Persiapan timnas Indonesia jelang Piala Dunia U-20 2021 jauh dari ideal. Pandemi Covid-19 membuyarkan seluruh rencana PSSI untuk membentuk tim terbaik di panggung dunia.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
Andai dunia tidak diinterupsi pandemi Covid-19, saat ini tim nasional Indonesia U-19 telah memiliki bayangan skuad terbaik yang akan berlaga di Piala Dunia U-20 di Indonesia, yang dijadwalkan apda Mei-Juni 2021. Ajang Piala Asia U-19 di Uzbekistan, yang seharusnya bergulir Oktober-November 2020, menjadi persiapan sempurna bagi tim ”Garuda Muda" mengukur kemampuan jelang berlaga di pentas dunia.
Akan tetapi, pandemi menghancurkan seluruh rencana timnas U-19 yang disusun Pelatih Shin Tae-yong dan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Hingga pengujung 2020, timnas U-19 asuhan Shin baru menjalani pemusatan latihan dan uji tanding di Thailand, Januari, dan Kroasia pada September-Oktober.
Setelah menjalani 11 laga di Kroasia, tim ”Garuda Muda” mencatat lima kemenangan, tiga hasil imbang, dan tiga kekalahan. Hasil yang bisa dibilang cukup baik melihat tim yang bisa ditumbangkan, seperti Qatar dan Macedonia Utara, yang memiliki peringkat FIFA lebih baik daripada Indonesia. Timnas U-19 juga bisa mengalahkan tim muda klub Kroasia, seperti Dinamo Zagreb, Hajduk Split, dan NK Dugipolje.
Tak hanya dari hasil pertandingan, kepiawaian Shin sebagai pelatih berlabel dunia pun terlihat dalam polesannya bagi timnas U-19 selama di Kroasia. Shin keluar dari pakem ”klasik” timnas Indonesia selama 15 tahun terakhir yang selalu memainkan formasi 4-3-3. Pelatih asal Korea Selatan itu memilih taktik 4-4-2 yang amat jarang digunakan di Indonesia, terutama tim-tim profesional yang berlaga di Liga 1.
Formasi itu terlihat efektif bagi Indonesia, karena memberi opsi lebih banyak pemain saat menyerang. Terdapat empat pemain di lini serang, terdiri atas dua penyerang tengah dan dua gelandang sayap.
Hasilnya, pemain sayap seperti Witan Sulaeman, Irfan Jauhari, dan Mochammad Supriadi mampu menyumbangkan gol. Penyerang tim ”Garuda Muda”, misalnya Jack Brown, Braif Fatari, dan Saddam Gaffar, juga berhasil menjawab kepercayaan Shin dengan mencetak total tujuh gol selama uji tanding di Kroasia.
Optimisme yang muncul setelah menjalani uji tanding di Kroasia mulai memudar setelah kompetisi di Indonesia tidak bisa berjalan di tengah pandemi. Padahal, kompetisi adalah cara terbaik bagi pemain untuk menjaga momentum dan performa di level tertinggi.
Memang terlalu muluk jika mengaitkan timnas U-19 dengan tidak bergulirnya Liga 1 2020. Pasalnya, mayoritas pemain tim ”Garuda Muda” kini masih menjadi pemain pelapis di klub masing-masing. PSSI juga seakan melupakan kompetisi Elite Pro Academy yang diikuti tim U-20 klub profesional Indonesia. Sepanjang tahun ini tidak ada kepastian pelaksanaan kompetisi junior itu.
Padahal, tiga tahun terakhir Elite Pro Academy menjadi candradimuka pemain muda sebelum naik ke tim senior. Kompetisi itu pun menjadi wadah PSSI mencari pemain timnas U-19, sekaligus seleksi memilih pemain untuk program Garuda Select.
Di tengah kevakuman kompetisi itu, Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan mengeluarkan wacana tim ”Garuda Muda” melanjutkan program latihan ke Spanyol pada Desember ini untuk persiapan Piala Asia U-19, 3-20 Maret 2021. Pemusatan latihan di luar negeri menjadi satu-satunya jalan untuk menjaga kondisi dan memberi waktu bagi Shin lebih memahami para pemainnya.
Hanya saja, rencana itu belum terlaksana. PSSI menuding persoalan visa pemain sebagai salah satu alasan pelatnas di Spanyol belum berjalan.
Ekspektasi besar
Di tengah persiapan yang kurang ideal, Shin tidak pernah membahas targetnya di Piala Asia U-19 atau Piala Dunia U-20. Mantan pelatih timnas Korea Selatan di Olimpiade 2016 dan Piala Dunia 2018 ini tentu memahami kerasnya persaingan di turnamen kelas dunia.
Hanya saja, Shin dihadapkan pada ekspektasi dan harapan besar dari pemangku kepentingan sepak bola nasional serta para pendukung. Presiden Joko Widodo, misalnya, menargetkan Indonesia lolos dari fase grup Piala Dunia U-20.
PSSI bahkan berharap timnas U-19 menembus semifinal Piala Asia U-19, lalu melaju hingga perempat final Piala Dunia U-20. Sebuah target yang sangat tinggi bagi negara yang hanya bertengger di posisi ke-173 FIFA, dan belum pernah meraih prestasi di Asia Tenggara satu dekade terakhir.
Optimisme yang muncul setelah menjalani uji tanding di Kroasia mulai memudar setelah kompetisi di Indonesia tidak bisa berjalan di tengah pandemi.
Pencanangan target tinggi itu tidak sesuai rencana awal PSSI mengajukan diri sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20. Pengurus PSSI sebelum era Iriawan tidak mengincar hasil instan di turnamen itu. Menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 adalah pijakan awal dari peta jalan timnas Indonesia yang bermimpi menembus Olimpiade 2024 dan Piala Dunia 2026.
Pilihan PSSI pada Shin sejak Desember 2019, juga karena dia baru merasakan atmosfer persaingan sepak bola tingkat elite di Piala Dunia 2018. Dengan penunjukan Shin, PSSI berharap Shin bisa mematangkan para pemain muda Indonesia untuk mencapai dua target akbar dalam kurun waktu lima tahun mendatang.
Komunikasi
Tidak hanya persoalan teknis, persiapan tim ”Garuda Muda” juga diganggu faktor non-teknis, yaitu miskomunikasi antara Shin dan PSSI. PSSI meradang setelah Shin mengeluarkan curahan hatinya pada enam bulan awal melatih Indonesia kepada media Korsel.
Dampaknya, PSSI membentuk Satuan Tugas Tim Nasional yang dipimpin Syarif Bastaman, Juni 2020. Dalam ”tugas” perdananya, satgas sempat mengancam memecat Shin jika tidak segera hadir ke Jakarta untuk memulai pelatnas timnas U-19. Konflik itu reda setelah Shin datang lalu memimpin timnas U-19 ke Kroasia, Agustus.
Awal bulan ini, Direktur Teknik PSSI Indra Sjafri sempat menyebut Shin tidak profesional karena belum memimpin langsung latihan timnas U-19 di Stadion Madya, Senayan, yang telah berlangsung sejak pertengahan November. Konflik itu juga sirna setelah Shin tiba di Jakarta, 11 Desember.
Untuk menghadirkan timnas yang kuat di Piala Dunia U-20, PSSI tidak hanya perlu menyusun program bagi pemain, tetapi juga meningkatkan harmoni dengan pelatih yang diberi tugas menyiapkan tim.
Selain itu, dengan persiapan yang tidak ideal, PSSI dan pemerintah seharusnya tidak memberi beban terlampau tinggi bagi Shin dan timnas U-19. Pasalnya, Shin hadir di Indonesia untuk mencapai ambisi yang lebih besar dari sekedar meraih prestasi di level junior.
Andai ekspektasi di Piala Dunia U-20 urung terwujud, Indonesia layak berbangga jika timnas U-19 tampil menghibur dan pantang menyerah membela negara. Sambutan meriah fans di tribune Stadion Gelora Bung Karno pada Piala Asia 2007 dan Piala Asia U-19 2018, menjadi bukti timnas Indonesia pernah membanggakan negeri ini meski belum meraih prestasi tertinggi.