Langkah Real Madrid di Liga Champions semakin berat seusai dikalahkan Shakhtar Donetsk, 0-2, di Kiev. Posisi pelatih Zinedine Zidane juga ikut terancam.
Oleh
DOMINICUS HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
KIEV, RABU — Real Madrid mendapati roda nasibnya berputar sangat cepat di Stadion Olympic, Kiev, Ukraina. Stadion itu menjadi saksi tawa bahagia ”El Real” saat meraih trofi Liga Champions yang ketiga secara beruntun pada Mei 2018. Dua tahun lebih enam bulan kemudian, mereka datang kembali dan tidak tampak seperti tim penakluk Eropa.
Sebaliknya, Real berubah drastis menjadi tim yang tidak bisa menjadi ancaman bagi siapa pun ketika dikalahkan Shakhtar Donetsk, 0-2, Rabu (2/12/2020) pagi waktu Indonesia. Hasil laga ini menambah rumit masalah besar yang sedang dihadapi Real pada musim ini.
Dalam tiga laga terakhirnya di Liga Spanyol, Real sudah kalah dua kali dan imbang sekali. Kini, mereka juga terancam tersingkir pada fase penyisihan grup di Liga Champions untuk pertama kali sejak 1997. Catatan perjalanan terburuk Real sudah ada di depan mata.
Setelah menjalani lima laga di Grup B musim ini, Real sudah menelan dua kekalahan. Dua-duanya terjadi saat melawan Shakhtar karena pada pertemuan pertama Real kalah, 2-3, di Madrid. Kekalahan ini membuat Real baru bisa mengantongi tujuh poin dan turun ke peringkat ketiga klasemen.
Masih ada catatan buruk lainnya tentang pertahanan Real yang makin rapuh. Mereka sudah kebobolan sebanyak 9 gol dan ini merupakan jumlah kebobolan terbanyak dalam sejarah klub selama mengikuti fase grup dalam kompetisi ini.
Shakhtar dengan mudah menemukan celah di lini pertahanan Real yang tidak diperkuat Sergio Ramos yang masih cedera. Celakanya, bek Raphael Varane justru melakukan blunder yang membuat Shakhtar bisa mencetak gol pertama melalui tendangan Dentinho pada menit ke-57.
Varane juga tidak mampu mencegah Manor Solomon yang mencetak gol kedua Shakhtar melalui tendangan keras dari luar kotak penalti. Pada pertemuan pertama di Madrid, Solomon juga berhasil mencetak gol. ”Saya sangat senang bisa mencetak gol lagi (ke gawang Real). Bisa mendapatkan enam poin dari Real adalah mimpi yang menjadi kenyataan,” kata Solomon dikutip UEFA.
Dari sisi pola serangan, Real kembali ke Kiev dengan membawa permainan yang mudah dibaca lawan. Pelatih Shakhtar, Luis Castro, mengaku sudah tahu kelemahan Real dan tetap menggunakan cara yang sudah dipakai pada laga sebelumnya di Madrid.
Kami tahu Real ingin menang dan kami harus menghentikannya dengan cara meredam serangan mereka dari sektor sayap dan menguasai duel-duel udara.
”Kami tahu Real ingin menang dan kami harus menghentikannya dengan cara meredam serangan mereka dari sektor sayap dan menguasai duel-duel udara,” ujar Castro. Ketika Real mulai membangun serangan dari sektor sayap, para pemain Shakhtar langsung mengepung si pembawa bola dan tidak membiarkannya leluasa memberikan umpan silang.
Tetap optimistis
Kekalahan di Kiev memastikan Real harus menjalani laga ”final” melawan Borussia Moenchengladbach pada laga terakhir fase grup di Madrid, pekan depan. Minimal Real masih bisa selamat jika bermain imbang dan Shakhtar dikalahkan Inter Milan pada laga lainnya.
Semua tim di Grup B masih berpeluang lolos ataupun tersingkir karena Inter juga berhasil mengalahkan Gladbach, 3-2, Rabu kemarin. Gladbach masih berada di puncak klasemen dengan 8 poin, disusul Shakhtar dan Real dengan tujuh poin, sedangkan Inter berada di peringkat keempat dengan lima poin.
Laga pamungkas nanti bakal sangat sulit mengingat Gladbach merupakan tim terproduktif di Grup B dengan 16 gol. Sepuluh gol di antaranya tercipta ke gawang Shakhtar dalam dua laga. Real dua kali dikalahkan Shakhtar, sedangkan Gladbach dua kali melibas Shakhtar dengan mudah.
Meskipun tertekan, Pelatih Real Zinedine Zidane masih merasa optimistis timnya bisa bangkit dan mencuri poin dari Gladbach. Zidane kini punya tugas berat untuk menaikkan moral para pemainnya dan ia menunjukkan sikapnya itu dalam kata-kata. ”Saya tidak akan mundur (sebagai pelatih Real), tidak sama sekali. Kami selalu menghadapi masa sulit, tetapi kami harus tetap melangkah,” katanya.
Dua tahun lalu, seusai menjuarai Liga Champions di Kiev, Zidane memang pernah mundur. Namun, konteks kali ini berbeda. Dulu, Zidane mundur saat berjaya, tetapi kini ia tidak mau meninggalkan timnya saat sedang kesusahan.
Zidane ingin bertahan, tetapi surat kabar di Spanyol mengabarkan bahwa posisi pelatih asal Perancis itu sudah dalam bahaya. El Mundo, misalnya, menulis bahwa Zidane bisa saja dipecat sebelum menghadapi Gladbach.
Marca bahkan sudah menyebutkan ada dua kandidat utama pengganti Zidane, yaitu Mauricio Pochettino dan Raul Gonzalez Blanco. Pochettino masih dalam posisi menganggur setelah berhenti melatih Tottenham Hotspur, sedangkan Raul saat ini merupakan pelatih Real Madrid Castilla, tim pelapis Real. (AP/AFP/REUTERS)