ketua umum, yaitu Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Inspektur Jenderal Fadil Imran.
Nama keduanya menambah daftar pejabat publik di PP PBSI kali ini, selain Agung yang merupakan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).Setelah ditetapkan menjadi orang nomor satu bulu tangkis Indonesia, Agung berjanji membagi waktu antara tugas di BPK dan bulu tangkis.Berada di bawah Agung, yang menjadi wakilnya adalah Alex Tirta (Wakil Ketua Umum I/Ketua Harian), yang menjabat posisi sama di bawah ketua umum Wiranto (2016-2020). Dua Wakil Ketua Umum lainnya dijabat Eduart Wolok dan Ali Hanafiah Wijaya yang berasal dari pengurus daerah PBSI.
Sementara itu, ketua bidang pembinaan prestasi (binpres), posisi vital bagi pelatih dan atlet pelatnas, diberikan pada Rionny Mainaky. Sebelum menjadi pelatih tunggal putri di pelatnas bulu tangkis Indonesia, Rionny melatih timnas Jepang selama belasan tahun.
Legenda bulu tangkis Indonesia, Christian Hadinata menilai, tantangan besar dihadapi Rionny mengingat bulu tangkis Indonesia memiliki target meraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020, 23 Juli-8 Agustus 2021. “Rionny berpengalaman menjadi pelatih dengan prestasi yang baik. Namun, ketua bidang binpres memiliki tanggung jawab lebih besar,” kata Christian.
Christian juga mengingatkan bahwa Rionny akan menjadi jembatan antara atlet dan pelatih, sebagai ujung tombak prestasi bulu tangkis Indonesia, dengan pengurus yang tak memiliki latar belakang dari dunia bulu tangkis.
“Yang bisa dilakukan saat ini adalah kerja sama antara figur yang sudah lama di bulu tangkis dan mereka yang berasal dari latar belakang berbeda. Dulu, pernah ada situasi seperti saat ini dan kerja sama tidak berjalan dengan baik. Jangan sampai hal itu terulang,” kata Christian.
Imelda juga mengajak semua insan bulu tangkis bersatu untuk kejayaan bulu tangkis Indonesia.
Ujian pertama
Ujian pertama pengurus baru, terutama ketua bidang binpres, adalah memilih atlet pelatnas dalam promosi dan degradasi, program rutin setiap akhir tahun. Program ini kerap melahirkan pertanyaan karena dinilai tak objektif, seperti adanya pemain senior tak berprestasi yang dipertahankan di pelatnas karena berasal dari klub yang dimiliki salah satu pengurus.
Padatnya agenda besar pada 2021, karena limpahan program 2020 yang ditunda, akan menjadi tantangan berat untuk menentukan skala prioritas. Selain turnamen tahunan BWF World Tour dan kejuaraan dunia beregu campuran Piala Sudirman, agenda 2021 akan ditambah Olimpiade Tokyo 2020 serta kejuaraan dunia beregu putra dan putri, Piala Thomas dan Uber.
Yang bisa dilakukan saat ini adalah kerja sama antara figur yang sudah lama di bulu tangkis dan mereka yang berasal dari latar belakang berbeda. Dulu, pernah ada situasi seperti saat ini dan kerja sama tidak berjalan dengan baik. Jangan sampai hal itu terulang.
Jadwal tersebut masih ditambah dengan Kejuaraan Dunia yang, tak seperti biasanya, akan digelar pada tahun yang sama dengan Olimpiade. Hal ini karena Olimpiade Tokyo 2020 dimundurkan setahun akibat pandemi Covid-19.
Berdasarkan jadwal sementara yang dikeluarkan BWF, urutan ajang besar pada 2021 dimulai dengan Piala Sudirman di Suzhou, China, (23-30 Mei), Olimpiade (bulu tangkis dilagakan pada 24 Juli-2 Agustus), lalu Piala Thomas dan Uber di Aarhus, Denmark, (sekitar 12-17 Oktober). Pada pengujung tahun, ada Kejuaraan Dunia di Huelva, Spanyol (29 November-2 Desember).
“Olimpiade akan menjadi tantangan berat pada awal kepengurusan. Ajang ini akan menjadi kunci untuk melihat kesolidan pengurus baru,” kata Christian.
Salah satu kunci yang akan menentukan keberhasilan Indonesia dalam ajang-ajang besar itu adalah memberi kepercayaan penuh pada pelatih yang telah merancang program secara sistematis dan berkesinambungan setiap tahunnya.
Pelatih ganda putra pelatnas Herry Iman Pierngadi dan Richard Mainaky (ganda campuran) mengungkapkan, Olimpiade menjadi target utama. Hal ini karena nomor yang dipimpin kedua pelatih itu memiliki target dan peluang besar untuk meraih hasil tertinggi.
“Atlet tak akan bisa dipaksakan mencapai target pada semua ajang dengan jadwal yang begitu padat. Harus ada skala prioritas dan pembagian kekuatan,” kata Herry.
Karena berlangsung pada awal masa kerja pengurus PBSI, pelatih pun berharap tak ada perubahan program dari pengurus baru untuk Olimpiade.
Pandemi Covid-19 tak hanya berpengaruh pada dunia bulu tangkis internasional yang turnamennya dihentikan sejak pertengahan Maret. Insan bulu tangkis Indonesia juga turut merasakan dampak.
Kejuaraan nasional dan daerah batal digelar. Panggung untuk mengetes kemampuan calon atlet masa depan pun hilang. Kondisi ini juga menghilangkan sumber pendapatan banyak orang yang secara langsung atau tidak langsung menggantungkan hidup pada turnamen bulu tangkis, seperti wasit, hakim garis, serta para vendor penyedia sarana dan prasarana turnamen.
Klub-klub bulu tangkis harus meliburkan latihan dan memulangkan atlet untuk menjaga keselamatan mereka. Banyak klub juga menanti kepastian para sponsor yang menghidupi mereka dalam situasi ekonomi sulit.
Situasi ini, juga, menuntut perhatian PP PBSI karena tanggung jawab mereka tak sebatas luasnya pelatnas Cipayung di wilayah timur Jakarta.
Selain waktu dan dedikasi, pengurus dituntut tak boleh membawa kepentingan pribadi atau kepentingan lain di luar bulu tangkis, apalagi, cabang ini masih menjadi satu-satunya andalan untuk meraih medali emas Olimpiade. Maka, kepentingan “Merah Putih”, seperti yang selama ini menjadi pegangan hidup atlet dan pelatih, berada di atas segalanya.