Tangisan Figueiredo dan Hancurnya Reputasi Tony Ferguson
Lewat pertarungan ketat yang secara teknis berakhir imbang, Deiveson Figueiredo mempertahankan sabuk juara dunia kelas terbang UFC dari tantangan petarung asal Meksiko, Brandon Moreno.
Oleh
SYAHNAN RANGKUTI
·4 menit baca
Janji juara dunia kelas terbang UFC Deiveson Figueiredo untuk mempertahankan gelar tercepat (hanya dalam tempo 21 hari) terbukti saat melawan Brandon Moreno. Namun, sabuk juara yang diraihnya kembali di Arena Apex, Las Vegas, Amerika Serikat, Minggu (13/12/2020) siang WIB itu, tidaklah terlalu berkilau.
Dua dari tiga hakim memberikan angka 47-47 dan satu lagi 48-26 buat Figueiredo. Jadi, keputusan pertandingan itu adalah seri atau imbang (majority draw). Sesungguhnya tidak ada pemenang dalam pertandingan itu. Sesuai aturan, apabila pertandingan berakhir imbang, sabuk juara masih tetap tersemat di pinggang sang juara bertahan Figueiredo.
Hasil imbang itu jelas memukul Figueiredo. Ketika Presiden UFC Dana White menyematkan sabuk di pinggangnya, air mata pria kelahiran kota kecil Soure, Para, Brasil, 18 Desember 1987, itu mengalir. Ia terlihat sesenggukan memeluk pelatihnya.
Tidak diketahui pasti penyebab Figueiredo menangis. Namun, kemungkinan ia sempat membayangkan akan kalah melawan Moreno yang sebelumnya dipandang dengan sebelah mata. Karena sebelum pertandingan, ia sesumbar mengatakan, Moreno bukanlah lawan yang sepadan buatnya.
Laga melawan Moreno lebih dianggap sebagai selingan karena ia memiliki misi besar melawan mantan juara dunia kelas terbang UFC Henry Cejudo. Misi itu diawali ejekan Cejudo yang mengatakan, gelar juara dunia Figueiredo adalah pemberiannya. Faktanya memang, Figueiredo meraih gelar juara dunia kelas terbang yang sedang lowong karena ditinggalkan oleh Cejudo yang naik ke kelas bantam.
Ternyata lawan yang semula dianggap enteng justru memberi perlawanan meyakinkan terhadap Figueiredo dalam tarung keras selama lima ronde. Sebagai petarung underdog, Moreno mencurahkan seluruh kemampuan terbaiknya untuk melawan Figueiredo.
Pada dua ronde awal, Figuiredo memang sangat dominan atas Moreno. Ia diyakini merebut dua ronde pertama untuk mengumpulkan angka 20-18 dari tiga hakim. Namun, di ronde ketiga, Figueiredo membuat kesalahan fatal menendang selangkangan Moreno dengan keras sehingga wasit memotong angkanya. Padahal, di ronde ini dia masih lebih unggul.
Di babak ke-4, saat energi Figueiredo mulai terkuras, Moreno bangkit dan mendapatkan format serangan yang pas. Ia berbalik menekan dan sempat membuat pertahanan Figueiredo goyang. Ronde ke-4 jelas milik Moreno. Di ronde terakhir, Moreno kembali mendominasi. Ia lebih banyak menekan Figueiredo sejak awal ronde kelima.
Dari hitungan total hakim, sesungguhnya Figueiredo akan memenangi pertandingan itu apabila ia tidak menendang terlalu rendah. Saat diwawancara oleh pembawa acara UFC Joe Rogan, Figueiredo mengatakan tendangan rendah itu bukan kesengajaan.
”Itu adalah insiden dan wasit menjalankan tugas,” katanya.
Lalu, apa tanggapan Moreno atas hasil imbang itu. ”Saya meminta dilakukan tarung ulang. Tarung itu untuk saya, untuk Figueiredo, untuk penggemar, dan untuk semuanya,” katanya mantap.
Figueiredo pun siap untuk tarung ulang melawan Moreno. Namun, ia mengatakan, ingin beristirahat dulu dengan keluarganya sebelum bertanding kembali dengan siapa pun, termasuk Moreno.
Menarik
Di luar pertandingan utama Figueiredo-Moreno, partai pendahuluan dan pra-pendahuluan UFC seri ke-256 berlangsung menarik. Sembilan partai berjalan keras. Tujuh dari 10 pertandingan berlangsung finished atau berakhir sebelum waktunya, dengan kemenangan KO, TKO, dan menyerah (submission).
Salah satu pertarungan mengesankan adalah duel Gavin Tucker melawan Billy Quarantilio di kelas bulu. Selama tiga ronde penuh, kedua petarung saling menyerang dengan seluruh senjata yang dimiliki. Adu tendangan, jual beli jotosan, saling sikut, dan tendangan dengkul menjadi pemandangan biasa. Bahkan, keduanya sempat beradu kepala.
Itu adalah insiden dan wasit menjalankan tugas.
Tucker memenangi pertandingan keras itu. Dengan segala kemampuannya itu, tidak mengherankan apabila Gavin nantinya bakal menjadi salah satu petarung papan atas di kelas bulu.
Tarung kelas menengah antara petarung senior Ronaldo Souza melawan Kevin ”Si Mulut Besar” Holland juga berlangsung menarik. Holland memukul KO Souza dari posisi tertekan di bawah. Kemenangan Holland yang luar biasa itu patut mendapat kehormatan untuk segera dipertemukan dengan juara kelas menengah Israel Adesanya.
Satu pertandingan menarik lainnya adalah duel antara Tony Ferguson dan Charles Oliveira di kelas ringan. Tony yang lebih diunggulkan ternyata kalah telak di tangan petarung level menengah yang sebelumnya kurang dikenal.
Oliveira yang berlatar belakang bela diri jujitsu memecundangi Tony yang pernah menjadi juara dunia ad-interim kelas ringan. Tony yang sempat digadang-gadang mampu mengalahkan juara tidak terkalahkan di kelas ringan, Khabib Nurmagomedov, ternyata tidak berkutik sama sekali menghadapi Oliveira.
Reputasi Tony telah dihancurkan oleh Oliveira. Dan, tidak lama lagi petarung asal Brasil itu diyakini bakal bertengger di level atas kelas ringan yang ditinggal oleh Khabib yang menyatakan pensiun. Agaknya Oliveira bakal menjelma menjadi momok buat Justin Gaethje, Dustin Poirier, dan Conor McGregor di kelas ringan.