Rizki Juniansyah menyudahi tahun terakhir sebagai lifter remaja dengan sempurna. Dia menasbihkan diri sebagai juara dunia remaja di kelas 73 kg sekaligus memecahkan semua rekor dunia dalam semua kategori.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Lifter muda Rizki Juniansyah menunjukkan dominasi dalam Kejuaraan Dunia Angkat Besi Remaja Daring 2020. Turun di kelas 73 kilogram, lifter berusia 17 tahun ini sukses menyapu bersih semua emas dalam angkatan total, snatch, dan clean and jerksekaligus memecahkan tiga rekor dunia remaja baru.
Rizki yang tampil lewat virtual pada Minggu (15/11/2020) pukul 04.30 WIB, dari Jakarta, terlihat begitu percaya diri. Dengan sangat tenang, dia menghasilkan angkatan total 325 kg, dari angkatan snatch 145 kg dan clean and jerk 180 kg.
Lifter asal Banten itu jauh mengungguli para pesaingnya. Angkatan tersebut pun berbuah tiga emas mudah bagi Rizki. Dia sekaligus memecahkan tiga rekor dunia remaja baru dalam angkatan total, snatch, dan clean and jerk.
Capaian rekor di angkatan clean and jerk membuatnya benar-benar menguasai kelas 73 kg remaja. Sebelumnya, Rizki hanya menguasai rekor dunia remaja, dalam angkatan total dan snatch. Di dua kategori itu, dia hanya memperbarui catatannya pada Kejuaraan Asia Remaja di Tashkent, Uzbekistan, Februari lalu.
Ketika mendominasi Kejuaraan Asia, angkatan totalnya mencapai 307 kg, dari snatch 139 kg dan clean and jerk 168 kg. Kini, angkatannya meningkat 18 kg hanya dalam kurun waktu sembilan bulan.
Menariknya, lifter yang akan masuk yunior tahun depan itu menunjukkan peningkatan sangat signifikan. Ketika mendominasi Kejuaraan Asia, angkatan totalnya mencapai 307 kg, dari snatch 139 kg dan clean and jerk 168 kg. Kini, angkatannya meningkat 18 kg hanya dalam kurun waktu sembilan bulan.
Wakil Sekretaris Jenderal PB PABSI Sonny Kasiran menilai, potensi Rizki memang sangat menjanjikan, terutama dengan hasil meyakinkan pada Kejuaraan Dunia. Konsistensi Rizki bisa menjadi modal besar untuk bersaing di yunior yang akan jauh lebih keras.
Meski masih di tingkat remaja, lifter setinggi 1,79 meter itu dinilai sudah bisa jadi atlet andalan untuk menggantikan lifter veteran 73 kg, Triyatno. ”Prospeknya bagus. Dia sudah dalam jajaran atlet top nasional,” ucap Sonny.
Rizki memulai snatch dengan angkatan pertama 140 kg dan angkatan kedua 145 kg. Kedua angkatan itu dieksekusi dengan sempurna. Meski gagal dalam percobaan angkatan ketiga, 150 kg, catatannya sudah jauh lebih dari cukup untuk mengungguli para pesaing. Adapun peraih perak Shad Darsigny asal Kanada hanya mampu mengangkat berat 125 kg.
Dominasi itu dilanjutkan lagi dalam angkatan clean and jerk. Sama seperti sebelumnya, Rizki sukses dalam dua angkatan awal dengan 172 kg dan 180 kg. Dia sempat mencoba berat 185 kg pada angkatan terakhir, tetapi gagal karena kurang seimbang. Lagi-lagi, dia mengungguli jauh lifter di uruntan kedua, Maksym Demchyshyn asal Ukraina, dengan 158 kg.
Menurut pelatih kepala pelatnas angkat besi Dirdja Wihardja, angkatan awal merupakan kunci bagi para lifter remaja. Terbukti pada Rizki, angkatan pertama memberikan modal besar dalam penampilan fenomenal tersebut.
”Bagi lifter remaja, angkatan pertama itu modal. Kalau gagal, itu bisa jadi beban ke angkatan berikutnya. Karena itu, sangat penting sebenarnya. Makanya, kami selalu melatih terus supaya mereka bisa berhasil di angkatan pertama,” kata Dirdja.
Di sisi lain, Rizki sukses mengatasi persoalan non-teknis, seperti tampil pada dini hari, yang sempat dikhawatirkan akan mengganggu performa lifter nasional. Kesuksesan itu berawal dari latihan selama sepekan terakhir. Para lifter dibiasakan untuk berlatih pada tengah malam hingga subuh.
Meski lomba dilakukan lewat virtual, waktu penyelenggaraan disesuaikan dengan tuan rumah kejuaraan, Peru. Karena itu, lifter-lifter Indonesia harus beradaptasi dengan perbedaan waktu sekitar 12 jam.