Siapapun petenis putra yang lolos ke final, turnamen Final ATP tahun ini sangatlah spesial. Untuk kali pertama sejak 2004, babak semifinal lengkap diisi empat petenis peringkat teratas dunia.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
Final ATP adalah turnamen istimewa yang hanya diikuti delapan petenis putra terbaik sepanjang tahun. Tahun ini, Final ATP itu kian spesial dengan hadirnya empat petenis peringkat teratas dunia pada babak semifinal.
Dalam persaingan empat besar di Arena O2, London, Inggris, Minggu dini hari waktu Indonesia, petenis nomor satu dunia, Novak Djokovic, menghadapi Dominic Thiem (3). Adapun Rafael Nadal (2) ditantang Daniil Medvedev (4).
Apapun hasil kedua laga itu, keempat petenis itu telah mengkuhkan diri sebagai yang terbaik pada musim kompetisi yang tak pernah terjadi sebelumnya akibat pandemi Covid-19. Pandemi itu membuat kompetisi tenis dunia harus dihentikan total sepanjang Maret hingga Agustus lalu.
Meski beberapa turnamen telah berlangsung kembali dengan memberlakukan protokol kesehatan, termasuk Final ATP pada 15-22 November, banyak turnamen pada musim 2021 yang penyelenggaraannya masih tanda tanya. Salah satunya adalah Grand Slam Australia Terbuka.
Hadirnya Djokovic, Nadal, Thiem, dan Medvedev, menjadi momen kedua dalam sejarah saat semifinal Final ATP menjadi persaingan empat petenis peringkat teratas dunia. Momen serupa hanya sekali terjadi sebelumnya, yaitu pada 2004.
Kala itu, dalam turnamen di Texas, Amerika Serikat, yang masih bernama Piala Masters, penggemar tenis disuguhi persaingan level tinggi empat peringkat teratas dunia pada semifinal. Mereka yaitu Roger Federer (1) yang menghadapi Marat Safin (4), serta Andy Roddick (2) melawan Lleyton Hewitt (3). Federer lantas mempertahankan gelarnya setelah mengalahkan Hewitt di final, 6-3, 6-2.
Kerap tidak lengkap
Setelah itu, para petenis empat besar dunia tidak hadir secara lengkap pada semifinal, baik karena absen maupun munculnya kejutan. Djokovic tak lolos Final ATP pada 2017, sementara Federer absen (meski lolos) pada 2016 dan 2020. Adapun Nadal enam kali absen, karena cedera, dari 15 kali kesempatan lolos pada kurun 2005-2019.
Meski memiliki peringkat lebih baik dibandingkan enam petenis yang lebih muda dari mereka, Djokovic dan Nadal berpendapat, bersaing dalam Final ATP bukan hal mudah. Mereka harus menghadapi petenis terbaik pada setiap laga.
Dengan hasil sekali menang dan sekali kalah dari dua laga awal penyisihan grup tahun ini, Djokovic dan Nadal lantas lolos melalui laga penentuan pada grupnya masing-masing. Mereka menunjukkan kapasitas sebagai petenis elite dunia.
Nadal misalnya, bisa menjalankan taktik yang selalu diingatkan mantan pelatihnya sejak masa kecil yang juga pamannya, Toni Nadal. Toni mengajarkan agar Nadal langsung mematahkan servis lawan pada set penentuan jika kehilangan set sebelummya. Taktik itu dilakukan untuk merusak konsentrasi dan ritme permainan lawan.
Cara itulah yang membuat Nadal mengalahkan juara bertahan, Stefanos Tsitsipas, 6-4, 4-6, 6-2, setelah kehilangan set kedua pada laga terakhir Grup London 2020. Termotivasi meraih gelar pertama di Final ATP, pemilik 13 gelar juara Perancis Terbuka itu mengerahkan semua kemampuannya meskipun lapangan keras dalam ruangan, seperti di Arena O2 London, selalu menyulitkannya.
Meski memiliki peringkat lebih baik dibandingkan enam petenis yang lebih muda dari mereka, Djokovic dan Nadal berpendapat, bersaing dalam Final ATP bukan hal mudah.
Begitu pula Djokovic. Ia menjadikan kekalahan dari Medvedev sebagai cambuk untuk menaklukkan Alexander Zverev. Petenis asal Serbia itu merebut tiket terakhir ke semifinal dengan kemenangan 6-3, 7-6 (4), atas Zverev.
Meskipun anak-anak muda dan energi berlimpahnya selalu menjadi tantangan besar, terutama dalam turnamen berformat best of three sets, Djokovic dan Nadal menunjukkan mereka masih laik diperhitungkan meski tidak lagi muda. Keduanya masing-masing berusia 33 dan 34 tahun.
Di lain pihak, petenis muda seperti Medvedev tidak bisa disepelekan. Ia memiliki motivasi ganda untuk mengalahkan idola di masa remajanya seperti Nadal. Menurut Medvedev, yang kini berusia 24 tahun, dia selalu bisa belajar untuk mengembangkan lebih jauh kemampuannya ketika melawan ”Big Three” alias Federer, Nadal, atau Djokovic.
Setelah sempat inkonsisten sejak awal tahun, Medvedev bangkit ketika tampil pada Paris Masters, 2-8 November, dan menjuarainya. Dengan menjadi satu-satunya petenis tak terkalahkan dalam penyisihan grup di London, Final ATP kali ini seharusnya menjadi kesempatannya unjuk gigi dalam ajang besar setelah dia mampu menembus final Grand Slam Amerika Serikat Terbuka 2019 lalu
Thiem juga memiliki kesempatan sama karena berada dalam tren penampilan terbaiknya pada tahun ini sejak berkarier di arena tenis profesional pada 2011. Sepanjang 2020, petenis Austria berusia 27 tahun itu dua kali tampil dalam final Grand Slam. Satu gelar juara diraihnya, yaitu di AS Terbuka. (iya)