Para peserta Olimpiade Tokyo 2020 tak lagi bisa tinggal berlama-lama di perkampungan atlet. Komite Olimpiade Internasional membatasi masa tinggal peserta, tidak terkecuali atlet, untuk menekan potensi penularan Covid-19.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
LAUSANNE, SELASA — Semua peserta Olimpiade Tokyo 2020, tidak terkecuali para atlet, harus tinggal sesingkat mungkin di perkampungan atlet menyusul pengetatan protokol kesehatan. Komite Olimpiade Internasional (IOC) meminta semua kontingen membuat rencana perjalanan matang agar atlet punya waktu persiapan cukup, tetapi tetap terhindar dari risiko tertular Covid-19.
”Setiap komite olimpiade nasional harus beradaptasi dengan kebijakan yang kami tetapkan. Atlet bisa tiba di perkampungan atlet lima hari sebelum bertanding dan pulang maksimal dua hari setelah menyelesaikan kompetisi. Ini tak hanya berlaku bagi atlet, melainkan juga ofisial,” ujar Presiden IOC Thomas Bach seusai rapat Dewan Eksekutif IOC secara virtual, Selasa (8/12/2020) dini hari waktu Indonesia.
Menyusul peraturan itu, atlet yang berkompetisi pada pekan kedua tidak akan tampil dalam upacara pembukaan. Sementara mereka yang tampil sejak pekan pertama tidak akan ikut upacara penutupan. IOC akan menyeleksi dengan ketat siapa saja yang bisa tinggal di perkampungan atlet.
Berdasarkan pedoman penyelenggaraan yang dirilis dalam laman resmi IOC, waktu lima hari kedatangan sebelum pertandingan diberikan agar atlet memiliki waktu untuk aklimatisasi. Jika butuh waktu lebih lama, aklimatisasi dapat dilakukan di Jepang, tetapi di luar perkampungan atlet.
Pengecualian
Sebaliknya, jika tak memerlukan aklimatisasi lama karena hanya melakukan perjalanan singkat, masa tinggal kontingen di perkampungan atlet bisa dipersingkat. IOC bisa memberikan pengecualian batas masa tinggal itu dengan pertimbangan tertentu, seperti perjalanan jauh, perbedaan waktu yang sangat signifikan, dan ketersediaan penerbangan.
Adapun para atlet yang tinggal di perkampungan satelit, yaitu di Izu, Enoshima, dan Sapporo, disarankan tidak kembali ke perkamputan atlet utama setelah menyelesaikan kompetisi. Pengecualian berlaku untuk transit demi kepentingan mengikuti upacara.
”Pembatasan masa tinggal diperlukan untuk meminimalkan jumlah yang tinggal di perkampungan atlet sehingga bisa mengurangi risiko penularan Covid-19. Pada saat yang sama, kami ingin memberikan pengalaman mengesankan bagi peserta. Kami juga mempertimbangkan kesiapan penampilan atlet dan kehadiran pada upacara pembukaan,” kata Bach.
Keputusan mempersingkat masa tinggal itu disetujui perwakilan Komisi Atlet IOC, Kirsty Coventry, yang mengikuti rapat itu. Pedoman detail protokol kesehatan itu akan diedarkan ke setiap komite olimpiade nasional, termasuk di Indonesia, pada Januari 2021.
Olimpiade Tokyo, yang sedianya digelar mulai Juli 2020 lalu, lantas ditunda ke 23 Juli-8 Agustus 2021 mendatang akibat pandemi. Pentas olahraga akbar itu akan diikuti 10.000-11.000 atlet dari 200-an negara. Jumlah itu belum termasuk penonton yang rutin berdatangan dari sejumlah negara. Tak pelak, ajang ini dikhawatirkan bisa menjadi sumber penularan virus korona baru.
Dalam rapat yang sama, IOC juga mengesahkan empat cabang pelengkap Olimpiade Paris 2024, yaitu breakdance, selancar, skateboarding, dan panjat tebing.
Selain membatasi jumlah yang tinggal di perkampungan atlet, para peserta juga diminta memperlihatkan hasil negatif tes Covid-19 yang didapat kurang dari 72 jam sebelum tiba di Jepang. Para atlet juga akan menjalani tes rutin setiap 96-120 jam selama kompetisi.
Adapun penonton internasional diharapkan bisa tetap datang ke Jepang dengan jumlah maksimal yang hingga kini belum ditentukan. Hingga saat ini ditetapkan bahwa mereka harus menjalani karantina selama dua pekan setibanya di Jepang.
Dalam rapat yang sama, IOC juga mengesahkan empat cabang pelengkap Olimpiade Paris 2024. Keempat cabang tambahan yang akan menjadi bagian dari 28 cabang (329 nomor) sebelumnya adalah breakdance, selancar, skateboarding, dan panjat tebing.
Berdasarkan peraturan baru yang diperkenalkan mulai di Olimpiade Tokyo 2020, tuan rumah berhak memilih dan mengajukan cabang terkenal di negara mereka. Langkah ini juga dilakukan Jepang dengan memasukkan lima cabang, yaitu bisbol/sofbol, karate, panjat tebing, selancar, dan skateboarding, untuk Tokyo 2020.
Keempat cabang tambahan itu diusulkan Panitia Penyelenggara Olimpiade Paris 2024 pada Februari 2019, lalu disetujui dalam pertemuan IOC di Lausanne, Swiss, Juni 2019, dan kemudian disahkan melalui rapat Dewan Eksekutif IOC, kemarin. Breakdance pun menjadi cabang baru Olimpiade.
Menurut Panitia Penyelenggara Olimpiade Paris 2024, mereka mengusulkan cabang-cabang tambahan itu karena dinilai akan menarik perhatian penonton baru dan muda. ”Program ini membuat Paris 2024 menjadi Olimpiade pertama pascapandemi. Kami mengurangi jumlah biaya, juga membuat Olimpiade yang fokus pada anak muda,” ujar Bach kemudian.
Pengurangan biaya yang dimaksud Bach adalah mengurangi jumlah peserta, dari 11.092 atlet di Tokyo 2020 menjadi 10.500 atlet di Paris 2024. Sebagai dampaknya, pengurangan jumlah nomor pun akan terjadi, dari 339 menjadi 329 nomor, di antaranya pada cabang angkat besi dan tinju.
Empat kelas akan dihilangkan dari lima kelas angkat besi, masing-masing pada putra dan putri, saat ini. Kuota lifter pun turun dari 196 orang di Tokyo (260 orang di Rio 2016) menjadi 120 orang. Pencoretan kelas akan dilakukan oleh Federasi Angkat Besi Internasional (IWF) pada kuartal keempat 2021.
Keputusan IOC mengurangi kelas angkat besi, salah satu cabang andalan Indonesia dalam meraih medali Olimpiade, didasari pertimbangan sejarah doping yang sering terjadi pada cabang ini. Atas dasar itu pula, IOC terus meninjau angkat besi untuk Paris 2024. (REUTERS)