Kemenangan tim jauh lebih penting daripada kepentingan pribadi. Prinsip itu yang dipakai Atalanta untuk mengalahkan Ajax dan lolos ke babak 16 besar Liga Champions.
Oleh
DOMINICUS HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
AMSTERDAM, KAMIS — Atalanta mengukir sejarah baru dengan berhasil lolos ke babak 16 besar Liga Champions dengan mengalahkan Ajax, 1-0, di Stadion Johan Cruyff Arena, Kamis (10/12/2020) pagi waktu Indonesia. Di balik prestasi ini, ada kemenangan istimewa lainnya di kamar ganti, yaitu keberhasilan pelatih dan pemain meredam ego dan mengutamakan kepentingan tim.
Sebelum laga ini bergulir, muncul ketegangan antara Pelatih Atalanta Gian Piero Gasperini dan sang kapten, Alejandro Dario Gomez alias Papu Gomez. Masalah ini begitu serius sehingga, seperti dikabarkan sejumlah media di Italia, Gasperini sampai mengancam untuk keluar dan Gomez juga akan pindah ke klub lain pada Januari 2021.
Ketegangan tersebut berawal ketika Gomez menolak mengikuti instruksi Gasperini saat Atalanta menjamu Midtjyland yang berakhir imbang 1-1. Saat itu Atalanta tertinggal 0-1 dan Gasperini meminta Gomez untuk tetap berada di sisi kanan dan Gomez langsung berteriak, ”Tidak!”
Gasperini kemudian menarik Gomez pada babak kedua dan menggantinya dengan Josip Ilicic. Sementara Gomez tidak keluar lagi dari kamar ganti untuk bergabung dengan rekan-rekannya di bangku cadangan.
CEO Atalanta Luca Percassi sampai turun tangan untuk mengatasi masalah ini secara langsung karena pertaruhannya sangat besar. Jika masalah ini dibiarkan dan mengganggu keharmonisan tim, Atalanta bisa kalah dan kehilangan kesempatan untuk melangkah lebih jauh di Liga Champions.
Pertengkaran dalam sebuah tim adalah hal wajar, tetapi tim harus tetap fokus. Hasil laga malam ini begitu berharga sampai tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.
Upaya itu tampaknya berhasil karena Gomez akhirnya tampil sejak menit pertama melawan Ajax dan tim mendapatkan hasil yang diinginkan. ”Pertengkaran dalam sebuah tim adalah hal wajar, tetapi tim harus tetap fokus. Hasil laga malam ini begitu berharga sampai tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata,” kata Percassi dikutip Football-Italia.
Percassi mengingatkan kepada tim mengenai tanggung jawab yang lebih besar, yaitu mengharumkan kota Bergamo dan membuat para pendukung bangga. Keberhasilan Atalanta di Liga Champions ini juga bakal menjadi simbol kebangkitan dan kegigihan warga Bergamo yang menjadi salah satu wilayah di Italia yang paling terdampak pandemi Covid-19.
Seusai melawan Ajax, situasi di kamar ganti Atalanta tampaknya terus membaik dan Percassi memastikan Gasperini dan Gomez tetap bertahan. Setelah bisa lolos ke babak 16 besar, tantangan yang dihadapi tim semakin besar dan Percassi tidak bisa membayangkan kondisi tim apabila kehilangan dua figur penting di klub itu.
Gasperini menanggapi masalah ini dengan menekankan tanggung jawabnya sebagai seorang pelatih yang harus dipatuhi pemain. ”Saya harus bisa bebas menentukan pilihan selama laga berjalan. Ini adalah prinsip yang tidak bisa diabaikan,” katanya.
Sebagai pelatih, Gasperini menjadi sosok yang paling memahami situasi permainan dengan melihat dari pinggir lapangan. Ia juga mengenal baik karakter setiap pemain dan memang bertugas untuk mengubah strategi di tengah laga jika diperlukan. Namun, Gomez atau pemain sepak bola lainnya tidak jarang menganggap instruksi pelatih tidak tepat dan kemudian marah.
Ganas di Eropa
Gol dari Luis Muriel yang menentukan kemenangan Atalanta di Amsterdam itu semakin membuktikan Atalanta sebagai tim yang lebih ganas di Eropa pada musim ini daripada di liga domestik. Perjalanan Atalanta di Liga Italia musim ini tidak semulus di Liga Champions.
Mereka kini baru mengantongi 14 poin dan baru memenangi empat dari 9 laga di Liga Italia. Dengan berada di peringkat ke-9, Atalanta masih tertinggal 12 poin dari AC Milan sebagai penghuni klasemen puncak sementara.
Bahkan, laga terakhir Atalanta di Liga Italia berakhir dengan kekalahan 0-2 dari Hellas Verona di kandang sendiri. Di Liga Champions pun, mereka justru selalu menang ketika menjalani laga tandang tanpa kebobolan. Setelah mengalahkan Midtjylland, 4-0, mereka kemudian melibas Liverpool, 2-0, dan kini Ajax, 1-0.
Ajax menilai permainan Atalanta semakin sulit ditebak. ”Biasanya mereka adalah tim dengan pola permainan menekan. Namun, hari ini mereka terlihat lebih terorganisasi dan menunggu serangan balik,” kata gelandang Ajax, Davy Klaassen.
Meski demikian, perjalanan Ajax belum berakhir karena sebagai tim yang finis di peringkat ketiga, mereka berhak tampil pada babak 32 besar Liga Europa yang dimulai pada Februari 2021. Setidaknya mereka masih bisa berpeluang meraih trofi di kompetisi Eropa. (AP/AFP/REUTERS)