Video asisten wasit atau VAR kembali menjadi “musuh” Liverpool setelah ditahan Brighton and Hove Albion, 1-1. Meski bisa kembali ke puncak klasemen Liga Inggris, posisi “Si Merah” masih rapuh.
Oleh
DOMINICUS HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
BRIGHTON, SABTU - Liverpool ditahan imbang Brighton and Hove Albion, 1-1, pada laga Liga Inggris, Sabtu (28/11/2020). Manajer Liverpool, Juergen Klopp, kecewa karena gagal membangun landasan yang kokoh di puncak klasemen dan lantas bertepuk tangan di hadapan asisten wasit.
Tepuk tangan Klopp ini merupakan bentuk sarkasme yang yang muncul dari kekecewaannya. “Si Merah” kehilangan poin pada laga itu karena dua gol mereka dianulir wasit setelah mengecek ulang menggunakan asisten wasit peninjau video atau VAR. Teknologi itu pula yang membuat Brighton bisa menyamakan kedudukan melalui gol penalti Pascal Gross pada menit ke-90+3.
Liverpool sempat melakukan selebrasi ketika Mohamed Salah bisa menerobos pertahanan Brighton dan mencetak gol. Namun, VAR menyatakan Salah sudah berada pada posisi offside dengan garis yang sangat tipis.
Baru pada menit ke-60, Liverpool bisa benar-benar mencetak gol melalui aksi gemilang Diogo Jota dalam mencari ruang tembak. Pemain asal Portugal ini sekali lagi menjaga ketajaman lini serang Liverpool yang tidak diperkuat Sadio Mane sejak menit pertama.
Mane mulai tampil pada menit ke-64 menggantikan Salah dan juga berhasil mencetak gol melalui sundulannya. Namun, VAR kembali membuktikan jika posisi Mane sudah offside dan Liverpool kembali dalam posisi bahaya karena serangan Brighton sangat agresif.
Hal itu terbukti ketika waktu normal 90 menit sudah usai dan bek Liverpool Andrew Robertson dinyatakan melakukan pelanggaran karena menendang kaki Danny Welbeck. Setelah melihat VAR, wasit memberikan tendangan penalti kepada Brighton dan laga berakhir imbang. Pada momen inilah Klopp mulai bertepuk tangan di hadapan asisten wasit.
Saya ingin bermain sepak bola secara normal. Ya saya ingin bermain tanpa menggunakannya (VAR).
Gelandang Liverpool Jordan Henderson yang sudah bisa kembali bermain setelah cedera lantas ikut mengkritisi penggunaan VAR. “Saya ingin bermain sepak bola secara normal. Ya saya ingin bermain tanpa menggunakannya (VAR),” ujar Henderson dikutip BBC.
Hasil imbang ini mampu mengantar Liverpool ke puncak klasemen dengan 21 poin. Namun, posisi tersebut belum aman karena Tottenham Hotspur yang semula berada di puncak klasemen, kini masih berada di peringkat kedua dengan 20 poin.
Tekanan Chelsea
Pada laga yang akan berlangsung Minggu (29/11/2020), Spurs berusaha merebut kembali posisi puncak klasemen saat melawan Chelsea. Namun, manajer Spurs, Jose Mourinho, mengatakan bahwa bukan mereka yang tertekan melainkan Chelsea yang sudah menghabiskan lebih dari 247 juta euro atau Rp 4 trilun untuk belanja pemain dan memperkuat skuad untuk musim ini.
“Saya sudah pernah berada di klub yang didukung modal besar untuk jadi juara. Saya pernah menghadapi tekanan seperti itu tetapi tidak untuk sekarang,” kata Mourinho yang pernah melatih Chelsea, Inter Milan, dan Real Madrid.
Mourinho saat ini telah berhasil menciptakan suasana yang nyaman bagi para pemain untuk mengeluarkan seluruh kemampuannya. Spurs sudah mencetak tujuh gol dalam tiga laga terakhir di semua kompetisi dan tidak kebobolan. Perubahan di dalam tim, termasuk peran baru penyerang Harry Kane yang sekarang tukang assist, telah membuat Spurs menjelma menjadi tim yang haus gol.
Menjelang laga kontra Chelsea, para pemain Spurs juga tampak santai. Mereka masih bisa bergembira dan bermain kriket di sela latihan rutin. Mourinho pun berulang kali berkata jika ia tidak terlalu memikirkan posisi di klasemen. “Sudah saya katakan sejak awal musim jika kami hanyalah pesaing yang berusaha memenangi sebuah laga,” kata Mourinho dilansir laman Spurs.
Diksi yang digunakan Mourinho untuk mengejar target tim merupakan caranya untuk mengurangi tekanan bagi dirinya maupun pemain. Bagaimanapun Spurs sudah lama berada di bawah tekanan karena tidak pernah meraih trofi sejak menjuarai Piala Liga Inggris tahun 2008.
Ketika masih melatih Chelsea, Mourinho pernah mengangkat trofi Liga Inggris sebanyak tiga kali. Dua trofi di antaranya diraih bersama Frank Lampard yang kini sudah naik kelas dari pemain menjadi manajer Chelsea. Laga antara Spurs dan Chelsea Minggu ini merupakan laga kelima yang mempertemukan Mourinho dan Lampard.
Pertarungan antara guru dan murid ini akan berlanjut dalam level berbeda. Mourinho, sang guru, bakal memberikan ujian yang lebih berat bagi Lampard untuk bisa meredam serangan Spurs. Lampard pun menyadari ia berada dalam tekanan yang lebih besar seperti yang dikatakan Mourinho.
“Sekarang kami sudah banyak berinvestasi dan ingin menjadi lebih baik. Saya ingin membantu tim. Itulah tugas saya sebagai pelatih,” kata Lampard. Laga kontra Spurs ini merupakan kesempatan terbaik untuk mewujudkan ambisi Chelsea menjuarai liga musim ini. Ini merupakan kesempatan bagi mereka untuk menahan laju Spurs dan bergantian mengejar Liverpool. (AFP/REUTERS)