Barcelona menelan kekalahan keempat di Liga Spanyol musim ini. Kesalahan lini belakang telah mengakibatkan Barca kehilangan banyak poin.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
CADIZ, MINGGU – Akibat pulang tanpa poin dari markas Cadiz, Stadion Ramon de Carranza, dalam laga ke-10 Liga Spanyol, Minggu (6/12/2020) dini hari WIB, Barcelona menghadapi kemustahilan untuk memenuhi misi merebut kembali gelar Liga Spanyol yang diraih rival abadi, Real Madrid, di musim lalu. Kini, "Blaugrana" berselisih 12 poin dari Atletico Madrid yang menguasai puncak klasemen. Di sisi lain, Barca hanya terpaut tiga poin dari zona degradasi.
Sepanjang sejarah Liga Spanyol belum ada satu tim pun yang bisa merebut trofi liga ketika sempat tertinggal dengan 12 poin dari sang pemuncak klasemen. Setelah menjalani pertandingan ke-10, Barca memang masih bertahan di posisi 10 besar atau tepatnya di peringkat tujuh dengan 14 poin.
Namun, jarak poin dengan Atletico semakin jauh. Sebab, Atletico mampu mengungguli Real Valladolid 2-0 sekaligus merengkuh tujuh kemenangan beruntun di liga. Hasil itu membawa Atletico memimpin sementara klasemen dengan perolehan 26 poin.
Selain itu, Barca hanya unggul tiga poin dari Osasuna yang berada di urutan ke-18 yang merupakan batas akhir zona degradasi. Alhasil, Pelatih Barca Ronald Koeman menilai penampilan anak asuhannya penuh dengan kekecewaan sehingga pantas menelan kekalahan dari Cadiz.
“Ini adalah langkah mundur yang besar dalam kesempatan kami bersaing untuk gelar liga. Berselisih 12 poin dengan Atletico adalah sebuah perbedaan yang amat besar,” kata Koeman seusai laga dilansir Marca.
Terakhir kali Barca kalah dari Cadiz terjadi pada 11 Mei 1991. Dalam laga ke-34 musim 1990-1991 itu, Barca tumbang 0-4 dalam laga tandang di Cadiz. Ketika itu, Koeman adalah salah satu pemain inti yang diturunkan oleh Johan Cruyff, pelatih “Blaugrana” di musim tersebut.
Kesalahan individu
Dalam kekalahan 1-2 itu, Barca harus membayar mahal dua kesalahan dua bek tengahnya. Gol perdana Cadiz diawali halauan Oscar Mingueza yang justru mengarah ke gawang. Bola sempat ditepis Marc-Andre Ter Stegen, tetapi bola dengan mudah disontek penyerang Cadiz, Alvaro Gimenez, untuk mencetak gol.
Kemudian, gol kedua Cadiz diawali kesalahan operan Clement Lenglet kepada Ter Stegen sehingga bola mampu direbut penyerang veteran, Alvaro Negredo. Tanpa kesulitan, Negredo mencetak gol kedua bagi tim tuan rumah.
Satu-satunya gol Barca pun tercipta lewat gol bunuh diri bek Cadiz, Pedro Alcala, yang hendak menghalau umpan Jordi Alba. Sayangnya, bola justru masuk ke dalam gawang sendiri.
Hanya mampu mencetak gol karena “hadiah” tim lawan adalah sebuah ironi bagi Barca. Pasalnya, “Blaugrana” sangat menguasai laga dengan total 82 persen penguasaan bola. Di sisi lain, Lionel Messi dan kolega mampu menghasilkan 21 tembakan berbanding tujuh tembakan yang dihasilkan Cadiz.
Messi pun melakukan 10 kali tembakan yang tidak satu pun mampu menaklukan kiper Cadiz, Jeremias Ledesma.
“Saya pikir berbagai kesalahan individu telah membuat kami kehilangan banyak poin di awal musim ini. Kemenangan rival, seperti Atletico, juga semakin merumitkan situasi kami untuk bersaing merebut trofi liga,” ucap gelandang Barca, Sergio Busquets, dikutip Sport.
Koeman pun kehabisan kata-kata ketika disinggung penampilan skuadnya berbanding 180 derajat ketika berlaga di Liga Spanyol dan Liga Champions. Dalam lima laga Liga Champions, Barca selalu meraih kemenangan. “Blaugrana” adalah satu-satunya tim yang mampu tampil sempurna di fase grup Liga Champions musim ini.
Kedua kompetisi itu amat berbeda. Saya tidak mengerti di mana kesalahan kami, tetapi kami memang mengalami masa naik-turun dalam beberapa laga di liga. Kami pun kebobolan gol yang tidak pernah saya pikirkan bisa terjadi di sejumlah klub yang saya tangani sebelumnya.
“Kedua kompetisi itu amat berbeda. Saya tidak mengerti di mana kesalahan kami, tetapi kami memang mengalami masa naik-turun dalam beberapa laga di liga. Kami pun kebobolan gol yang tidak pernah saya pikirkan bisa terjadi di sejumlah klub yang saya tangani sebelumnya,” ucap Koeman yang telah menangani 11 tim dalam dua dekade karier sebagai pelatih.
Julio Maldonado, jurnalis senior Marca, menilai, Koeman masih memiliki pekerjaan rumah besar untuk menghadirkan kepemimpinan di ruang ganti Barca. “Di era Koeman, Barcelona masih kehilangan mentalitas sebagai tim juara, sehingga tampil inkonsisten dan sulit termotivasi ketika melawan tim yang secara kualitas lebih lemah,” kata Maldonado.
Awal terbaik
Sementara itu, Atletico telah menjalani awal musim terbaik yang serupa ketika klub berjuluk “Los Rojiblancos” itu meraih dua trofi Liga Spanyol terakhir, yaitu pada musim 1995-1996 dan 2013-2014. Perolehan poin Atletico dalam 10 laga awal musim ini ialah 26 poin dari maksimal 30 poin. Jumlah poin itu telah menyamai catatan Atletico di awal musim 1995-1996.
Adapun pada musim 2013-2014, Atletico meraih 27 poin dalam 10 pertandingan perdana liga. Itu adalah prestasi terbaik Atletico di Liga Spanyol.
Menurut Pelatih Atletico Madrid Diego Simeone, dirinya membutuhkan kontribusi seluruh pemain untuk kembali menghadirkan trofi seperti tujuh musim silam. Dalam laga melawan Real Valladolid, Minggu dini hari WIB, gol Atletico dicetak oleh Thomas Lemar dan Marcos Llorente. Lemar pun menjadi pemain kedelapan Atletico yang menyumbangkan gol di Liga Spanyol musim ini.
“Kami membutuhkan seluruh individu di tim ini untuk menjaga konsistensi dan meraih prestasi. Semakin baik penampilan tim ini, maka semakin baik pula hasil yang akan kami raih di penghujung musim,” ucap Simeone.
Kemudian, Llorente menciptakan gol ke-3000 bagi Atletico dalam laga kandang Liga Spanyol. Capaian itu menyamai torehan gol yang telah dicapai Real Madrid, Barcelona, dan Athletic Bilbao.
“Kondisi tim ini sangat baik. Level setiap pemain meningkat sehingga kami memiliki banyak kepercayaan diri untuk mengejar kemenangan di setiap laga,” ujar Llorente. (AFP)