Real Madrid kembali menunjukkan taji di habitat utama, yakni Liga Champions. “Los Blancos” selalu tampil gemilang dalam menghadapi lima laga penting di musim ini.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
MADRID, KAMIS – Real Madrid tidak pernah gagal menunjukkan identitas otentik sebagai “raksasa” di Eropa ketika dihadapkan situasi sulit di musim ini. Anak asuhan Zinedine Zidane mampu mengungguli Borussia Moenchengladbach 2-0 di laga terakhir Grup B Liga Champions 2020-2021 di Stadion Alfredo Di Stefano, Kamis (12/10/2020), untuk menduduki puncak klasemen sekaligus menjaga tradisi selalu lolos ke fase gugur.
Meskipun sudah lima kali kalah di 17 laga musim ini, Zidane tidak pernah meragukan kemampuan skuadnya. Ketika disinggung potensi Real bermain di Liga Europa musim ini pada konferensi pers sebelum pertandingan melawan Gladbach, Zidane menjawab diplomatis.
“Seluruh pemain di tim ini memiliki karakter untuk keluar dari masa sulit. Saya tidak pernah memikirkan kompetisi selain Liga Champions,” ucap Zidane.
Keyakinan Zidane itu dibalas dengan sempurna oleh Sergio Ramos dan kolega. Karim Benzema menjadi penentu kemenangan “Los Blancos” berkat dua gol melalui sundulan di menit ke-9 dan 32.
Secara total, Real telah menghadapi empat laga besar di awal musim ini. Selain kontra Gladbach, Real juga telah membuktikan diri bermain apik ketika menghadapi tekanan jelang melawan tim setara, seperti Barcelona (menang 3-1), Inter Milan (3-2 dan 2-0), serta Sevilla (1-0).
Zidane pun memuji penampilan seluruh pemainnya yang mampu keluar dari kondisi sulit dan memenangkan sejumlah laga penentuan di musim ini. Ia pun menilai skuad Real pantas diberikan kredit atas kemenangan atas Gladbach, bukan dirinya.
Yang paling berperan dalam kemenangan ini adalah mereka (pemain). Saya di sini hanya bertugas menyiapkan segala hal, sedangkan yang bertarung mati-matian di atas lapangan adalah para pemain yang mengenakan seragam Real.
“Yang paling berperan dalam kemenangan ini adalah mereka (pemain). Saya di sini hanya bertugas menyiapkan segala hal, sedangkan yang bertarung mati-matian di atas lapangan adalah para pemain yang mengenakan seragam Real,” kata Zidane seusai laga dilansir AS. Raihan tiga poin atas Gladbach adalah kemenangan ke-150 yang diraih “Zizou” sebagai pelatih Real.
Pelatih Gladbach Marco Rose mengakui pengalaman dan kualitas Real yang masih berada di atas skuadnya. Meskipun kalah, Gladbach dipastikan mendampingi “Los Blancos” ke babak 16 besar sebagai runner-up grup B.
“Ketika Real berada di bawah tekanan, mereka selalu menunjukkan permainan dalam level sangat tinggi. Hal itu menyulitkan kami untuk mengimbangi mereka,” kata Rose dikutip Kicker.
Berkat kemenangan atas Gladbach, Real menduduki puncak klasemen dengan 10 poin. Gladbach mengikuti di peringkat kedua dengan perolehan 8 poin. Jumlah poin Gladbach sama dengan Shakhtar Donetsk yang berhasil membawa pulang satu poin dari Stadion San Siro, markas Inter Milan. Hanya saja, Gladbach unggul rekor pertemuan dengan tim asal Ukraina itu.
Alhasil, Shakhtar dipastikan terlempar ke babak 32 besar Liga Europa. Adapun Inter tersingkir dari kompetisi Eropa setelah untuk pertama kalinya menduduki peringkat terakhir dalam babak grup Liga Champions.
Meskipun Zidane menilai para pemain menjadi sosok yang pantas diberikan pujian, Benzema menganggap sang pelatih berperan besar kepada performa Real di sejumlah laga besar di musim ini.
“Kami semua tengah dalam proses memperkuat diri. Zidane dan para pemain, kami sama-sama saling membantu, sehingga kemenangan penting di Liga Champions ini telah membuktikan kami bisa menaklukan siapapun apabila mampu menjaga penampilan ini,” tutur Benzema yang telah mengemas 8 gol untuk Real di seluruh kompetisi.
Tradisi fase gugur
Selain koleksi 13 gelar Liga Champions, Real merupakan tim yang paling banyak berkiprah di fase gugur Liga Champions. Sejak ikut serta di Liga Champions perdana pada musim 1955-1956, “Los Blancos” tidak pernah gagal melaju ke babak gugur.
Secara total, Real selalu mampu melewati fase grup dalam 51 musim Liga Champions. Dengan menembus babak 16 besar musim ini, maka Real selalu menjaga tradisi lolos ke babak gugur dalam 24 musim terakhir atau sejak musim 1997-1998. Tidak ada tim lain yang mampu mengimbangi catatan “Los Blancos” itu.
Menurut Manola Lama, analis sepak bola di Radio COPE, Real menampilkan permainan gemilang yang kolektif. Lama menyatakan, seluruh pemain Real telah memberikan kontribusi nyata untuk menjalankan strategi dan rencana permainan yang diinginkan Zidane pada laga kontra Gladbach.
“Real telah bangkit di waktu yang tepat untuk menggenggam tempat pertama meskipun menjalani fase grup dengan inkonsisten. Sekali lagi, Real membuktikan diri sebagai tim yang selalu mampu bermain gemilang di level Eropa,” ucap Lama dalam acara Tiempo de Juego, Kamis.
Zidane menekankan, menjadi juara grup adalah target pertama yang dicanangkan timnya di awal musim ini. “Menduduki puncak klasemen adalah fundamental bagi langkah kami di babak 16 besar,” kata Zidane.
Dengan predikat juara grup, maka Real terhindar menghadapi tim kuat di babak 16 besar yang menjadi juara grup, seperti Bayern Muenchen, Liverpool, Juventus, Chelsea, Paris Saint-Germain, dan Borussia Dortmund.
Terburuk
Ketika Real membuktikan diri sebagai sosok besar di pentas Liga Champions, Inter Milan tidak mampu keluar dari kutukan. Sejak musim 2011-2012, Inter belum pernah lolos ke babak 16 besar Liga Champions.
Tidak hanya klub berjuluk “La Beneamata” itu, kutukan juga masih membayangi sang pelatih, Antoni Conte. Sejak menangani Inter musim lalu, Conte selalu terhadang di fase grup. Bahkan, urutan terakhir yang diduduki Inter di musim ini merupakan catatan terburuk sejak berpartisipasi di Liga Champions pada edisi 1963-1964.
Selain itu, dalam 15 laga terakhir di Liga Champions, Conte hanya mampu tiga kali menang. Dua kemenangan dihasilkan Inter musim lalu atas Dortmund dan Slavia Praha, kemudian satu raihan tiga poin didapatkan ketika mengalahkan Gladbach, tengah pekan lalu. Di sisi lain, dalam lima kesempatan melatih tiga klub di Liga Champions, sebanyak tiga musim diakhiri Conte dengan gugur di fase grup.
Meski begitu, Conte menilai Inter telah berusaha keras untuk meraih kemenangan atas Shakhtar, tetapi permainan negatif tim asal Ukraina itu menyulitkan para pemainnya. Menurut mantan pelatih tim nasional Italia itu, Inter dijauhi keberuntungan di Liga Champions musim ini.
“Kami tidak beruntung dengan wasit dan VAR (asisten wasit peninjau video). Kami memang kecewa karena memiliki sejumlah peluang, tetapi jika tidak mencetak gol tentu kami tidak bisa menang,” tutur Conte dikutip UEFA. (REUTERS)