Kemenangan dua set atas Andrey Rublev menjadi awal menjanjikan bagi Rafael Nadal untuk meraih gelar dari Final ATP. Turnamen Final ATP adalah satu-satunya turnamen yang belum pernah dimenangi oleh Nadal.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
LONDON, MINGGU — Kemenangan dua set atas Andrey Rublev menjadi awal menjanjikan bagi Rafael Nadal untuk meraih gelar dari Final ATP, satu-satunya turnamen besar yang belum pernah dijuarai. Namun, seperti lazimnya persaingan di arena olahraga, tantangan yang dihadapi akan semakin berat.
Nadal mengawali penampilannya di The O2 Arena, London, Inggris, Minggu (15/11/2020) malam waktu setempat atau Senin dini hari waktu Indonesia, dengan mengalahkan Rublev, 6-3, 6-4. Kemenangan tersebut mengantarkannya pada posisi teratas Grup London 2020 karena pada laga lain, di grup yang sama, Dominic Thiem menang atas Stefanos Tsitsipas dalam tiga set, 7-6 (5), 4-6, 6-3.
Menjadi turnamen yang digelar di pengujung musim, Final ATP menjadi persaingan petenis-petenis elite karena hanya diikuti delapan petenis terbaik dari penampilan sepanjang 2020. Empat petenis lain bergabung di Grup Tokyo 1970 dan akan memulai penampilan pada Senin ini. Mereka adalah Novak Djokovic yang akan berhadapan dengan Diego Schwartzman dan Daniil Medvedev melawan Alexander Zverev.
Meski telah menyejajarkan diri dengan Roger Federer sebagai tunggal putra dengan gelar Grand Slam terbanyak, sebanyak 20 gelar, gelar Final ATP menjadi pembeda antara Nadal dan Federer dan Djokovic, dua rival terbesarnya.
Federer menjadi petenis dengan gelar Final ATP terbanyak, yaitu enam gelar dari 17 penampilan. Djokovic hanya tertinggal satu gelar dari 12 penampilannya sebelum London tahun ini. Adapun Nadal hanya mencapai final 2010 dan 2013 sebagai hasil terbaik.
Pertandingan pertama selalu menyulitkan, apalagi dalam turnamen ini ketika harus berhadapan dengan petenis terbaik. Jadi, hasil ini merupakan awal yang positif bagi saya, apalagi Andrey bermain baik sepanjang musim ini.
”Pertandingan pertama selalu menyulitkan, apalagi dalam turnamen ini ketika harus berhadapan dengan petenis terbaik. Jadi, hasil ini merupakan awal yang positif bagi saya, apalagi Andrey bermain baik sepanjang musim ini,” ujar Nadal.
Servis yang baik menjadi kunci kemenangan Nadal pada pertandingan tersebut. Pukulan pembuka yang keras dan akurat sangat penting dalam pertandingan di lapangan keras dalam ruangan seperti di The O2. Ini karena jenis lapangan tersebut memantulkan bola dengan sangat cepat dan rendah.
Nadal 39 kali menyeberangkan bola dengan arah yang tepat dari 54 kesempatan servis pertamanya (72 persen), dan sebanyak 32 di antaranya (82 persen) menghasilkan poin. Unggulan kedua itu, juga dua kali mematahkan servis Rublev dari lima kesempatan.
Penampilan tersebut membawanya pada kemenangan atas petenis yang mengumpulkan gelar juara terbanyak pada tahun ini. Kekosongan turnamen, pada Maret-Agustus karena pandemi Covid-19, tak menghalangi Rublev untuk meraih lima gelar juara. Prestasi tersebut membuat petenis Rusia berusia 23 tahun tersebut berhak atas tiket Final ATP untuk pertama kalinya.
Namun, Rublev kesulitan mempertahankan konsistensi penampilannya ketika berhadapan dengan Nadal untuk kedua kalinya setelah perempat final AS Terbuka 2017. Rasa frustrasi dilampiaskan dengan membanting raket ke lapangan.
”Servis saya tak begitu bagus. Saya gugup pada penampilan pertama di sini dan saya pikir itu normal. Saat servis saya dipatahkan pada set kedua, saya tetap rileks, servis dan penampilan saya membaik. Tetapi, itu sudah terlambat,” komentar Rublev dalam laman resmi turnamen.
Setelah mengalahkan Rublev, Nadal akan berhadapan dengan Tsitsipas pada Selasa. Meski Tsitsipas kalah pada penampilan perdananya, dia berstatus sebagai juara bertahan. Gelar Final ATP 2019 diraih dalam debutnya dan setelah menembus dominasi ”Big Three”.
Pembalasan Thiem
Tak ingin penampilan awalnya memberi hasil seperti laga terakhir pada Final ATP 2019, Thiem tampil agresif ketika berhadapan dengan Tsitsipas. Thiem memenangi pertandingan setelah tertinggal, 1-4, pada set pertama.
Laga tersebut merupakan ulangan laga final turnamen Final ATP 2019 yang dimenangi Tsitsipas, 6-7 (6), 6-2, 7-6 (4). Selain hasil, atmosfer pertandingan tahun ini juga berbeda dengan 2019. Akibat pandemi Covid-19, Pemerintah Inggris melarang kedatangan penonton dalam penyelenggaraan terakhir Final ATP di London, sebelum pindah ke Turin, Italia, pada 2021-2025.
Panitia juga mengurangi jumlah petugas lapangan dengan tidak tak ada hakim garis. Peran para pengawas jatuhnya bola di lapangan itu digantikan teknologi Hawkeye Live.
”Meski sama-sama tiga set, saya pikir level pada tahun lalu lebih tinggi, apalagi itu terjadi di final. Saat itu, kami berada pada kondisi terbaik dan sangat berambisi untuk juara. Atmosfernya, juga, luar biasa. Tahun ini, semuanya berbeda,” kata Thiem, juara Grand Slam Amerika Serikat Terbuka.
Menghadapi Tsitsipas dengan servis kerasnya, Thiem menggunakan taktik berdiri jauh di belakang lapangan untuk menerimanya. Dengan cara ini, Thiem bisa berbalik menekan Tsitsipas melalui pengembalian servisnya.
”Dia membuat saya berada dalam tekanan, terutama saat saya melakukan servis kedua. Taktik yang diterapkan Domi berhasil,” ujar Tsitsipas. (AFP/REUTERS)