Harapan Bergulirnya Kembali Lomba Maraton
Berlangsungnya Borobudur Marathon 2020, meski dengan banyak pembatasan, membuka harapan bagi para pelari. Mereka berharap lomba lari segera kembali bergulir.
Selama pandemi Covid-19, semua ajang perlombaan lari mati suri. Bagi atlet yang menggantungkan penghasilan dari hadiah lomba lari, situasi itu membahayakan keberlanjutan asap dapur keluarga mereka.
Ketika tersiar Borobudur Marathon kembali digelar dalam pandemi, secercah harapan muncul. Mereka berharap pelaksanaan Borobudur Marathon 2020 di sekitar Candi Borobudur, Kota Magelang, Jawa Tengah, Minggu (15/11/2020), bisa diikuti perhelatan serupa agar ajang lomba lari kembali menggeliat.
Selama dua hari menjalani masa karantina di Hotel Puri Asri, Magelang, peserta Borobudur Marathon 2020 yang terdiri dari 17 atlet putra dan sembilan atlet putri tampak sangat menikmati masa-masa kembali mengikuti ajang perlombaan lari. Semua rangkaian kegiatan yang disusun panitia dijalani dengan sukacita.
Masa latihan bebas di pelataran Candi Borobudur, Jumat pagi, dan di kompleks tempat karantina, Hotel Puri Asri, Sabtu pagi, dijalani penuh gelak tawa. Walau akan bersaing pada hari pertandingan, Minggu pagi, tidak ada sekat yang membatasi keakraban mereka selama berada di lokasi isolasi.
Saling melempar candaan jadi warna yang menghiasi interaksi antar-atlet yang membuat hangat suasana di kalangan pelari ataupun panitia. ”Selama pandemi, kami tidak pernah jumpa. Komunikasi hanya lewat media sosial. Ini pertama kali kami bertemu lagi dalam 11 bulan ini. Rasanya senang bisa jumpa dengan teman-teman yang sudah seperti keluarga,” ujar pelari asal Sijunjung, Sumatera Barat, Hamdan Syafril Sayuti (33), saat dijumpai, Sabtu.
Selama pandemi Covid-19, hampir semua lomba lari ditunda atau dibatalkan. Di level internasional, hanya Tokyo Marathon yang sempat digelar tepat waktu pada 1 Maret atau sebelum muncul pandemi. Satu seri ditunda, yakni London Marathon, yang ditunda dari 26 April ke 4 Oktober atau setelah memasuki masa normal baru. Adapun Boston, Berlin, Chicago, dan New York Marathon dibatalkan.
Di tingkat nasional, hampir semua agenda perlombaan lari dibatalkan. Geliat lomba lari baru muncul lagi di masa normal baru, yakni Jogja 10K pada 29 Oktober-1 November dan 10K Belitung Timur Run pada 8 November. Sementara itu, Borobudur Marathon 2020 menjadi lomba maraton penuh pertama yang digelar di tengah pandemi.
Mengurangi penghasilan
Bagi sejumlah pelari, ketiadaan lomba menjadi bencana. Selama ini, hadiah lomba menjadi penghasilan utama untuk keperluan sehari-hari. Hamdan, misalnya, sejak 2012 telah menjadikan lari sebagai sumber penghasilan. Bahkan, dirinya bisa membangun rumah, membeli ruko, dan membeli dua mobil dari hadiah lomba.
”Sejak 2012 itu, rata-rata saya bisa ikut 20-30 lomba per tahun. Penghasilannya beragam, dari paling kecil Rp 5 juta per lomba hingga pernah mendapatkan yang tertinggi Rp 185 juta per lomba,” kata pelari urutan keempat pada nomor maraton SEA Games 2015 Singapura tersebut.
Maka itu, saat muncul pandemi dan semua perlombaan ditunda atau bahkan dibatalkan, Hamdan menjadi gelisah. Kini, penghasilannya hanya bergantung dari usaha warung kelontongan, toko material, dan jasa pelaminan.
Usaha itu pun tak luput dari dampak pandemi. Pendapatan kotornya hingga 50 persen, dari biasanya mendapatkan Rp 4 juta-Rp 5 juta sehari menjadi hanya separuhnya. ”Saya beruntung karena pembangunan infrastruktur di nagari (desa) masih jalan. Coba kalau itu juga stop, bisa-bisa pendapatan terjun bebas,” ucap pelari yang meraih juara maraton di Borobudur Marathon 2017 dan 2018 tersebut.
Saya sempat berpikir, apakah ini beneran atau tidak. Tapi, saya senang sekali ketika mendapatkan kabar Borobudur Marathon tetap digelar di masa pandemi ini.
Nasib serupa dialami pelari putri asal Padang Panjang, Sumatera Barat, Juni Ramayani (28). Dia memang bekerja sebagai pegawai kontrak di salah satu bank pemerintah di Jakarta. Namun, penghasilannya amat terbatas, yakni sekitar Rp 5 juta per bulan.
Pendapatan Juni dari perlombaan lari bisa 5-10 kali lipat dibandingkan dengan gaji tersebut. Sebab, dirinya bisa mengikuti 10-20 lomba dalam setahun dengan hadiah Rp 2 juta-Rp 60 juta per lomba. ”Sekarang, penghasilan saya hanya bergantung dari gaji. Kalau kurang, saya terpaksa mengambil duit tabungan,” ujar pelari peraih peringkat keempat di PON Jawa Barat 2016 tersebut.
Disambut antusias
Oleh karena itu, para pelari menyambut antusias digelarnya Borobudur Marathon 2020. Menurut Hamdani, dirinya mendapatkan undangan dari panitia Borobudur Marathon sekitar sebulan yang lalu. Saat pertama kali dapat kabar, dirinya antara tidak percaya dan bergembira. ”Saya sempat berpikir, apakah ini beneran atau tidak. Tapi, saya senang sekali ketika mendapatkan kabar Borobudur Marathon tetap digelar di masa pandemi ini,” katanya.
Sejak resmi diundang, Hamdan yang hanya berlatih dengan intensitas 50 persen sejak awal tahun hingga September langsung meningkatkan intensitas mencapai 90 persen. Dia berlatih pagi dan sore, hampir setiap hari dalam sepekan. Bahkan, sewaktu mengalami flu ringan beberapa hari sebelum tes usap (swab) PCR atau sepekan sebelum lomba, dirinya begitu khawatir.
”Waktu flu itu, saya takut sekali nanti terdeteksi positif Covid-19 ketika dites swab. Untungnya, hasilnya saya negatif Covid-19. Saya sudah lama tidak berlomba. Kalau sampai batal ikut Borobudur Marathon ini, saya bakal kecewa sekali. Sebab, ikut lomba ini bukan hanya mengejar juara, tapi juga ingin kembali merasakan suasana lomba dan bertemu teman-teman,” tuturnya.
Hamdan berharap penyelenggaraan Borobudur Marathon 2020 di kala pandemi bisa menjadi contoh baik untuk penyelenggarzan lomba lari lain. Semoga pula, setelah Borobudur Marathon ini, geliat perlombaan lari bisa tumbuh kembali walaupun harus setahap demi setahap.
”Borobudur Marathon ini penting sekali untuk atlet. Selain membuka lagi keran penghasilan, kejuaraan ini juga bisa jadi pemicu geliat lomba lari lain. Setidaknya saya bisa mengembalikan mental berlomba dari acara kali ini untuk menyambut perlombaan lain di tahun depan yang diharapkan sudah normal kembali,” ujarnya.
Pelari putri asal Samarinda, Kalimantan Timur, Irma Handayani (30), juga berharap konsep karantina seperti di Borobudur Marathon menjadi contoh positif penyelenggaraan kompetisi olahraga dengan menerapkan protokol kesehatan. ”Konsepnya bagus karena memang sudah harus begini (di tengah pandemi). Memang waktu latihannya lebih terbatas. Yang biasanya pagi-sore, kini hanya pagi. Namun, kami memahami dan menerima,” katanya.
Berharap dicontoh
Direktur Perlombaan Borobudur Marathon 2020 Andreas Kansil mengatakan, salah satu tujuan utama digelarnya Borobudur Marathon 2020 adalah memberikan kampanye positif untuk para penyelenggara lomba lari lain atau kejuaraan olahraga lain. Semua pihak masih bisa menggelar kejuaraan olahraga di tengah pandemi asalkan menerapkan protokol kesehatan ketat.
”Kita tidak bisa terus berdiam diri karena pandemi tidak bisa diketahui kapan berakhir. Jadi, kita harus mulai bersahabat dengan kondisi ini. Kalau terus diam, itu justru buruk untuk kita semua. Apalagi, banyak pihak yang mendapatkan manfaat dari kehadiran kejuaraan olahraga, mulai dari manfaat ekonomi untuk atlet hingga masyarakat di sekitar lokasi pelaksanaan,” paparnya.
Direktur Medis Borobudur Marathon 2020 dr Andi Kurniawan, SpOK menyebutkan, penyelenggaraan Borobudur Marathon 2020 menghadirkan kegembiraan sekaligus tantangan. Ini menjadi ajang bagi para atlet elite untuk kembali berkompetisi. Di sisi lain, ada tanggung jawab agar penularan Covid-19 tak terjadi.
Baca juga : Suasana Cair di Latihan Terakhir
Oleh karena itu, semua orang yang terlibat dalam Borobudur Marathon 2020 tak terkecuali panitia dan tamu VIP harus menjalani tes usap PCR. ”Siapa pun yang ada di sekitar (arena) perlombaan harus aman atau negatif Covid-19 dan tidak meningkatkan risiko infeksi kepada siapa pun,” ujarnya.
Ajang ini bisa pula menjadi sesuatu yang baru, yakni acara olahraga yang benar-benar menerapkan protokol kesehatan. ”Ini menjadi pengalaman berharga dan baru. Selain itu, mungkin juga pembelajaran untuk event-event olahraga lain di masa pandemi Covid-19 ini,” kata Andi.