Satu tiket ke babak 16 besar Liga Champions dari Grup D masih tersisa untuk diperebutkan Ajax dan Atalanta di Stadion Johan Cruyff Arena. Keuntungan lebih besar sudah dimiliki Atalanta.
Oleh
D HERPIN DEWANTO PUTRO
·3 menit baca
AMSTERDAM, SELASA — Ajax dan Atalanta menjalani laga penentuan memperebutkan tiket terakhir ke babak 16 besar Liga Champions di Stadion Johan Cruyff Arena, Amsterdam, Belanda, Kamis (10/12/2020) pukul 00.55 WIB. Satu tiket berharga untuk mewujudkan ambisi mereka menjadi lebih dari sekadar tim yang dikenal jago memproduksi pemain bintang.’
Satu tiket lain di Grup D sudah diambil Liverpool yang menduduki puncak klasemen dengan 12 poin. Atalanta dengan delapan poin hanya perlu hasil imbang atau satu poin untuk lolos, sedangkan Ajax dengan tujuh poin wajib menang.
”Kami datang ke Amsterdam dengan posisi yang lebih menguntungkan,” ujar Pelatih Atalanta Gian Piero Gasperini. Selain unggul poin, Atalanta juga diuntungkan dalam hal waktu istirahat karena mereka batal melawan Udinese dalam ajang Liga Italia, akhir pekan lalu, akibat cuaca buruk.
Bisa beristirahat merupakan kemewahan bagi klub Eropa saat ini, yang berjuang tampil konsisten di tengah jadwal kompetisi yang padat. Frekuensi bertanding yang tinggi inilah yang menjadi alasan bagi Gasperini untuk menjelaskan buruknya penampilan mereka musim ini.
Kami datang ke Amsterdam dengan posisi yang lebih menguntungkan.
Dalam enam laga terakhir di semua kompetisi, Atalanta hanya menang sekali ketika mengalahkan Liverpool, 2-0. Para penyerang, seperti Duvan Zapata, Luis Muriel, dan sang kapten Papu Gomez, menjalani enam laga tanpa bisa mencetak gol.
Keuntungan yang mereka dapatkan di Amsterdam ini pun menjadi bekal berharga bagi tim berjuluk ”Sang Dewi” untuk mengulangi kesuksesan mereka menembus babak perempat final musim lalu. Atalanta punya kesempatan sekali lagi bahwa mereka tidak lagi puas dengan reputasi sebagai pencetak talenta, tetapi sudah menjelma menjadi kekuatan baru di kompetisi elite Eropa.
Selama bertahun-tahun, Atalanta menjadi tim kebanggaan Italia karena melahirkan bintang seperti Roberto Donadoni, Christian Vieri, Giacomo Bonaventura, dan Filippo Inzaghi. Namun, sama seperti tim Eropa lainnya, Atalanta butuh pemain matang untuk mengangkat pamor tim utama, sedangkan ”pabrik” talenta tetap berjalan seperti biasa.
Sebagian besar pemain Atalanta saat ini pun berasal dari Amerika Selatan. Pada laga lawan Ajax ini, hanya kiper Marco Sportiello yang merupakan produk akademi Atalanta. Pemain jebolan akademi Atalanta lainnya, Mattia Caldara, belum bisa tampil karena cedera lutut.
Senjata makan tuan
Reputasi Ajax sebagai pencetak sekaligus pemasok pemain bintang juga menjadi senjata makan tuan. Setelah kehilangan pemain binaan, seperti Matthijs de Ligt, Frenkie de Jong, dan terakhir Donny van de Beek, yang sempat membawa Ajax menembus babak semifinal musim 2018-2019, Ajax kini mencoba berpikir realistis.
Pelatih Ajax Erik ten Hag mengakui, musim ini mereka tampil dengan tim berbeda. Ajax tetap berambisi bertahan di Liga Champions yang pernah menjadi panggung mereka saat meraih tiga trofi pada 1972-1974 dan terakhir pada 1995.
Namun, Ten Hag merasa tantangan kali ini sangat berat dan ia sudah memikirkan jaring pengaman. ”Kami sangat ambisius dan ingin menjadi salah satu dari 16 tim terbaik di Eropa, tetapi tidak masalah apabila kami gagal. Liga Europa masih menjadi ajang yang bagus,” kata Ten Hag dikutip NOS.
Tim peringkat ketiga di babak penyisihan grup Liga Champions otomatis akan terlempar ke Liga Europa. Bisa Ajax atau Atalanta, tergantung hasil dari laga di Amsterdam nanti. Midtjylland yang berada di peringkat keempat dengan satu poin dan akan menghadapi Liverpool pada laga lain sudah tidak mungkin naik ke peringkat tkiga.
Setidaknya dengan tampil di Liga Europa, kata Ten Hag, Ajax masih bisa mencapai target untuk menghabiskan musim dingin di kompetisi Eropa. Lagi pula, mereka masih punya peluang untuk meraih trofi di kompetisi Eropa kasta kedua itu sembari menanti kesempatan tampil di Liga Champions pada musim berikutnya. (AFP)