Jaga Kualitas yang Telah Terbangun
Pelaksanaan Borobudur Marathon 2020 mendapatkan apresiasi positif dari para pelari peserta hingga Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia. Kualitas ini perlu dipertahankan pada pelaksanaan berikutnya.
MAGELANG, KOMPAS — Pelaksanaan Borobudur Marathon 2020 mendapatkan apresiasi positif dari para pelari peserta hingga Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia. Kualitas gelaran yang sudah terbangun itu diharapkan terus terjaga, bahkan kalau bisa terus meningkat untuk edisi-edisi selanjutnya.
”Fasilitas ajang ini sudah setara ajang internasional yang pernah saya ikuti, seperti Asian Games 2018 Indonesia dan SEA Games 2019 Filipina. Saya berharap kualitas yang sudah bagus ini terus dijaga. Tapi, jangan berhenti pula untuk berinovasi agar semakin baik lagi dari waktu ke waktu,” ujar peraih podium pertama putri Borobudur Marathon 2020, Pretty Sihite (23), seusai lomba di kompleks Taman Wisata Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Minggu (15/11/2020).
Pretty sudah banyak mengikuti sejumlah kejuaraan lari dari level kota/kabupaten, provinsi, nasional, hingga internasional sejak memulai karier sebagai pelari pada 2012. Bahkan, pelari yang mencatat waktu 3 jam 11 menit 51 detik di Borobudur Marathon 2020 itu sudah mengikuti Borobudur Marathon sejak 2016.
Menurut Pretty, tidak ada fasilitas setara Borobudur Marathon 2020 pada sejumlah kejuaraan lari besar nasional di tahun-tahun sebelumnya, termasuk Borobudur Marathon edisi yang lalu. Selama ini, pelari kelahiran Desa Pangaribuan, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, 21 Desember 1993, itu selalu datang sendiri ke ajang perlombaan. Demikian juga untuk mencari penginapan, semuanya diurus secara mandiri.
Di Borobudur Marathon 2020, Pretty nyaris hanya membawa badan dan perlengkapan pribadi karena semua kebutuhan telah dipenuhi oleh panitia, mulai dari tiket pulang-pergi, transportasi dalam kota, penginapan, konsumsi, hingga layanan kesehatan. Bahkan, para pelari mendapatkan fasilitas pendamping (liaison officer) yang selalu siap sedia memenuhi kebutuhan pelari.
Pada hari perlombaan, Minggu pagi, pelari diperlakukan bak pelari bintang dunia karena memiliki jalur khusus untuk memasuki lokasi lomba dan disediakan ruangan khusus yang luas, berpendingin udara, dilengkapi makanan ringan dan minuman, serta layanan kesehatan yang bisa dimanfaatkan kapan saja.
Semua fasilitas itu tidak pernah saya dapatkan dalam mengikuti kejuaraan lari level nasional mana pun. Ini luar biasa sekali karena atlet sangat dihargai. Kami jadi bisa benar-benar fokus menyiapkan diri untuk perlombaan.
”Semua fasilitas itu tidak pernah saya dapatkan dalam mengikuti kejuaraan lari level nasional mana pun. Ini luar biasa sekali karena atlet sangat dihargai. Kami jadi bisa benar-benar fokus menyiapkan diri untuk perlombaan,” kata atlet peraih perunggu lari halang rintang putri 3.000 meter di SEA Games 2019 lalu.
Selain itu, pelari asal Sijunjung, Sumatera Barat, Hamdan Syafril Sayuti (33), menuturkan, siaran langsung Borobudur Marathon 2020 juga menjadi terobosan untuk kejuaraan lari nasional yang tidak pernah ditemuinya sejak menjadi pelari pada 2007. Menurut peraih podium ketiga ajang kali ini dengan waktu 2 jam 45 menit 15 detik itu, terobosan tersebut sangat penting karena secara tidak langsung membantu pelari berinteraksi dengan keluarganya di rumah.
”Selama ini, keluarga tidak pernah melihat langsung penampilan saya dalam perlombaan. Tapi, lewat siaran langsung kali ini, mereka bisa menonton dan memberikan dukungan langsung sebelum dan sesudah lomba. Ini sangat membanggakan, terutama untuk keluarga yang menunggu di rumah,” tutur atlet peraih tempat keempat maraton SEA Games 2015 Singapura tersebut.
Terus pertahankan
Bagi pelari, penyelenggaraan Borobudur Marathon 2020 sudah lebih dari memuasakan kalau tidak bisa berlebihan disebut istimewa. Mereka jadi berharap semua yang ada sekarang terus dipertahankan untuk edisi-edisi selanjutnya. ”Semua fasilitas yang ada membuat bobot perlombaan Borobudur Marathon semakin meningkat dan pasti akan semakin menarik minat para pelari nasional maupun internasional untuk berpartisipasi,” ujar Hamdan.
Jika pun ada masukan, itu dinilai masih di luar kendali panitia dalam masa pandemi Covid-19. Para pelari berharap panitia bisa menghadirkan kembali nomor-nomor perlombaan lain, seperti 5K, 10K, dan setengah maraton. Mereka juga menginginkan lagi kehadiran penonton agar kejuaraan lebih semarak dan tidak menjemukan pelari ketika berada di titik kritis atau lelah dalam lomba.
Selain itu, pelari ingin rute lomba tidak hanya memutari Candi Borobudur karena itu bakal menjenuhkan. Tahun ini, karena pandemi, panitia membuat rute baru yang memutari candi Buddha terbesar di dunia itu sebanyak 12 kali. Belum lagi, rute yang sempit dan banyak tikungan berpotensi memicu cedera pelari jarak jauh.
”Masukan itu mungkin tidak bisa dipaksakan karena sekarang masih pandemi. Tapi, saya berharap semuanya bisa normal kembali tahun depan. Kalau fasilitas sekarang dipertahankan ditambah lomba berlangsung normal, saya yakin Borobudur Marathon menjadi jauh lebih berkualitas,” kata Juni Ramyani (28), pelari asal Padang Panjang, Sumatera Barat, yang kali ini gagal menuntaskan lomba karena tumbang dan pingsan beberapa meter sebelum garis finis.
Pelari asal Belitung, Bangka-Belitung, Robi Sianturi (22), memberikan usul minor, yakni supaya panitia bisa memberikan info jauh-jauh hari ketika ingin mengundang atlet berparitisipasi di Borobudur Marathon. ”Di lomba kali ini, persiapan saya hanya sekitar sebulan karena panitia juga baru memberikan undangan dua bulan lalu. Tapi, saya maklum mungkin pantia juga tidak bisa memprediksi kondisi pandemi,” tutur pelari yang gagal masuk delapan besar tersebut.
Secara keseluruhan, dengan fasilitas yang ada, Borobudur Marathon 2020 bisa menjadi teladan untuk panitia penyelenggara ajang lari lain agar tidak ragu melaksankan perlombaan di tengah pandemi. Perlombaan sangat mungkin dilakukan kalau menerapkan protokol kesehatan seperti kejuaraan kali ini.
”Saya harap pelaksanaan Borobudur Marathon 2020 bisa menginspirasi ajang-ajang lain agar dunia lari kembali bergeliat, terutama untuk tahun depan. Sebab, selama pandemi, kami nyaris tidak pernah berlomba dan sedikit menurunkan motivasi atau semangat untuk berlatih,” pesan Robi, yang meraih peringkat kedelapan lari 10.000 meter SEA Games 2019 tersebut.
Sekretaris Jenderal PB PASI Tigor M Tanjung menyampaikan, pihaknya sebagai induk organsiasi olahraga atletik nasional mengapresiasi panitia penyelenggara Borobudur Marathon 2020. Setidaknya, dengan protokol kesehatan ketat, pergelaran itu berlangsung lancar dan aman sejauh ini.
Maka itu, PB PASI tidak menutup kemungkinan ajang-ajang lain bisa dilaksanakan walau masih pandemi. Bahkan, mereka sudah menyusun agenda kejuaraan nasional untuk tahun depan yang juga akan menerapkan protokol kesehatan ketat. ”Tapi, tentu, kita semua berharap pandemi segera berakhir tahun depan agar semua agenda kejuaraan atletik yang ada bisa kembali berlangsung normal dan lebih optimal,” ujar Tigor.