Andrea Pirlo diakui sebagai sosok maestro di lapangan tengah ketika masih berstatus sebagai pemain. Kemenangan Juventus atas Bercelona menjadi sinyal perdana Pirlo untuk menduplikasi kecemelangannya sebagai pelatih.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
BARCELONA, RABU – Kemenangan 3-0 atas Barcelona pada laga pemungkas Grup G Liga Champions, Rabu (9/12/202) dini hari WIB, di Stadion Camp Nou bermakna besar bagi Juventus yang tengah memasuki era transformasi bersama Andrea Pirlo. Juventus tidak hanya mengunci predikat sebagai juara grup, tetapi menampilkan mentalitas juara di laga penting yang dibutuhkan untuk memenuhi ambisi menaklukan Eropa.
Ketika menunjuk Pirlo untuk menggantikan Maurizio Sarri sebagai pelatih, Agustus lalu, banyak pihak meragukan kemampuan sosok berambut panjang itu untuk menjadi juru taktik tim sekelas Juventus. Di awal musim ini keraguan itu seakan terjadi. Juve gagal tampil meyakinkan di 10 laga Liga Italia, meskipun belum terkalahkan.
Kemudian, “Nyonya Besar” tidak berdaya di hadapan Barcelona ketika menjalani pertandingan kedua fase grup Liga Champions. Kala itu, Juve tumbang 0-2 di Stadion Allianz Arena, Turin. Itu adalah kekalahan perdana Juve di markas sendiri dari Barca di abad ke-21.
Salah satu kritik sempat disampaikan mantan pelatih Juve, Fabio Capello, ketika “Nyonya Besar” unggul 2-1 atas Ferencvaros di laga keempat grup G. “Juve menampilkan permainan medikoer dari sisi kualitas dan ide. Itu adalah permainan buruk bagi tim yang telah memainkan laga di level tinggi dalam waktu yang panjang,” kata Capello.
Sesuai dengan julukannya ketika masih bermain, yaitu “Il Maestro”, Pirlo tidak pernah banyak bicara mengenai penampilan Juve yang belum cukup konsisten di awal musim ini. Pirlo, yang baru meraih sertifikat resmi pelatih UEFA Pro, September lalu, seakan masih belajar untuk menemukan racikan terbaiknya bagi skuad “Nyonya Besar”.
Oleh karena itu, permainan sempurna Juventus untuk membawa pulang tiga poin sekaligus mencetak tiga gol demi menjadi juara grup G adalah pembuktian elegan dari Pirlo. Berkat kemenangan itu pujian untuk pertama kalinya berpihak kepada pelatih berusia 41 tahun itu.
“Pirlo membuktikan dirinya seorang maestro di Barcelona. Sebuah penampilan mahakarya Juve,” tulis halaman muka koran olahraga berpengaruh di Italia, La Gazzetta dello Sport, edisi Rabu (9/12).
La Gazzetta dello Sport juga memberikan nilai tertinggi bagi Pirlo di musim ini, yakni 8. “Ini bukan Juve yang menang karena sosok Ronaldo atau Dybala. Ini adalah Juve dari masa lalu: permainan tim yang menentukan. Semua merespons, mulai dari bintang hingga pemain pelapis,” tulis analisis La Gazzetta dello Sport.
Pujian itu tidak sekalipun menghilangkan ketenangan Pirlo. “Kemenangan ini adalah buah dari berjalannya rencana taktikal kami. Seluruh pemain bermain luar biasa dan mereka mampu memanfaatkan peluang mencetak gol dengan baik,” kata Pirlo kepada Sky Sport.
Di sisi lain, Pirlo mengingatkan, laga melawan Barca hanyalah satu laga di perjalanan musim yang masih panjang. Menurut dia, pemain Juve harus mampu tampil konsisten.
“Kami tidak boleh kehilangan fokus karena akan menjalani laga penting lain di Liga Italia untuk mengejar target scudetto, kemudian berusaha menampilkan penampilan terbaik di Liga Champions,” ucap Pirlo.
Kepemimpinan
Satu hal yang memberikan perbedaan dari penampilan Juve dalam dua laga kontra Barca ialah kepemimpinan sosok pemain senior, seperti Gianluigi Buffon dan Cristiano Ronaldo. Kedua legenda itu tidak bermain di laga pertama. Buffon hanya menjadi penghangat bangku cadangan, sedangkan Ronaldo mengidap Covid-19.
Ronaldo menjadi sosok penting dengan mencetak dua gol lewat sepakan penalti. Kemudian, gelandang muda asal Amerika Serikat, Weston McKennie, menyumbangkan sebuah gol dengan tendangan voli untuk mencatatkan gol perdana di Liga Champions.
Ronaldo menilai, kemenangan atas “Blaugrana” menjadi momen penting bagi perjalanan Juve di musim 2020-2021. “Raihan tiga poin di Camp Nou akan menjadi penyuntik kepercayaan diri kami. Kami butuh kemenangan seperti ini melawan tim besar,” ucap Ronaldo.
Adapun Buffon juga menunjukkan dirinya masih pantas tampil di level elite sepak bola. Buffon, yang pada Januari 2021 akan menginjak usia 43 tahun, mencatatkan rekor sebagai penjaga gawang yang paling banyak menghentikan tembakan megabintang Barca, Lionel Messi, dalam satu pertandingan. Secara total, kiper berjuluk “Superman” itu menggagalkan tujuh tembakan Messi.
Kegagalan menaklukan Buffon membuat Messi frustasi. Pada menit ke-35, Messi sempat menarik jersei Buffon sembari tersenyum setelah kiper veteran itu mampu menahan tembakannya. Kedua pemain itu pun bertukar kostum di akhir laga.
Tidak hanya penampilan yang luar biasa untuk menjaga gawang “Nyonya Besar” tak kebobolan, Buffon juga memimpin rekan-rekannya dari bawah mistar. Dalam beberapa momen di laga itu, suara Buffon terdengar di layar kaca.
“Saya hanya berusaha untuk membantu rekan setim, sehingga penampilan seluruh pemain bisa semakin baik. Komunikasi adalah hal penting untuk meningkatkan proses perkembangan tim ini,” kata Buffon dilansir UEFA.
Pirlo pun sempat dipertanyakan dengan keputusannya memilih Buffon dibandingkan kiper utama Juve, Wojciech Szczesny, pada laga menentukan di Camp Nou. “Jika masih ada yang mengkritik Buffon, saya pikir mereka belum menyaksikan dan menikmati sepak bola bertahun-tahun. Buffon adalah sebuah monumen,” tutur Pirlo, yang memainkan 235 laga bersama Buffon ketika masih aktif sebagai pemain.
Keunggulan Juve pun diakui oleh Pelatih Barcelona Ronald Koeman. “Juve sangat kuat di 30 menit awal laga. Itu membuat mereka pantas meraih kemenangan,” kata Koeman yang telah menderita lima kekalahan dari 16 laga perdananya sebagai juru taktik Barca. (REUTERS)