Malam Draft NBA selalu menjadi asa bagi para klub-klub untuk mengubah masa depan mereka. Begitu pun tahun ini dengan Timberwolves yang mengambil bakat potensial Anthony Edwards di urutan pertama.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
COURTESY NBA VIA AP
Anthony Edwards berbicara kepada reporter setelah dirinya dipilih sebagai pemain urutan pertama oleh tim Minnesota Timberwolves dalam Draft NBA 2020, Rabu (18/11/2020) waktu setempat.
Hanya dalam semalam, dengan memilih seorang bocah remaja, masa depan klub NBA bisa berubah drastis. Momen magis itu yang pernah dialami Chicago Bulls ketika mengambil bocah 18 tahun pada malam Draft NBA 1984. Dengan remaja lugu bernama Michael Jordan, Bulls berevolusi dari tim pesakitan menjadi dinasti juara terbaik sepanjang masa.
Setelah malam ajaib, pada 19 Juni 1984, Jordan menyulap Bulls yang pada era awal 1980 dijuluki sebagai ”sirkus kokaina keliling” karena maraknya penggunaan narkoba. Dalam eranya, dia mengantarkan enam titel juara yang belum pernah dirasakan klub berlogo banteng itu sejak berdiri pada 1966.
Malam tersebut dikenang sebagai kelas draft terbaik. Selain kisah Bulls dan Jordan, klub-klub miskin prestasi lain juga naik kelas karena tepat memilih pemain debutan. Di antaranya Houston Rockets yang memilih Hakeem Olajuwon dan Utah Jazz yang mengambil John Stockton.
Memori magis itu merasuk kembali di tengah penyelenggaraan Draft NBA 2020, Kamis (19/11/2020) WIB. Meski tahun ini diselenggarakan lewat virtual, para klub masih punya harapan yang sama untuk mencari remaja yang bisa menyelamatkan masa depan mereka.
COURTESY NBA VIA AP
Vernon Carey Jr tersenyum saat melakukan konferensi video setelah namanya dipilih sebagai pemain oleh tim Charlotte Hornets dalam Draft NBA, Kamis (19/11/2020) waktu setempat.
Pilihan untuk mengubah nasib diawali oleh Minnesota Timberwolves, yang mendapat kesempatan pertama tahun ini. Klub yang belum pernah mencicipi juara sejak didirikan pada 1989 itu tanpa ragu memilih guard berbakat Anthony Edwards asal Universitas Georgia. ”Saya tidak bisa menjelaskan perasaan ini,” kata Edwards yang sedang bahagia sekaligus terharu dalam kediamannya, di Atalanta.
Di antara rekan dan saudara yang menyaksikan draft, terdapat dua lukisan raksasa mendiang ibu dan nenek Edwards. Menurut pebasket 19 tahun ini, kedua sosok perempuan terpenting baginya yang meninggal akibat kanker pada 2015 tersebut akan tetap bersamanya setiap saat.
Edwards dengan tubuh atletis setinggi 1,96 meter merupakan bakat yang sangat menjanjikan. Pebasket sedikit gempal ini bisa menghasilkan poin lewat jarak jauh ataupun penetrasi.
Menurut pengamat NBA, Kendrick Perkins, dia adalah gabungan dari atletisme milik Russel Westbrook dan kemampuan mencetak poin punya James Harden. Bakat itu terlihat lewat penampilan konsisten di tahun pertama bersama klub universitas Georgia Bulldogs, dengan catatan rata-rata 19 poin dan 5 rebound.
AP PHOTO/ARIEL SCHALIT
Deni Avdija berbicara kepada media di Tel Aviv, Israel, Kamis (19/11/2020), setelah namanya dipilih sebagai pemain oleh tim Washington Wizards dalam Draft NBA. Avdija adalah pemain pilihan nomor 9 yang dipilih Washington Wizards di Draft NBA 2020.
Edwards bekerja sangat keras dan dia merupakan salah satu rekan tim terbaik yang pernah saya lihat dalam 20 tahun sebagai pelatih ataupun asisten. Dia bisa memengaruhi rekan untuk ikut sukses. Dia sudah siap main di NBA dan bisa menjadi All-Star di usia sangat muda.
”Edwards bekerja sangat keras dan dia merupakan salah satu rekan tim terbaik yang pernah saya lihat dalam 20 tahun sebagai pelatih ataupun asisten. Dia bisa memengaruhi rekan untuk ikut sukses. Dia sudah siap main di NBA dan bisa menjadi All-Star di usia sangat muda,” kata Pelatih Georgia Bulldogs Tom Crean.
Antiklimaks
Harapan Timberwolves pun membuncah karena mendapat salah satu talenta terbaik di kelas draft tahun ini. Namun, belajar dari pengalaman, talenta terbaik di peringkat pertama draft selalu dibarengi dengan beban yang besar. Banyak dari remaja menjanjikan yang hilang begitu saja ketika masuk NBA.
Kisah antiklimaks itu mulai menjadi tren setidaknya dalam tujuh tahun terakhir. Debutan yang dipilih pada peringkat pertama draft, sejak 2013, belum ada yang mampu menyamai ekspektasi terhadap mereka.
Dua dari tujuh pemain itu pernah bermain bersama di Timberwolves, Karl-Anthony Towns dan Andrew Wiggins. Namun, sejak 2015, mereka hanya berhasil sekali membawa tim berlogo serigala itu ke playoff. Towns yang digadang-gadang menjadi center terbaik NBA masih dipercaya tim, sedangkan Wiggins sudah dibuang musim lalu.
Di sisi lain, Timberwolves akan ditantang juga oleh perubahan era. Saat ini, klub yang mendapatkan pemain hebat di Draft NBA belum pasti akan menguasai liga di masa mendatang, seperti era 1980-2000 awal.
COURTESY NBA VIA AP
Killian Hayes berbicara melalui konferensi video setelah namanya dipilih sebagai pemain oleh tim Detroit Pistons dalam Draft NBA, Rabu (18/11/2020) waktu setempat.
NBA memang masih memberikan kesempatan bagi klub-klub dengan peringkat terendah untuk bisa mendapat urutan draft yang lebih tinggi. Dengan begitu, klub tersebut bisa bersaing dan persaingan menjadi setara.
Namun, yang terjadi saat ini, banyak pemain yang dibesarkan oleh klub justru pindah untuk mencari gelar juara di tempat lain. Contoh terbaru adalah debutan pilihan pertama pada Draft NBA 2012, Anthony Davis.
Davis yang diambil New Orleans Hornets, sekarang berubah nama menjadi New Orleans Pelicans, justru pindah ke Los Angeles Lakers setelah tujuh musim tanpa gelar. Dia pindah karena potensi juara lebih besar dengan berpasangan bersama LeBron James. Pebasket asal Universitas California itu pun juara bersama Lakers musim lalu.
Fenomena ini masih akan berpotensi terjadi pada musim-musim berikutnya. Mengingat, nyaris semua tim besar saat ini memiliki 2-3 pemain megabintang. Itu membuat tim kecil tidak akan menjadi juara dengan hanya mengandalkan satu pemain.
Terlepas dari itu semua, kelas draft tahun ini sangat menjanjikan untuk keseruan NBA di masa depan. Selain Edwards, ada juga nama remaja berbakat seperti urutan kedua James Wiseman yang dipilih Golden State Warriors dan urutan ketiga LaMelo Ball yang diambil Charlotte Hornets.
Bertumbuhnya bakat-bakat besar akan bergantung kembali pada tekad mereka yang akan diuji dalam waktu yang sangat panjang. Seperti kata Jordan, kegagalan adalah hal biasa untuk mencapai puncak. ”Saya gagal dan gagal lagi, berkali-kali dalam hidup. Itu yang membuat saya sukses,” ucapnya. (AP)