Walau pandemi Covid-19, Indonesia terus berusaha menyiapkan diri sebagai calon tuan rumah Olimpiade 2032. Selain lobi dengan negara sahabat, pemerintah menyiapkan rancangan keppres tim pemenangan nasional pencalonan itu.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Kendati dalam masa pandemi Covid-19, pemerintah tetap serius menyiapkan diri menjadi tuan rumah Olimpiade 2032. Pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga, segera menerbitkan keputusan presiden mengenai tim pemenangan nasional untuk kampanye Indonesia sebagai tuan rumah Olimpiade 2032.
”Kami sudah tiga kali rapat untuk menyusun rancangan keppres tersebut. Kami targetkan rapat sekali lagi untuk menyelesaikan rancangan dokumen itu sebelum diserahkan ke Presiden melalui Kementerian Sekretariat Negara. Kami targetkan dokumen itu selesai dalam pekan ini agar sudah bisa disahkan atau diterbitkan di awal Januari 2021,” ujar Sekretaris Kemenpora Gatot S Dewa Broto ketika dihubungi dari Jakarta, Kamis (3/12/2020).
Dalam rapat terbatas di Istana Negara, Jakarta, Rabu (4/11), Presiden Joko Widodo meminta Kemenpora menyiapkan peta jalan pencalonan Indonesia sebagai tuan rumah Olimpiade 2032. Peta jalan diperlukan untuk proses seleksi yang dimulai selambatnya pada 2023 dan penetapan pada 2024. Apalagi Indonesia akan bersaing ketat dengan Jerman, Australia, Unifikasi Korea, China, India, dan Qatar.
Gatot mengatakan, peta jalan itu akan tertuang dalam rancangan keppres tersebut. Isinya secara umum mengenai penguatan koordinasi atau pembagian tugas antar kementerian/lembaga terkait dan besaran anggaran untuk menyiapkan diri. ”Secara psikologis, ini wujud niat besar Indonesia menjadi tuan rumah Olimpiade 2032 sehingga diharapkan bisa meningkatkan keyakinan IOC (Komite Olimpiade Internasional),” terangnya.
Sosialisasi ke masyarakat
Nantinya, keppres itu pun menjadi landasan untuk sosialisasi mengenai rencana pencalonan tersebut kepada masyarakat. Apalagi IOC boleh jadi melakukan survei secara diam-diam ke masyarakat Indonesia untuk memastikan dukungan publik terhadap pencalonan tersebut. Kalau ternyata masyarakat belum tahu atau tidak mendukung pencalonan itu, hal tersebut bisa menjadi penilaian buruk IOC terhadap niat Indonesia.
Jadi, walaupun pandemi Covid-19, kami tidak boleh diam dalam menyiapkan diri untuk pencalonan tersebut. Paling tidak, masyarakat harus diberi pemahaman mengenai rencana pencalonan itu agar mereka punya visi dan misi yang sama dengan pemerintah saat IOC melakukan survei kepada mereka.
”Jadi, walaupun pandemi Covid-19, kami tidak boleh diam dalam menyiapkan diri untuk pencalonan tersebut. Paling tidak, masyarakat harus diberi pemahaman mengenai rencana pencalonan itu agar mereka punya visi dan misi yang sama dengan pemerintah saat IOC melakukan survei kepada mereka,” katanya.
Selain itu, keberadaan keppres menjadi patokan untuk melakukan sejumlah promosi. Indonesia berencana membuat Rumah Indonesia atau House of Indonesia di Olimpiade Tokyo pada 23 Juli-8 Agustus 2021. Pembuatan Rumah Indonesia membutuhkan biaya cukup besar sehingga harus ada kepastian dukungan anggaran.
Rumah Indonesia akan menampilkan pengalaman Indonesia dalam menggelar kegiatan olahraga besar, seperti Asian Games 2018 dan Asian Para Games 2018, serta kesiapan infrastruktur dan potensi alam. ”Rumah Indonesia menjadi media penting untuk meyakinkan komunitas olahraga internasional bahwa Indonesia siap menggelar Olimpiade,” tutur Gatot.
Lobi negara sahabat
Di sisi lain, lanjut Gatot, pihaknya bersama Kementerian Luar Negeri terus melakukan lobi dengan negara sahabat atau menjalin kerjasama diplomatik selama pandemi ini. Apalagi mekanisme pemungutan suara tuan rumah Olimpiade, yakni satu negara/Komite Olimpiade Nasional (NOC) satu suara. Jadi, Indonesia butuh menjalin komunikasi dengan semua pemilik suara tersebut.
Kemenpora dan Kemenlu terus menyempatkan diri mengabarkan niat Indonesia sebagai tuan rumah Olimpiade 2032 ketika ada kunjungan pejabat tinggi negara sahabat yang datang ke Indonesia atau melalui duta besar Indonesia yang tersebar di sejumlah negara. ”Pergerakan kami tidak akan lepas dari Kemenlu supaya kami tidak salah prosedur,” ujarnya.
Kemenpora dan NOC Indonesia juga berupaya minta dukungan atau timbal balik dukungan dari NOC negara lain yang punya niat menjadi tuan rumah suatu kegiatan, seperti NOC Qatar yang datang ke Jakarta, Senin (30/11) yang ingin menjadi tuan rumah Asian Games 2030. ”Selama pandemi, beberapa NOC negara sahabat datang minta dukungan untuk menggelar ajang internasional. Kita coba ambil kesempatan minta dukungan balik mereka,” kata Gatot.
Ketua NOC Indonesia Raja Sapta Oktohari menuturkan, pihaknya terus melakukan lobi dengan NOC negara lain, termasuk dengan NOC Qatar. ”Saya bilang ke mereka, kami siap dukung mereka jadi tuan rumah Asian Games 2030. Tapi, kami bilang bahwa kita serius ingin jadi tuan rumah Olimpiade 2032. Jadi, mereka juga harus dukung kita. Nanti, mereka mengundang untuk melakukan pembicaraan lanjutan,” tuturnya.
Secara keseluruhan, sejak Indonesia menyatakan niat menjadi tuan rumah Olimpiade 2032 pada tahun lalu, NOC Indonesia bergerak cepat berkomunikasi dengan anggota IOC lainnya. ”Lobi dilakukan dengan pendekatan persahabatan. Sejauh ini, semuanya menyambut positif. Insya Allah, sebagian besar negara Asia bersedia mendukung Indonesia,” pungkas Okto.