Lewis Hamilton menghadirkan dimensi semesta dengan meraih gelar ketujuh juara Formula 1. Dia mendedikasikan pencapaian bersejarah itu pada anak-anak di seluruh dunia untuk meraih mimpi yang mustahil.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·5 menit baca
ISTANBUL, MINGGU — Lewis Hamilton menempuh jalan panjang dan berliku untuk bisa menjadi pebalap Formula 1. Dedikasi dan komitmen yang dia rawat sejak kecil mengantar dirinya menjadi juara dunia tujuh kali. Hamilton tidak pernah membayangkan bisa sehebat saat ini, sebab dia mengikuti balap F1 hanya karena tertarik dengan warna mobil McLaren yang dipacu Ayrton Senna.
”Saya ingin mengemudi mobil itu suatu saat. Suatu hari nanti saya ingin berada di kursi dia (Senna),” tulis Hamilton dalam buku atobiografinya, My Story, tentang mimpi liarnya yang terkesan sangat muluk.
Hamilton mendapatkan kesempatan meraih mimpinya berkat pengorbanan orangtuanya yang membuka jalan dengan memasukannya ke akademi gokar. Dia menemukan kegembiraan, juga saat-saat sulit yang menguatkan dirinya untuk merintis karier hingga naik kelas ke Formula Renault, Formula 3, GP2, hingga debut di Formula 1 bersama McLaren pada 2007.
Hamilton selalu mengenang percakapannya dengan Kepala Tim McLaren Ron Dennis, saat ingin meminta tanda tangan ketika usianya 10 tahun, pada suatu Minggu petang, Desember 1995. ”Hai, saya Lewis Hamilton. Suatu hari saya ingin menjadi pebalap dan saya ingin membalap untuk McLaren,” ujar Hamilton memperkenalkan diri.
Ron Dennis yang memimpin masa keemasan McLaren Formula 1 memberi petuah yang tidak pernah dilupakan oleh Hamilton. ”Kamu harus bekerja keras di sekolah. Kamu harus menjaga spirit itu dan terus berusaha,” ujar Dennis.
Setelah mendapat tanda tangan, Hamilton kecil juga memberanikan diri meminta nomor telepon dan alamat Ron Dennis. ”Oke. Telepon saya dalam sembilan tahun ke depan dan saya akan menyiapkan kontrak untukmu,” ujar Dennis.
Dennis tidak menuliskan nomor telepon dan alamatnya, tetapi ”Telepon saya dalam sembilan tahun.”
Hamilton mendapatkan energi besar dari perburuan tanda tangan pebalap dan tokoh-tokoh Formula 1 dalam acara Autosport Award itu. Jalan meraih mimpinya tidak mudah, dia sempat hampir menyerah, tetapi mampu menemukan kembali motivasinya.
Mimpi masa kecilnya itu tumbuh melebihi harapannya, hingga dia menyamai rekor tujuh kali juara Formula 1 milik Michael Schumacher pada seri Turki di Sirkuit Istanbul Park, Minggu (15/11/2020). Hamilton meraih 307 poin dan dengan tiga balapan tersisa, dua kali di Bahrain dan ditutup di Abu Dhabi. Dia unggul 110 poin dari rekan setimnya, Valtteri Bottas di posisi kedua. Perolehan poinnya tak akan terkejar dalam tiga seri tersisa.
Penampilan terbaik
Balapan seri ke-14 itu menjadi salah satu balapan terbaik Hamilton yang membalap dengan brilian di trek basah dan licin dengan ban intermediate yang berubah menjadi ban slick di akhir balapan. Hamilton yang tidak bisa memacu W11 dengan maksimal sejak sesi latihan bebas hingga hanya start dari posisi enam di sirkuit yang licin itu mampu meraih kemenangan berkat keteguhan menjaga motivasinya.
Bahkan, dia berani menetapkan strateginya sendiri, dengan tidak melakukan pit stop supaya tidak kehilangan posisi terdepan. Dia melihat jendela kesempatan terbuka saat para pebalap di depannya masuk pit untuk mengganti ban. Hamilton memacu ban intermediate selama 53 lap dan seolah alam mendukungnya dengan tidak turun hujan hingga balapan berakhir.
Sesaat setelah melintasi garis finis, yang diucapkan oleh Hamilton sungguh menyejukan. ”Untuk seluruh anak-anak yang percaya pada kemustahilan. Kamu bisa melakukan itu,” kata pebalap asal Ingris itu.
”Ketika saya masih anak-anak, saya menyaksikan Grand Prix dan memimpikan ini. Ini sangat penting bagi anak-anak di luar sana untuk melihat dan mengetahui bahwa jangan dengarkan orang yang mengatakan bahwa kalian tidak bisa meraih sesuatu. Mimpikan sesuatu yang mustahil. Tunjukkan bahwa itu ada. Kalian perlu berusaha untuk meraih itu, kalian jangan pernah menyerah, jangan pernah meragukan diri sendiri,” kata Hamilton, yang di awal musim ini menginspirasi keluarga Formula 1 untuk menyuarakan kesetaraan dengan menolak rasisme.
Hamilton yang mencerminkan nilai-nilai universal melalui pengaruhnya di dunia balap menunjukkan kekuatan dari dalam seseorang berperan besar untuk mewujudkan suatu tujuan. ”Hari ini berada di sini, kami tahu kami tertinggal dan kami melakukan yang terbaik yang kami bisa. Tidak ada saling menyalahkan, kami banyak belajar. Saya melihat (pebalap Red Bull, Alexander) Albon menjauh, tetapi saya terus berusaha dan tetap yakin ini bisa kembali kepada saya. Saya melihat temperatur (ban-ban) saya, saya mengemudi semakin baik di jalur saya dan ketika Seb (pebalap Ferrari Sebastian Vettel) masuk pit, saya memutuskan untuk tetap di lintasan,” ujar pebalap Mercedes itu kepada Formula 1.
Hamilton hanya melakukan sekali pit stop, dan tidak mengganti ban lagi karena resiko kehilangan posisi terdepan sangat besar. Dia belajar dari kegagalannya meraih gelar juara akibat kesalahan pada 2007, dan hanya bisa menyaksikan peluang juaranya melayang dari garasi tim. ”Saya kehilangan juara dunia di pit lane pada 2007, saya memetik pelajaran,” ujar pebalap berusia 35 tahun itu.
Untuk seluruh anak-anak yang percaya pada kemustahilan. Kamu bisa melakukan itu.
Hamilton musim ini juga memecahkan rekor kemenangan terbanyak, 91 kali, milik Schumacher. Dia terus memperbaiki rekor kemenangan itu menjadi 94 kali setelah finis terdepan di Istanbul Park. Hamilton mengungguli pebalap Racing Point Sergio Perez yang finis kedua, disusul oleh Vettel di posisi ketiga. Ini podium pertama Vettel musim ini.
”Cukup menegangkan, cukup panjang, tetapi sangat menyenangkan. Sedikit kejutan untuk meraih podium di akhir balapan tetapi balapan yang sangat menyenangkan dalam kondisi yang sulit,” ujar Vettel, yang musim depan akan membalap bersama Aston Martin.
Vettel meraih podium di tikungan terakhir memanfaatkan kesalahan rekan setimnya, Charles Leclerc, yang melebar di tikungan ketiga sebelum finis hanya beberapa saat setelah mendahului Perez. Leclerc finis keempat.
Vettel tak ragu memuji penampilan Hamilton. ”Dia pebalap terbaik pada generasi ini. Setiap era punya pebalapnya sendiri dan Lewis adalah yang terbesar di generasi kami,” kata juara dunia F1 empat kali (2010-2013) bersama Red Bull itu.
”Secara emosional, buat saya, Michael (Schumacher) adalah yang terbaik. Tak ada keraguan, Lewis adalah yang terbaik melihat apa yang dia raih. Dia menyamai jumlah juara dunia, meraih rekor kemenangan terbanyak, dan jauh lebih banyak posisi start terdepan,” ujar Vettel.