Turnamen di Australia Kemungkinan Terpusat di Melbourne
Tennis Australia mempertimbangkan untuk menyatukan sejumlah turnamen pemanasan Australia Terbuka di ”gelembung” Melbourne. Hal ini agar petenis tidak kesulitan berlatih dan bepergian dengan adanya aturan karantina.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·3 menit baca
MELBOURNE, RABU — Asosiasi Tenis Australia menyiapkan berbagai kemungkinan penyelenggaraan turnamen pada awal 2021, termasuk jika harus memusatkan sejumlah turnamen di satu tempat. Berpindah negara bagian pada masa pandemi Covid-19 memunculkan risiko besar dalam penularan virus.
Ketua Tennis Australia (TA) Craig Tiley, Rabu (11/11/2020), menyebutkan, pihaknya hanya punya waktu maksimal 15 hari untuk memastikan tuan rumah rangkaian turnamen dengan Grand Slam Australia Terbuka sebagai puncaknya. Jumlah hari itu dihitung berdasarkan sisa waktu sebelum tiket Australia Terbuka dijual, 26 November.
Panitia berencana menjual sekitar 25 persen dari kapasitas tribune penonton. Pada 2019, sekitar 812.000 penonton menyaksikan Grand Slam di Melbourne Park tersebut.
Tiley kepada harian The Age menjelaskan, TA menanyakan peraturan detail karantina di setiap negara bagian. Salah satu yang diajukan adalah izin agar petenis bisa bepergian dari satu tempat ke tempat lain.
”Untuk menyelenggarakan turnamen di sejumlah kota, diperlukan izin atas rencana karantina yang kami buat karena perbatasan negara bagian ditutup enam bulan terakhir. Jika dalam 10-15 hari tidak ada keputusan, semua aktivitas dipusatkan di ’gelembung’ Melbourne. Saat ini, setiap opsi masih berpeluang 50:50,” tuturnya.
Setiap musimnya, turnamen pemanasan diselenggarakan di sejumlah kota, seperti Adelaide, Sydney, Perth, dan Brisbane, sebelum semua petenis top dunia berkumpul di Melbourne untuk Australia Terbuka.
Berdasarkan jadwal yang dirilis laman ATP, turnamen dibuka oleh Piala ATP, 4-10 Januari. Kejuaraan beregu putra ini akan diselenggarakan di Brisbane, Perth, dan Sydney.
Sebelum berpindah ke Melbourne, 18-31 Januari, petenis punya pilihan untuk tampil pada turnamen pemanasan lain, di Adelaide, 11-17 Januari. Adapun turnamen di Auckland, Selandia Baru, pada pekan yang sama telah dibatalkan.
Atas dasar itulah, TA meminta keringanan peraturan karantina untuk petenis. Selama menjalani karantina dua pekan, TA meminta agar petenis diizinkan berlatih.
”Itu yang menjadi fokus saat ini, meminta agar atlet diizinkan berlatih saat karantina. Sebagai atlet yang harus mengikuti kompetisi level tinggi, mereka tak bisa hanya diam saja di kamar hotel selama 14 hari, lalu langsung bertanding. Dalam ’gelembung’ dengan lingkungan yang terkontrol, petenis harus tetap bisa berlatih. TA sedang berusaha mewujudkan hal itu,” ujar mantan petenis ganda putra nomor satu dunia, Todd Woodbridge.
Woodbridge dan Tiley berharap petenis bisa berlatih mengikuti protokol kesehatan pada masa karantina seperti yang terjadi dalam dua Grand Slam pada masa pandemi, yaitu Amerika Serikat Terbuka dan Perancis Terbuka 2020. ”Jika larangan beraktivitas pada masa karantina tetap berlaku, saya pikir, TA harus membuat rencana lain. Tanpa persiapan, risiko cedera saat bertanding akan sangat besar,” kata Woodbridge yang mengumpulkan 22 gelar Grand Slam ganda putra dan campuran pada rentang 1990-2004.