Diego Maradona bak penyihir. Dia membuat bola seolah bisa lengket di kakinya. Gaya bermain yang penuh atraksi nan magis itu menjadi mitos dan melekat di benak pelaku maupun penikmat sepak bola sampai kini.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
Sekitar tahun 1995, sebuah poster berukuran 40 sentimeter x 50 sentimeter bergambar orang berambut kriwil, bertubuh atletis, berbaju biru-putih ketat, bercelana biru tua satu jengkal di atas lutut, dan sepatu hitam bergaris putih dengan lidah sepatu menjulur ke atas terpampang di kamar berukuran 3 meter x 4 meter di Kota Palembang, Sumatera Selatan. Seorang bocah berusia enam tahun yang belum paham sepak bola bertanya kepada pamannya yang menempati kamar itu.
Foto siapa yang terpampang di kamar tersebut. ”Ini Maradona, pemain sepak bola yang punya lem di kakinya. Kalau bawa bola, bola bisa nempel di kakinya. Lawan tidak bisa ambil bola kalau tidak jatuhin dia,” ujar paman itu menceritakan keajaiban Maradona kepada keponakannya.
Sayangnya, pada era itu, tayangan sepak bola di televisi masih amat terbatas. Di Palembang awal 1990-an, siaran televisi hanya didapat dari televisi milik pemerintah. Siaran televisi swasta pertama adalah televisi berlogo rajawali yang masuk sekitar tahun 1994. Walau televisi swasta itu sudah menyiarkan Liga Italia Serie A, Maradona sudah tak bermain lagi di Napoli.
Belakangan diketahui, saat itu, Maradona sudah pulang ke kampung halamannya di Argentina. Tidak ada stasiun televisi Indonesia yang menayangkan siaran sepak bola ”Negeri Tanggo” dari dulu sampai sekarang.
Rasa penasaran pun kian menghantui pikiran sang bocah. Ada tanda tanya besar, apa mungkin ada pesepak bola yang bisa membuat bola menempel di kakinya. Atau jangan-jangan, pemain itu memang pakai lem di sepatunya agar bola selalu lekat.
Memasuki 1998, televisi pemerintah dan swasta yang sampai ke Palembang menayangkan laga-laga Piala Dunia FIFA yang berlangsung di Perancis. Beberapa kali, siaran televisi mengulas sejumlah laga Piala Dunia dari edisi-edisi sebelumnya. Mereka juga mengulas bintang yang pernah bersinar di kejuaraan empat tahunan tersebut.
Tanpa sengaja, sang bocah menyaksikan ulasan mengenai Maradona yang pernah berjaya membawa negaranya juara Piala Dunia 1986 di Meksiko. Untuk pertama kali, sang bocah melihat kelihaian Maradona mengolah si kulit bundar, antara lain ketika mencetak gol dengan mengiring bola dari setengah lapangan, melewati lima pemain, dan kiper lawan sebelum menceplos bola ke gawang Inggris pada perempat final Piala Dunia 1986.
Sang bocah yang tadi sangsi jadi percaya bahwa pamannya tak membual. Maradona memang bisa membuat bola seolah lengket di kakinya. Itu semata-mata karena kemampuan pesepak bola yang berkarier selama 1976-1997 ini di atas rata-rata bukan karena ada lem di sepatunya.
Saya bekerja keras sepanjang hidup untuk ini. Banyak yang mengatakan saya tidak pantas mendapatkan apa-apa karena semuanya mudah, mereka yang mengatakan itu pecundang.
”Saya bekerja keras sepanjang hidup untuk ini. Banyak yang mengatakan, saya tidak pantas mendapatkan apa-apa karena semuanya mudah, mereka yang mengatakan itu pecundang,” ujar Maradona dikutip Planet Football, Rabu (25/11/2020).
Skill fenomenal
Skill Maradona memang fenomenal. Walau bertubuh relatif pendek sekitar 165 sentimeter atau di bawah ukuran rata-rata pesepak bola dunia, namun pria kelahiran Lanus, Argentina, 30 Oktober 1960 itu menjadi pemain bola yang amat besar. Semua tak lepas dari kelebihannya dalam mengolah bola.
Keagungan Maradona mengolah bola sudah menjadi mitos dari mulut ke mulut di tengah masyarakat. Bahkan, di awal 2000an, sejumlah pelatih sekolah sepak bola (SSB) di Palembang masih memberikan materi mengiring bola ala Maradona. Salah satunya SSB yang berpusat di Taman Lalu Lintas Kemala Pakri, Palembang.
Saat juggling bola masih sebatas memantulkan bola di antara dua kaki atau paha pada era 1990an ke bawah, Maradona tampil beda dengan juggling yang bisa menggunakan semua anggota tubuh. Legenda berjuluk ”Si Tangan Tuhan” itu membuat bola memantul dari sisi luar kaki, dada, bahu, dan kepala. Dia juga mempopulerkan gerakan anti gravitasi kala bola dari atas tiba-tiba menempel di ujung kaki atau membuat bola tak bergerak di kepalanya.
Kala pesepak bola masih terpaku dengan gaya konvensional, Maradona mulai bermain bola ala sirkus. Dia mempopulerkan umpan magis rabona, yakni mengumpan dengan menyilangkan kaki. Tak jarang dirinya menunjukkan kebolehan juggling bola dalam pertandingan yang membuat lawan terkecoh dan tercengang.
Belum lagi umpan cueknya di mana mengumpan rekan tanpa melihat rekan bersangkutan atau mengumpan dengan tumit. ”Ketika melihat bola dan mengejarnya, itu membuat saya menjadi orang paling bahagia di dunia,” terang Maradona menggambarkan betapa dirinya sangat menikmati permainan bola seperti dikutip Besoccer, Rabu.
Semua atraksi yang ditunjukkan Maradona jauh sebelum ada legenda Brasil Ronaldo de Lima atau legenda Portugal Luis Figo yang licah meliuk-liuk dengan bola pada era 1990-an dan awal 2000-an. Tak berlebihan, apa yang ditunjukkan legenda Barcelona, Ronaldinho, di pertengahan 2000-an, hingga megabintang Juventus Cristiano Ronaldo, dan megabintang Barcelona Lionel Messi di massa sekarang sudah pernah dilakukan Maradona sejak 40 tahun lalu.
Maradona merupakan pionir pesepak bola dengan sinar yang lebih terang dari klubnya. Tak hanya mempersembahkan prestasi untuk tim atau klub, El Diego turut meraih sejumlah prestasi individu. Apa yang dilakukannya secara alami puluhan tahun silam itu telah menjadi kewajaran saat ini.
Hal ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam industri sepak bola, yang mengangkat popularitas sepak bola, menambah pundi-pundi klub, dan membuat pesepak bola sebagai pesohor dunia. ”Salah satu atlet terhebat sepanjang masa. Karena Maradona, jutaan orang menyukai sepak bola,” tegas juara dunia tarung bebas kelas ringan UFC Khabib Nurmagomedov dalam akun Instagram resminya, Kamis (26/11/2020).
Maradona yang penuh kontroversi itu telah pergi untuk selamanya di Tigre, Buenos Aires, Argentina, Rabu kemarin. Mungkin, mantan bocah ajaib itu tak menyangka apa yang dilakukannya bakal menjadi contoh di era sekarang. Dirinya memang bak penyihir, yang membuat bola bisa lengket di kaki dan gaya bermainnya melekat di benak pelaku maupun penikmat sepak bola sampai kini.