Valentino Rossi memasuki tahun kelima menanti kebangkitan performa YZR-M1 yang pernah mendominasi MotoGP. Masalah sejak penggunaan ECU universal pada 2016 itu semakin pelik dengan rentetan isu keandalan mesin.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·4 menit baca
TAVULLIA, SELASA — MotoGP musim 2020 terasa pahit bagi tim pabrikan dan satelit Yamaha. Mereka mendominasi dua seri awal di Jerez, Spanyol, tetapi kemudian kehilangan kendali perburuan juara. Motor mereka, YZR-M1, masih dibelenggu masalah kronis keausan ban belakang yang diperburuk oleh keandalan mesin. Penurunan performa M1 bisa dirunut hingga paruh musim 2016 saat MotoGP menyeragamkan elektronik pengendali mesin (ECU).
M1 pernah menjadi motor paling kompetitif di ajang MotoGP, khususnya pada 2015, saat Jorge Lorenzo juara dan Valentino Rossi runner-up. Mereka sangat dominan, dan menjadi satu-satunya tim dengan poin pebalapnya menembus 300 poin. Itulah masa-masa kejayaan M1, yang salah satu keunggulannya adalah komponen elektronik mandiri yang sangat dipahami oleh para teknisi Yamaha.
MotoGP kemudian menyeragamkan komponen elektronik pengendali mesin (ECU) pada musim 2016. Sejumlah tim pabrikan, seperti Honda dan Ducati, pun berinvestasi dengan merekrut teknisi dari Magneti Merelli–pemasok ECU MotoGP–untuk memahami lebih dalam sistem elektronik tersebut. Suzuki mengirimkan teknisinya untuk menimba ilmu ke Magneti Merelli.
Namun, Yamaha tidak mengambil langkah tersebut dan mulai mengalami kemunduran performa M1 pada paruh kedua musim 2016. M1 masih bisa kompetitif hingga pertengahan musim 2016, kemudian mulai mengalami masalah menjelang akhir musim, yaitu ban tidak bisa bertahan hingga balapan selesai. Sejumlah pengembangan dilakukan dalam sektor sasis dan aerodinamika, tetapi masalah keausan ban belakang memburuk pada musim 2017, dan masih menghantui Yamaha hingga musim 2020.
Pemacu M1 yang saat ini bisa membandingkan dengan jernih apa yang terjadi pada motor juara itu adalah Valentino Rossi. Dia konsisten mengeluhkan masalah keausan ban belakang, serta pengembangan untuk mengatasi masalah itu yang justru menghilangkan karakter M1 yang unggul di titik masuk dan tengah tikungan. Karakter itu sekaligus kekuatan gaya membalap Rossi. Karakter M1 sebelum penyeragaman ECU itulah yang sangat dirindukan oleh Rossi.
Juara dunia sembilan kali di semua kelas itu pun menilai, musim 2021 masih akan sangat sulit bagi para pebalap Yamaha. Dengan pembekuan pengembangan mesin akibat Covid-19, tantangan menjadi semakin besar bagi Rossi yang musim depan akan membela tim satelit Petronas SRT Yamaha.
”Tahun depan akan menjadi tantangan berat. Kami harus siap sejak balapan pertama,” ujar Rossi dikutip SpeedWeek, Selasa (22/12/2020).
”Saya sendiri memiliki pekerjaan yang sangat banyak. Kami harus memperbaiki sejumlah area, sebagai contoh kualifikasi yang sekarang menajdi sangat penting. Seperti biasa, kami akan mendorong Yamaha dan berusaha melakukan pekerjaan dengan baik dalam selama musim dingin sehingga kami bisa membenahi sejumlah aspek,” lanjut pebalap berusia 41 tahun itu.
Rossi menilai, masalah besar Yamaha saat ini merupakan kelanjutan dari masalah pada musim 2016 yang menjadi lebih buruk pada musim 2017. ”Tahun 2016 ke 2017 merupakan tahun krusial bagi Yamaha dan M1, itu merupakan momen ketika penderitaan kami dimulai. Hingga 2016, sepeda motor sangat kompetitif, bisa memenangi balapan dan gelar juara. Sejak saat itu hingga sekarang, kami memiliki kesulitan yang lebih besar,” ujar pebalap Italia itu.
Rossi bukan satu-satunya pebalap Yamaha yang mengalami masalah dengan performa M1. Rekan setimnya, Maverick Vinales, juga mengalami masalah yang sama. Demikian juga dua pebalap tim satelit, Fabio Quartararo dan Franco Morbidelli. Namun, Morbidelli menemukan solusi untuk memperbaiki daya cengkeram saat ban mulai aus dengan menyetel peredam kejut belakang Ohlins.
Tahun depan akan menjadi tantangan berat. Kami harus siap sejak balapan pertama.
Masalah utama M1 pada 2020 adalah kecepatan puncak yang di bawah para pesaingnya, serta laju keausan ban belakang yang tinggi. ”Kami benar-benar mendapat kesulitan dengan daya cengkeram ban belakang. Jika kami tidak bisa membuat ban belakang bekerja dengan baik, akan sangat sulit untuk mengendarai motor kami, dan akan sulit bagi kami untuk kompetitif. Itu poin terpenting, selain kecepatan puncak, bukan hanya pada mesin, melainkan juga aerodinamika dan sebagainya,” tegas Rossi.
Vinales, yang menjadi salah satu favorit juara di awal musim 2020, juga mengungkapkan masalah pada M1. Dia menilai, ada kebijakan yang tidak diambil dengan tepat sehingga M1 terus mengalami masalah sejak dia bergabung pada 2017. ”Masalahnya adalah, ini motor dengan ruang penyetelan yang sangat kecil. Saya senang menyaksikan video-video balapan sebelumnya, sebagai contoh pada 2016, Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo beberapa kali di posisi pertama dan kedua,” ujar pebalap asal Spanyol itu.
”Jadikan tahun itu sebagai referensi saat motor bekerja sangat baik untuk tahun berikutnya. Bahkan ketika (Johann) Zarco di sini (sebagai pebalap satelit Yamaha Tech3), pada sejumlah sirkuit dia mengalahkan kami (dengan motor spesifikasi lama, motor 2016). Mereka (Yamaha) memiliki motor yang bekerja dalam segala kondisi, bahkan dalam kondisi basah. Maka, kemudian Anda mendapat referensi yang bagus, dan Yamaha juga memiliki motor dari tahun-tahun sebelumnya yang menjadi juara,” tutur Vinales seusai seri Valencia.
Yamaha berharap bisa memperbaiki performa M1 untuk musim 2021, dan itu salah satunya ditunjukkan dengan merekrut Cal Crutchlow sebagai pebalap penguji. Mantan pebalap LCR Honda itu diyakini akan menemukan banyak hal untuk membuat M1 kembali kompetitif dan andal. Saat M1 kembali menjadi motor segala kondisi, para pebalap Yamaha pun akan berada di atas angin dalam perburuan juara MotoGP.