Kepiawaian Zinedine Zidane, pelatih berjuluk ”Si Penyihir”, dipertaruhkan saat Real Madrid menjamu Moenchengladbach pada lanjutan Liga Champions Eropa. Real wajib menang jika ingin menjaga tradisi lolos ke babak gugur.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
MADRID, SELASA — Bagi Real Madrid, Zinedine Zidane ibarat ”vaksin”. Pelatih berjuluk ”Si Penyihir” itu tak jarang mengubah krisis atau bencana menjadi prestasi bagi klub tersukses di kompetisi antarklub elite Eropa itu.
Reputasi besar itu berusaha dijaga Zidane ketika Real menjalani laga krusial versus Borussia Moenchengladbach, Kamis (10/12/2020) pukul 03.00 WIB. Laga terakhir penyisihan Grup B Liga Champions Eropa musim 2020-2021 itu akan digelar di Stadion Alfredo Di Stefano, Madrid.
Menjelang laga itu, Real berada dalam tekanan. Mereka harus mengalahkan Gladbach, tim asal Jerman, untuk lolos ke babak 16 besar sekaligus menjadi pemuncak Grup G. Hasil imbang, apalagi kekalahan, dapat membuat ”Los Blancos” kandas dini di penyisihan grup.
Real merupakan satu-satunya klub yang tidak pernah gagal lolos ke fase gugur Liga Champions (dulu Piala Champions) sejak dimulainya format baru pada 1992. Reputasi besar itu akan berusaha dijaga Real.
”Tim ini memiliki karakter. Kami memang (sempat) mengalami kendala pada awal musim ini. Namun, ketika bisa memperbaikinya, kami menjadi tim yang kompetitif kembali,” ucap Zidane menatap laga itu.
Jabatan dipertaruhkan
Seperti biasanya, Zidane tetap mencoba tenang dan percaya diri menghadapi laga itu. Padahal, jabatannya kini tengah dipertaruhkan. Nama-nama besar, seperti Mauricio Pochettino (mantan Manajer Tottenham Hotspur) dan Raul Gonzalez (Pelatih Real Madrid Castilla), disebut-sebut media Spanyol siap menjadi pengganti Zidane jika ia gagal meloloskan Real.
Situasi sulit semacam ini bukanlah hal asing bagi legenda tim nasional Perancis itu. Pada musim 2017-2018, Real sempat tertatih-tatih di kancah domestik. Penampilan mereka di Liga Champions saat itu pun kurang meyakinkan, yaitu sempat dikalahkan Tottenham, 1-3, pada babak penyisihan grup.
Zizou (sapaan Zidane) adalah pelatih menakjubkan sekaligus seorang sahabat yang bakal melakukan segalanya untuk membawa Madrid ke posisi terbaik.
Saat itu, Real dituding tengah dalam krisis menyusul eksodus barisan pemain penting, seperti Pepe, Danilo, Alvaro Morata, dan James Rodriguez. Namun, krisis itu dijawab Zidane lewat trofi Liga Champions ketiga secara beruntun. Setelah masa itu, Zidane mundur dari Real.
Namun, Real tidak bisa lama berpisah dengan Zidane. Ia dipanggil kembali saat Real menderita krisis prestasi pada kurun 2018 hingga awal 2019 lalu. Musim berikutnya, mereka meraih trofi juara Liga Spanyol.
Menurut Zidane, timnya telah terbiasa menghadapi tekanan dan tuntutan tinggi untuk senantiasa berprestasi di setiap musim. ”Tim ini selalu menyukai tantangan,” ungkapnya.
Tantangan itu dibuktikan saat mereka mengalahkan Sevilla pada laga Liga Spanyol, akhir pekan lalu. Tampil tanpa Sergio Ramos dan Eden Hazard, dua pemain pilarnya, Real bisa menang 1-0 di markas tim lawan.
Hal serupa mereka perlihatkan saat menghadapi Inter Milan, tim agresif asal Italia, di Liga Champions. Tampil tanpa sejumlah pemain penting, mereka dua kali menang atas Inter.
”Zizou (sapaan Zidane) adalah pelatih menakjubkan sekaligus seorang sahabat yang bakal melakukan segalanya untuk membawa Madrid ke posisi terbaik,” ujar Iker Casillas, mantan kiper Real, tentang Zidane.
Kembalinya Ramos
Selain kemenangan atas Sevilla, pulihnya Ramos, bek serta kapten tim, menambah kepercayaan diri Real. Ramos adalah kunci di balik ketangguhan lini bertahan dan karakter kuat Real yang sempat menghilang pada awal musim ini.
Tanpanya, Real kerap menderita. Itu dibuktikan dari data statistik. Dari sembilan laga Liga Champions tanpa Ramos, sejak musim 2018-2019, Real menelan tujuh kekalahan. Dua kekalahan di antaranya terjadi pada penyisihan grup musim ini, yaitu dari Shakhtar Donetsk.
”Ia (Ramos) adalah pemimpin kami. Maka, kami senang bisa kembali tampil dengannya di laga penting melawan Moenchengladbach,” ujar Casemiro, gelandang Real Madrid.
Menurut Carlos Carpio, kolumnis Marca, lini belakang adalah modal krusial Real agar bisa berprestasi pada musim ini. Sejak kehilangan Cristiano Ronaldo pada musim panas 2018, Zidane mengubah Real menjadi tim dengan pertahanan kokoh. Perubahan itulah yang menghasilkan trofi liga musim lalu.
”Real dapat melaju dan meraih prestasi pada musim ini apabila mampu memainkan pola pertahanan kokoh yang konsisten,” tulis Carpio di Marca.
Sementara itu, Gladbach datang ke Madrid dengan motivasi tidak kalah besar. Mereka ingin mengukir sejarah, yaitu lolos ke fase gugur untuk kali pertama dalam sejarah klub itu. Dalam dua partisipasi sebelumnya di Liga Champions, yakni musim 2015-2016 dan 2016-2017, mereka selalu kandas di fase grup.
Maka, kiper Gladbach, Yann Sommer, berkata, timnya harus tampil luar biasa guna mencuri poin di markas Real. Hasil imbang cukup membawa Gladbach lolos ke babak 16 besar.
”Kami tahu Real Madrid adalah salah satu tim terbaik di dunia yang memiliki banyak kualitas dan pengalaman di kompetisi elite Eropa. Itu jadi tantangan besar kami. Namun, kami akan mengerahkan seluruh kekuatan untuk melangkah ke babak 16 besar,” tutur Sommer penuh motivasi.
Adapun bek Gladbach, Matthias Ginter, mengingatkan pentingnya kekuatan lini pertahanan timnya saat menghadapi Real di duel penentu itu. Pada laga pertama kontra Real di Jerman, 28 Oktober lalu, tim berjuluk ”Die Fohlen” itu gagal menang meskipun sempat unggul dua gol lebih dulu. Mereka kebobolan dua gol sepanjang enam menit pamungkas laga tersebut.
”Kami harus meningkatkan standar permainan, terutama di lini pertahanan. Kami tidak boleh lagi kemasukan gol di beberapa momen penting pertandingan agar tidak membuang poin,” kata Ginter. (AFP)