Djokovic datang ke London setelah memastikan predikat petenis nomor satu dunia di akhir tahun 2020. Statistik menang-kalahnya tahun ini pun yang terbaik. Namun, hal itu tak mengurangi minatnya merebut trofi Final ATP.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·3 menit baca
LONDON, MINGGU — Tak ada yang perlu dibuktikan Novak Djokovic dalam turnamen Final ATP London 2020. Dia datang dengan gelar Grand Slam Australia Terbuka, persentase kemenangan tertinggi, dan telah memastikan sebagai petenis nomor satu dunia akhir tahun. Namun, keinginannya menjuarai turnamen akhir musim sama besar seperti para pesaingnya.
”Datang ke turnamen ini setelah memastikan menjadi petenis nomor satu akhir tahun sedikit menurunkan tekanan. Tetapi, hal itu tak sedikit pun mengubah target saya. Itu sebabnya saya berada di sini. Saya menginginkan trofi, sama seperti yang lain,” tutur Djokovic yang akan berlaga di The O2 Arena, London, Inggris, Senin (16/11/2020).
Sebagai unggulan pertama turnamen sekaligus unggulan teratas Grup Tokyo 1970, Djokovic akan bertemu petenis unggulan terendah grupnya, Diego Schwartzman, pada laga pertama. Laga lain di grup itu mempertemukan Daniil Medvedev dan Alexander Zverev.
Adapun hari pertama turnamen, Minggu malam hingga Senin dini hari WIB, dibuka oleh persaingan Grup London 2020. Rafael Nadal berhadapan dengan Andrey Rublev, sedangkan juara bertahan Stefanos Tsitsipas, berhadapan dengan Dominic Thiem. Tsitsipas melawan Thiem merupakan ulangan final 2019.
Deretan angka mengunggulkan Djokovic atas Schwartzman, yang untuk pertama kalinya tampil pada turnamen untuk delapan petenis terbaik sepanjang 2020 ini. Djokovic datang dengan statistisk menang-kalah, 39-3. Angka 92,85 persen merupakan persentase kemenangan tertinggi dibandingkan dengan perserta lain, termasuk Schwartzman (67,56 persen).
Sebelum laga di London, petenis Serbia itu selalu menang atas Schwartzman dalam enam pertemuan sebelumnya. Djokovic juga sangat berpengalaman di Final ATP dengan 12 kali lolos dan meraih lima gelar. Dia pun tinggal membutuhkan satu gelar untuk menyamai Roger Federer sebagai petenis dengan titel juara Final ATP terbanyak.
”Saya sangat ingin memenangi setiap pertandingan dan mengakhiri musim ini dengan baik. Pengalaman bermain di sini juga membuat saya percaya diri,” ujar Djokovic.
Seandainya kalah dari Schwartzman, Djokovic masih punya kesempatan pada dua laga berikutnya melawan Zverev dan Medvedev, untuk lolos dari penyisihan grup. Final ATP menggunakan format round robin sehingga setiap petenis akan saling bertemu, bermain tiga kali dalam penyisihan grup untuk menentukan dua posisi teratas sebagai syarat lolos ke semifinal.
Tayang ulang video
Selain diselenggarakan tanpa penonton karena pandemi Covid-19, Final ATP terakhir di London (sebelum pindah ke Turin, Italia, pada 2021-2025) untuk pertama kalinya juga akan menggunakan teknologi electronic line-calling dan tayang ulang video. Menggunakan Hawkeye Live, electronic-line calling adalah teknologi yang digunakan untuk menilai jatuhnya bola, menggantikan tugas hakim garis.
Tayang ulang video akan memperlihatkan momen tertentu, seperti kaki menyentuh garis saat servis, kesalahan pukulan, atau momen lain yang dinilai janggal oleh pemain. Wasit akan menayangkan video atas permintaan pemain. Teknologi ini digunakan dalam pertandingan sepak bola untuk pelanggaran dengan potensi kartu merah, dan kompetisi basket NBA.
”Inovasi dan teknologi selalu menjadi bagian penting dari Final ATP. Kebetulan, tahun ini menjadi kesempatan yang tepat untuk menggunakannya. Akibat Covid-19, jumlah orang serta interaksi antara petenis dan ofisial harus dikurangi,” ujar Ketua Bagian Tur ATP Ross Hutchins dalam laman resmi ATP.
Sebelumnya, penggunaan Hawkeye Live, untuk menilai jatuhnya bola secara langsung, digunakan dalam Final ATP Next Gen yang tahun ini tak diselenggarakan. Ini adalah turnamen serupa ATP bagi petenis berusia 21 tahun ke bawah yang digelar sejak 2017.
Meski demikian, ATP tak memastikan kedua teknologi tersebut akan digunakan dalam semua turnamen. (AFP)