Jumlah warga Jepang yang menginginkan Olimpiade Tokyo dibatalkan atau ditunda semakin banyak. Hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya kasus postif harian pandemi Covid-19 yang tak kunjung reda.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·3 menit baca
TOKYO, SELASA - Seiring bertambah tingginya penambahan kasus harian Covid-19 di Jepang, makin banyak warga Jepang yang tak ingin Olimpiade Tokyo 2020 diselenggarakan pada 2021. Jumlah yang menginginkan Olimpiade ditunda lagi dan dibatalkan semakin banyak.
Lembaga penyiaran Jepang, NHK, pada Selasa (15/12/2020), merilis hasil survey publik Jepang tentang penyelenggaraan Olimpiade pada 23 Juli-8 Agustus 2021. Pandemi Covid-19 membuat ajang itu ditunda dari jadwal semula, 24 Juli-9 Agustus 2020, berdasarkan kesepakatan Komite Olahraga Internasional (IOC) dan panitia penyelenggara.
Berdasarkan survey yang pada 11-13 Desember, hanya 27 persen publik Jepang yang setuju Olimpiade tetap diselenggarakan pada 2021. Sebanyak 31 persen menginginkan Olimpiade kembali ditunda, sedangkan 32 persen ingin dibatalkan. Sisanya bersikap ragu-ragu atau tidak menjawab pertanyaan.
Jumlah penduduk yang meragukan penyelenggaraan Olimpiade untuk kedua kalinya di Tokyo, setelah 1964, itu, lebih banyak daripada hasil survey yang dirilis NHK pada Oktober. Dua bulan lalu, mereka yang menginginkan Olimpiade ditunda dan dibatalkan, masing-masing sebanyak 25 dan 23 persen.
Seperti survey NHK, survey yang dilakukan kantor berita Kyodo juga memperlihatkan tingginya penolakan jika Olimpiade diselenggarakan pada 2021. Mereka yang menentang sebanyak 61,2 persen. Adapun survey Jiji Press, menyebut 51 persen responden menginginkan penundaan atau pembatalan Olimpiade.
Peningkatan kasus harian Covid-19 di negara tersebut menjadi alasan naiknya persentase warga yang menentang Olimpiade. Sejak kasus Covid-19 masuk ke Jepang, Februari, penambahan kasus harian pada Desember lebih tinggi daripada bulan lainnya.
Penambahan kasus sebanyak 2.969 (11 Desember) dan 2.988 (13 Desember) menjadi yang terbanyak dalam sepuluh bulan. Total terdapat 179.653 kasus Covid-19 di Jepang dengan 2.585 jumlah kematian.
Meski kasus di Jepang tak setinggi banyak negara lain, penambahan kasus harian pada Desember membuat Pemerintah Jepang memberlakukan peraturan agar bar dan restoran tutup lebih cepat.
Tak surut
Dimulainya vaksinasi Covid-19 di berbagai negara, yang meningkatkan kepercayaan diri penyelenggara bahwa Olimpiade bisa diselenggarakan, tak menyurutkan kekhawatiran warga Jepang yang akan kedatangan sekitar 15.000 atlet dan ofisial dari 206 negara peserta Olimpiade. Jumlah ini belum termasuk jumlah penonton asing, jika diizinkan masuk ke Jepang.
Di sisi lain, penyelenggara yakin Olimpiade bisa diselenggarakan meski pandemi Covid-19 belum reda. Apalagi, penundaan Olimpiade membuat biaya penyelenggaraan bertambah 2,4 miliar dollar AS (Rp 34 triliun) dari biaya awal 13 miliar dollar AS (Rp 183,8 triliun). Panitia akan merilis revisi anggaran bulan ini, tetapi disebutkan, penambahan itu sebagian besar untuk mata anggaran pencegahan penularan Covid-19.
Kompetisi olahraga profesional yang telah berjalan pada masa pandemi mewajibkan semua yang terlibat menjalani sejumlah tes Covid-19 sebelum dan selama turnamen. Beberapa di antaranya, seperti turnamen tenis Grand Slam, bahkan mewajibkan peserta mengikuti karantina sebelum bertanding, yang berarti menambah jumlah biaya di tengah turunnya pemasukan karena diselenggarakan dengan jumlah penonton yang dikurangi, atau tanpa penonton.
Hingga saat ini, salah satu peraturan yang telah dikeluarkan terkait protokol kesehatan pada masa pandemi adalah mempersingkat masa tinggal di perkampungan atlet. Atlet dan ofisial baru bisa tinggal di perkampungan atlet lima hari sebelum bertanding, dan harus keluar dalam dua hari setelah menyelesaikan kompetisi.
Mereka yang membutuhkan waktu adaptasi lebih lama diperbolehkan tinggal di Jepang, tetapi tidak di perkampungan atlet. Seperti disampaikan Presiden IOC Thomas Bach, setelah pertemuan Dewan Eksekutif IOC secara virtual, pekan lalu, mereka yang boleh tinggal di perkampungan atlet akan diseleksi dengan ketat. (AFP/REUTERS)