Dua sesi latihan Formula 1 seri Turki menghasilkan anomali. Pebalap Red Bull dan Ferrari menempati posisi tiga teratas. Sirkuit yang selicin permukaan es itu menyebabkan para pebalap serasa mengendarai mobil ”drift”.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·6 menit baca
ISTANBUL, JUMAT — Sesi kualifikasi Formula 1 seri Turki, Sabtu (14/11/2020) mulai pukul 19.00 WIB, berpotensi menciptakan kejutan. Kondisi Sirkuit Istanbul Park yang dingin dan sangat licin, seperti di permukaan es, membuat para pebalap Mercedes kesulitan pada dua sesi latihan, Jumat, karena mobil selalu melintir. Tantangan pebalap akan semakin besar karena hujan diperkirakan mengguyur sirkuit pada saat kualifikasi.
Sirkuit Istanbul Park, yang sudah delapan tahun tidak dipakai untuk menggelar balapan Formula 1, memberi kejutan bagi para pebalap saat sesi latihan 1 dan 2 pada Jumat. Permukaan trek yang selesai diaspal ulang dua pekan lalu ternyata sangat licin. Mobil pun mudah melintir.
Daya cengkeram ban sangat rendah, bahkan dengan ban berkompon lunak. Selama sesi latuhan dua kali 90 menit, para pebalap berjuang menemukan setelan mobil yang tepat serta gaya membalap yang optimal untuk menyiasati kondisi trek yang sangat licin. Bahkan, dua pebalap Mercedes, Lewis Hamilton dan Valtteri Bottas, yang biasanya mendominasi sesi latihan, tergusur dari posisi satu dan dua.
Justru pebalap andalan Red Bull, Max Verstappen, yang mendominasi. Ia tampil sebagai yang tercepat pada sesi latihan 1 dan 2. Rekan setimnya, Alexander Albon, menjadi pebalap kedua tercepat pada sesi pagi. Pebalap Ferrari, Charles Leclerc, juga membuat kejutan dengan berada di posisi ketiga.
Adapun Bottas di posisi ke-9 dan Hamilton di urutan ke-15. Pada sesi kedua, Verstappen kembali menjadi pebalap tercepat disusul Leclerc. Bottas dan Hamilton tampil lebih baik dengan menempati posisi ketiga dan keempat, masing-masing terpaut 0,575 detik dan 0,850 detik dari Verstappen.
Tidak sebanding
Verstappen mencetak waktu tercepat pada sesi kedua dengan waktu 1 menit 28,330 detik. Catatan waktu itu terpaut sekitar tiga detik dari torehan Sebastian Vettel saat meraih posisi start terdepan pada 2011 dengan 1 menit 25,049 detik.
Catatan waktu ini sangat tidak sebanding dengan performa mobil 2020 yang jauh lebih cepat dibandingkan mobil 2011. Namun, catatan Verstappen di sesi kedua itu jauh lebih baik dari sesi pertama yang terpaut hingga 10 detik dari catatan Vettel saat masih membela Red Bull itu.
Verstappen, yang mampu beradaptasi dengan kondisi trek yang dingin dan licin itu, juga tidak lepas dari kendala. Mobilnya sempat melintir pada tikungan berkecepatan rendah. Hal itu menegaskan, pebalap memiliki resiko besar keluar trek jika perhitungan meleset sedikit saja. Kondisi itu bisa membuat perbedaan hasil kualifikasi dan balapan, apalagi jika hujan benar terjadi pada Sabtu dan Minggu.
”Tidak bisa lebih buruk lagi. Kami masih sangat jauh (dari catatan waktu ideal). Ini seperti berkendara di atas es. Lebih buruk dari Portimao sejauh ini. Kondisi ini sama bagi semua orang. Jadi, kami hanya perlu beradaptasi dengan ini,” ujar Verstappen dikutip Crash.
Rekan setim Verstappen, Albon, juga mengaku sangat kesulitan mengendalikan mobil. Trek seperti ice-rink, arena ice skating. ”Ini aneh. Sangat aneh. Kami membalap seperti (di dalam) mobil drift dan kami tergelincir. Menyenangkan, tetapi itu bukan sebuah mobil F1 yang seperti biasanya,” tegas Albon.
Albon juga mengkhawatirkan sesi kualifikasi berlangsung dalam kondisi hujan. Jika itu terjadi, mobil akan lebih sulit dikendalikan. ”Akan menjadi lebih buruk. Saya kira, kami akan sangat kesulitan,” ujar Albon, yang posisinya di Red Bull untuk musim depan belum pasti.
Ini aneh. Sangat aneh. Kami membalap seperti (di dalam) mobil drift dan kami tergelincir.
Tantangan di Istanbul Park juga dirasakan Hamilton yang berpotensi mengunci gelar ketujuh juara F1 di Turki. Hamilton, yang biasanya sangat adaptif pada perubahan kondisi di suatu sirkuit, bahkan merasa ngeri memacu mobil di trek yang licin itu.
”Ban-ban tidak berfungsi (dengan maksimal) dan Anda melihat itu. Ini seperti sebuah ice-rink di lintasan sana. Anda tidak merasakan kenikmatan melakukan putaran yang biasanya didapat di Istanbul. Saya tidak melihat itu akan berubah,” ujar pebalap asal Inggris itu.
Hamilton adalah salah satu dari sedikit pebalap F1 saat ini yang pernah merasakan balapan di Istanbul Park saat menjadi sirkuit reguler pada 2005-2011. Hamilton telah lima kali membalap di seri Turki pada 2007-2011. Ia meraih sekali kemenangan, yaitu pada 2010 bersama McLaren.
Pada musim 2008, tahun di mana dia meraih gelar juara pertama F1, Hamilton finis kedua di Turki di belakang pebalap Ferrari, Felipe Massa. Pada tiga balapan di Turki lainnya, Hamilton finis keempat (2011), kelima (2007), dan ke-13 (2009).
”Mengerikan di sepanjang putaran. Rasanya hampir seperti ada bagian-bagian yang basah di atas trek,” ujar Hamilton.
Namun, tantangan itu justru membuka peluang bagi Leclerc, yang musim ini kurang kompetitif karena performa jeblok SF1000, untuk meraih hasil maksimal di Turki. Dia konsisten di posisi tiga besar dalam dua sesi latihan pada Jumat. Ia pun berharap performanya konsisten hingga balapan.
”Pada awalnya, saya sangat tidak yakin dengan daya cengkeram trek dan berpikir akan menjadi hari yang sangat buruk. Tetapi, setelah beberapa putaran, saya sebenarnya sangat menikmatinya. Sesungguhnya sangat menyenangkan memiliki daya cengkeram rendah seperti itu. Kami juga sangat kompetitif,” ujar pebalap tumpuan Ferrari itu.
Misi Bottas
Kunci membalap dalam kondisi trek yang dingin dan licin adalah mendapatkan temperatur kerja ban secepat mungkin. Hal itu merupakan salah satu keahlian Bottas yang telah dia buktikan di sejumlah balapan. Dia juga memiliki pengalaman menjalani balap reli pada musim dingin di awal tahun ini. Pengalaman itu bisa membantu performanya di Turki.
”Sudah pasti ini (membalap reli) membantu. Ini sebenarnya sangat jauh dari standar membalap yang biasa kami jalani di F1. Saya mendapat kegembiraan bermain-main. Sangat menyenangkan,” ujar pebalap asal Finlandia itu.
”Ada banyak hal yang dipelajari hari ini dan sekarang ini sangat sulit untuk mengambil keputusan yang tepat terkait strategi untuk balapan. Ada banyak tanda tanya,” pungkas Bottas, yang berusaha menunda pesta juara Hamilton di Turki.
Untuk menjegal Hamilton atau paling tidak menunda gelar juara, Bottas perlu memangkas selisih poin menjadi 77 dengan rekan setimnya itu di akhir seri Turki. Artinya, Bottas harus mencetak delapan poin lebih banyak dari Hamilton. Tantangan ini tidak mudah mengingat musim ini Bottas hanya dua kali bisa mengungguli Hamilton dengan selisih delapan poin atau lebih.
Jika Bottas berhasil mengulang pencapaian itu, Hamilton akan dipaksa mengunci gelar juara di seri Bahrain pada 29 November. Saat ini, hanya Bottas yang secara matematis masih bisa merebut gelar juara dari tangan Hamilton. Pebalap Red Bull, Max Verstappen, sudah kehilangan peluang setelah gagal finis pada balapan seri ke-13 di Imola, Italia. Verstappen kini terpaut 120 poin dari Hamilton.
Misi Bottas itu bisa terwujud jika dia bisa beradaptasi dengan kondisi trek Istanbul Park yang dingin dan licin untuk meraih podium tertinggi.