Usulan memprioritaskan vaksinasi Covid-19 kepada atlet dan pelatih disambut baik pengurus cabang. Meski begitu, pengurus meminta keselamatan atlet dijamin dengan memastikan keefektifan vaksin.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pengurus induk cabang olahraga menyambut positif usulan yang akan memprioritaskan vaksinasi Covid-19 kepada atlet dan pelatih. Hal itu bisa memudahkan persiapan atlet menuju ajang internasional. Namun, mereka meminta vaksin telah dipastikan aman dan selesai uji klinis terlebih dulu.
Sebelumnya, Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali berkata akan mengusulkan pemberian prioritas vaksinasi terhadap atlet dan pelatih. Pemberian difokuskan kepada atlet yang akan membela Indonesia di ajang internasional tahun depan, seperti Olimpiade Tokyo, Piala Dunia FIFA U-20, dan SEA Games.
Dengan begitu, atlet nasional kemungkinan besar akan menjadi penerima pertama vaksin, selain tenaga kesehatan. Mereka pun bisa kembali fokus mempersiapkan diri, berlatih di dalam negeri ataupun latih tanding ke luar negeri, tanpa kekhawatiran dibayangi ancaman pandemi.
Kalau sudah ada (vaksin), tentu kami ingin bisa diprioritaskan, untuk semua atlet, termasuk ofisial. Ini supaya lebih aman dalam latihan. Namun, yang pasti, vaksin itu sudah valid dulu. Jangan malah nanti sakit.
”Kalau sudah ada (vaksin), tentu kami ingin bisa diprioritaskan, untuk semua atlet, termasuk ofisial. Ini supaya lebih aman dalam latihan. Namun, yang pasti vaksin itu sudah valid dulu. Jangan malah nanti sakit,” kata Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PB PODSI) Budiman Setiawan, saat dihubungi, Senin (14/12/2020), dari Jakarta.
Pemberian vaksin sangat penting bagi cabang dayung. Atlet-atlet rowing dan canoeing akan memulai perburuan tiket Olimpiade pada kualifikasi, kemungkinan Maret-Mei 2021. Sebulan sebelum itu, mereka, menurut rencana, akan menjalani pemusatan latihan di luar negeri.
Karena itu, menurut Budiman, vaksin akan membuat mereka bisa berangkat dengan tenang dan lebih fokus pada persiapan. Adapun para atlet gagal berangkat uji coba ke luar negeri tahun ini karena pandemi.
”Kami takut pergi (tahun ini) karena, kan, urusannya keselamatan yang tidak bisa diatasi. Belum lagi kalau ke negara orang mesti isolasi pas pergi dan pulang. Itu yang membuat kami hanya berlatih seperti biasa sejak Maret meski menurunkan mental bertanding. Semoga lebih mudah nanti dengan vaksin,” pungkasnya.
Selain dayung, cabang olahraga basket juga berharap menjadi prioritas pemberian vaksin. Tim nasional basket masih akan menjalani Kualifikasi Piala Asia FIBA 2021 pada Februari tahun depan. Kemudian, Indonesia juga akan menjadi tuan rumah Piala Asia pada pertengahan tahun mendatang. ”Kami sangat membutuhkan,” ucap Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (PP Perbasi) Danny Kosasih.
Vaksin sangat penting bagi timnas basket untuk memastikan semua pemain bisa bertanding. Pemain terancam absen jika terbukti positif Covid-19, seperti staf pelatih yang gagal berangkat ke Manama, Bahrain, pada jendela kedua kualifikasi, November lalu.
Setelah timnas basket, ucap Danny, akses vaksin diharapkan bisa memprioritaskan atlet dan ofisial Liga Bola Basket Indonesia (IBL). Hal itu untuk bisa memutar lagi kompetisi nasional yang sudah terhenti sejak Maret tahun lalu.
Sekretaris Menpora Gatot S Dewa Broto menjelaskan, atlet pelatnas diusulkan sebagai prioritas penerima vaksin karena merupakan aset nasional. ”Pertimbangan pertama adalah urgensi karena mereka akan mengangkat kebanggaan nasional di berbagai ajang tahun depan. Kedua, tentu untuk memotivasi para atlet yang terus berlatih,” katanya.
Kemenpora akan segera menetapkan skala prioritas bagi cabang olahraga yang akan mendaftar. Prioritas utama adalah atlet-atlet dari cabang olahraga langganan Olimpiade, seperti bulu tangkis dan angkat besi. Setelah itu, baru diikuti atlet lain.
Pemberian vaksin ini sangat terbatas. Atlet yang diberikan hanya yang akan berkompetisi di tingkat internasional. Karena itu, Kemenpora belum akan menyasar atlet-atlet daerah dan kompetisi lokal, seperti Liga 1 ataupun IBL.
”Kami belum berani menyentuh (kompetisi lokal), sekali dibuka nanti akan lebih ramai lagi. Mereka masuk kategori masyarakat pada umumnya. Vaksin bukan sesuatu yang gratis. Kalau ditanggung semua, pertanyaannya, anggaran dari mana,” ujar Gatot.
Saat ini, Kemenpora masih akan berkoordinasi dengan Satuan Gugus Tugas Covid-19 dan Kementerian Kesehatan untuk membahas usulan pemberian vaksin. Mereka masih menunggu aturan spesifik terkait penyebaran vaksin sambil menanti selesainya uji klinis.