Dunia berkabung dengan wafatnya ”Dewa Sepak Bola”, Diego Maradona. Kepergian Maradona menyatukan seluruh komunitas sepak bola dan klub sepak bola mulai dari Boca Junior, River Plate, Napoli, hingga Juventus.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
BUENOS AIRES, KAMIS — Tidak salah apabila semasa hidupnya Diego Armando Maradona menggenggam predikat sebagai ”Dewa Sepak Bola”. Ketika diumumkan wafat pada Rabu (25/11/2020) sekitar pukul 11.30 waktu Argentina, pencinta sepak bola di seluruh dunia menangis. Air mata mengalir dari setiap insan bukan hanya warga Argentina atau pendukung dua klub yang amat dicintai Maradona, Boca Juniors dan Napoli.
Untuk memberi penghormatan terakhir kepada pahlawan nasional Argentina itu, rival utama Boca di Liga Utama Argentina, River Plate, menyalakan seluruh lampu di markas River, Stadion El Monumental, tepat pada pukul 22.00, Rabu (25/11/2020) malam waktu Buenos Aires. Itu merupakan satu-satunya penghormatan yang dilakukan River kepada mantan pemain Boca sejak kedua tim memulai persaingan sengit bertajuk derbi superclasico pada 24 Agustus 1913.
”Malam ini, lampu-lampu di Monumental dinyalakan untuk menghormati legenda Diego Armando Maradona,” tulis pernyataan akun Twitter River Plate dalam takarir video singkat pemandangan Stadion El Monumental, Kamis (26/11/2020) WIB.
Penghormatan River itu seakan menepikan sementara kebencian Maradona kepada River karena rivalitas sengit antara River dan Boca yang telah berlangsung lebih dari satu abad. Kedua tim adalah wujud perbedaan kelas sosial di ibu kota Argentina, Buenos Aires. Boca mewakili keluarga pekerja nan miskin seperti latar belakang keluarga Maradona, sedangkan River adalah representasi kelas elite.
Tidak hanya itu, seorang pendukung River lengkap dengan mengenakan atribut topi bertuliskan River Plate tanpa ragu hadir secara langsung ke Stadion La Bombonera, markas Boca, untuk memberikan penghormatan bagi ”Si Tangan Tuhan”.
”Apa pun tim yang saya dukung tidak penting. Sebab, kami telah kehilangan Diego Maradona, saya ingin memberikan penghormatan terakhir untuk Diego,” ujar pendukung River itu dengan berlinang air mata yang dilansir Ole.
Ia pun berpelukan dan berfoto dengan sejumlah pendukung Boca yang juga berkumpul di La Bombonera sejak kabar wafatnya Maradona menyebar ke seluruh negeri, Rabu siang.
Tidak hanya River Plate, sikap penghormatan juga diberikan oleh Juventus. Meskipun mantan klub Maradona, Napoli, serta seluruh warga kota Naples yang disebut Neapolitan amat membenci ”Nyonya Besar”, di akun Twitter resmi klub, Juventus mengunggah gol tendangan bebas Maradona ke gawang Juventus. Gol itu merupakan gol kemenangan Napoli dalam duel menghadapi Juventus, 3 November 1985, di Stadion San Paolo.
Apresiasi dari para lawan itu seakan menandakan misi ”Dewa Sepak Bola” di dunia telah tercapai. Pasalnya, selama lebih dari empat dekade hidupnya di sepak bola, Maradona hanya ingin menghadirkan kesenangan melalui aksi dan kontribusinya di lapangan hijau.
Saya pria baik yang ingin memberi kebahagiaan dan menyatukan semua orang melalui sepak bola. Saya paham itu tidak mudah. Saya juga manusia yang tidak sempurna.
”Saya pria baik yang ingin memberi kebahagiaan dan menyatukan semua orang melalui sepak bola. Saya paham itu tidak mudah. Saya juga manusia yang tidak sempurna,” ujar Maradona dalam salah satu episode di film dokumenter bertajuk ”Maradona in Mexico” yang ditayangkan Netflix sejak awal 2020.
Rutinitas terhenti
Wafatnya sosok yang juga dijuluki ”Bocah Emas” itu membuat aktivitas di seluruh Argentina terhenti. Pemerintah Argentina telah menetapkan hari berkabung untuk memberi penghormatan kepada Maradona hingga Jumat (27/11/2020).
Selama masa berkabung, Presiden Argentina Alfredo Fernandez juga telah menghentikan seluruh aktivitas kenegaraannya. Fernandez membatalkan kunjungan kerjanya ke Provinsi Santa Fe sehingga ia tetap bertahan di Buenos Aires untuk mempersiapkan upacara pemakaman kenegaraan yang akan dipersembahkan untuk jenazah Dewa Sepak Bola.
Selain tidak ada aktivitas umum, Pemerintah Argentina dan pihak keluarga Maradona juga memberikan kesempatan kepada warga Argentina untuk mengunjungi peti jenazah Maradona untuk terakhir kalinya di tempat persemayaman di Casa Rosada, Istana Kepresidenan Argentina. Momen itu dibuka untuk umum sejak pukul 06.00 hingga pukul 16.00 pada Kamis kemarin.
Ribuan warga Argentina telah mengantre sejak pukul 05.00 demi bisa menyaksikan peti Maradona yang ditutupi bendera Argentina serta kostum ”La Albiceleste” dan Boca Juniors bernomor punggung 10. Kerumunan warga itu seakan tidak memedulikan penambahan kasus Covid-19 yang berjumlah sekitar 8.500 kasus baru pada Rabu kemarin.
”Kami ingin memberikan kesempatan kepada seluruh warga Argentina untuk bertemu dengan Diego (Maradona) untuk terakhir kali. Untuk menjalankan protokol kesehatan dan memberi kesempatan merata kepada seluruh warga, maka kami telah mengatur agar momen melihat peti jenazah dilakukan sesingkat mungkin bagi setiap orang,” ujar sang presiden dikutip La Nacion.
Tidak hanya di Casa Rosada, ribuan orang di kota Rosario yang berjarak sekitar 300 kilometer dari Buenos Aires berkumpul di Gereja Maradona. Mereka adalah pemuja sekaligus penganut kepercayaan ”agama” Maradona yang didirikan pada 30 Oktober 1998 atau ketika sang legenda merayakan hari ulang tahun ke-38.
Di luar Argentina, penghormatan besar terjadi di kota Naples, rumah kedua Maradona. Setelah memberikan dua gelar scudetto dan satu trofi Piala UEFA ketika membela Napoli pada medio 1984-1991, Maradona telah menjadi ikon kota itu.
”Di mana pun ada wajah Maradona, maka tempat itu adalah kuil bagi Neapolitan. Penghormatan kami tidak sebanding dengan kebahagiaan yang telah Maradona berikan bagi Napoli dan kota Naples,” ujar salah satu warga Naples, Antonello (30).
Dengan mata berkaca-kaca, Antonello menyalakan kembang api berwarna biru muda serta menyanyikan lagu ”Maradona” yang diciptakan fans Napoli untuk pemain terbesar dalam sejarah klub itu.
Selain itu, usulan Presiden Napoli Aurelio De Laurentiis untuk mengubah nama Stadion San Paolo, markas Napoli, disambut positif oleh Wali Kota Naples Luigi De Magistris.
”Stadion kami akan berganti nama menjadi Stadion Diego Armando Maradona. Seluruh warga menginginkan itu,” ujar De Magistris kepada Rai Radio 1.
Menurut De Magistris, Maradona telah menyatukan Neapolitan serta membuat warga kota berbahagia berkat persembahan gelar juara yang mustahil didapatkan Napoli sebelum Maradona tiba di awal musim 1984-1985. (REUTERS)