Penampilan kontras ditampilkan sejumlah bintang di lapangan hijau ketika tampil membela klub dan tim nasional. Para pemain seperti Paul Pogba dan Antoinne Griezmann itu menjadikan timnas sebagai pelarian dan ”oase”.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
PARIS, SELASA — Bagi klub-klub di Eropa, masa jeda untuk laga internasional merupakan momen yang membuat cemas. Tak jarang klub setengah hati melepas pemain pulang ke negara asalnya karena khawatir kembali dengan kondisi cedera. Namun, sejumlah bintang justru memanfaatkan laga bersama tim nasional sebagai ”oase” pembuktian diri saat gagal menunjukkan performa maksimal di klubnya.
Hal itu salah satunya tengah dialami bintang Manchester United, Paul Pogba. Meskipun termasuk dalam salah satu pemain yang menerima bayaran tertinggi di MU, yaitu 15 juta pound sterling (Rp 278,9 miliar) per musim, Pogba baru lima kali dimainkan sebagai pemain inti dan hanya dua kali tampil penuh selama 90 menit pada awal musim 2020-2021.
Sebagai gelandang, penampilan Pogba juga tidak sebanding dengan jumlah gaji yang dibayarkan ”Setan Merah” kepadanya. Ia baru mencetak satu gol dan dua asis. Gol itu diciptakan di Piala Liga Inggris, sedangkan sepasang asisnya dihasilkan di Liga Champions Eropa. Adapun koleksi gol dan asisnya di Liga Inggris musim ini masih nihil.
Tak pelak, ia pun kerap terpinggirkan saat ini. Pada dua laga terakhir MU, Pogba tidak masuk ke skuad inti MU. Manajer MU Ole Gunnar Solskjaer lebih suka memainkan Fred dan Scott McTominay.
Meskipun gagal mengunci posisinya di skuad inti MU, Pogba masih dipercaya Pelatih Tim Nasional Perancis Didier Deschamps. Dalam dua laga internasional selama dua bulan terakhir, Pogba selalu masuk daftar skuad inti tim berjuluk ”Les Bleus” itu.
Sejak Piala Eropa 2016 serta Piala Dunia 2018, Deschamps tidak pernah menepikan Pogba dari daftar pemain utama tim itu. Deschamps pun mempersiapkan Pogba untuk menjalani tiga laga Perancis dalam sepekan ke depan. ”Les Bleus” berturut-turut akan menghadapi Finlandia di laga uji coba, lalu versus Portugal dan Swedia di Liga Nasional Eropa.
Masa terburuk
Menurut Deschamps, Pogba tengah menjalani masa terburuk dalam karier profesionalnya. Setelah menghabiskan waktu pada musim lalu untuk pemulihan cedera, Pogba juga sempat terinfeksi Covid-19, September lalu. Selain itu, lanjut Deschamps, Pogba mengalami situasi tidak menyenangkan di klubnya, baik itu terkait kesempatan tampil maupun posisi bermainnya.
”Namun, dengan saya, Pogba tidak mengalami kesulitan apapun. Ketika pemain tidak nyaman di klub, ia justru senang bermain untuk Perancis,” ujar Deschamps dilansir BBC, Selasa (10/11/2020).
Kondisi kurang ideal juga dialami rekan Pogba di timnas Perancis, Antoine Griezmann. Sejak musim lalu, Griezmann belum mampu menunjukkan performa terbaiknya bersama klub barunya, Barcelona.
Rasio gol penyerang kidal itu jauh menurun dibandingkan ketika masih membela Atletico Madrid. Selama lima musim di Atletico, Griezmann rata-rata membuat satu gol dari 1,93 laga. Secara total, ia mencetak 133 gol dari 257 laga. Adapun di Barcelona, Griezmann membutuhkan rata-rata 3,35 laga untuk membuat satu gol. Dari 57 laga berseragam ”El Barca”, penyerang berusia 29 tahun itu baru mencetak 17 gol.
Dengan saya, Pogba tidak mengalami kesulitan apapun. Ketika pemain tidak nyaman di klub, ia justru senang bermain untuk Perancis. (Didier Deschamps)
Kondisi Griezmann itu kontras bersama ”Les Bleus”. Griezmann menjadi pilihan utama di lini depan tim itu. Ia pun selalu tampil dalam lima laga timnas itu pada 2020. Total tiga gol dan satu asis telah dibuatnya. Sebagai perbandingan, ia baru membuat dua gol dan satu asis dari sembilan laga bersama Barca pada musim ini.
”Pelatih (Deschamps) tahu di mana menempatkan saya. (Saya) pun memanfaatkan kepercayaan pelatih dan rekan setim,” kata Griezmann dikutip Goal.
Legenda timnas Perancis, Alain Giresse, mengungkapkan, Griezmann mampu bermain baik di Les Bleus karena ditempatkan di posisi yang tepat, yaitu di belakang Olivier Giroud dan Kylian Mbappe. Dengan posisi di belakang dua penyerang dalam formasi 4-4-2 berlian, tambah Giresse, Griezmann memiliki lebih banyak ruang untuk mengancam pertahanan lawan.
Firmino tetap pilar utama
Nasib kurang beruntung juga tengah dialami penyerang Liverpool sekaligus timnas Brasil, Roberto Firmino. Penampilan Firmino di 10 laga ”Si Merah” pada musim ini jauh dari memuaskan. Pemain berusia 29 tahun itu baru mencetak satu gol dan dua asis.
Dengan kondisi itu, posisi Firmino di skuad utama Liverpool mulai terancam oleh striker baru, Diogo Jota, yang telah menciptakan tujuh gol pada awal musim 2020-2021.
Namun, bersama Brasil, Firmino tampil lebih tajam dengan mampu mencetak dua gol dan satu asis di dua laga Kualifikasi Piala Dunia Qatar 2022, September lalu. Kala itu, Brasil mengalahkan Bolivia dan Peru. Bagi Pelatih Timnas Brasil Tite, Firmino adalah pilar utama di lini depan bersama Neymar.
”Firmino tidak mencari bola terlalu banyak. Kami menginginkan dirinya lebih banyak menunggu bola di depan. Bersama Neymar yang bergerak lebih bebas, lini depan kami jadi memiliki harmoni. Lawan pun kesulitan untuk menentukan penjagaan,” ucap Tite.
Menurut Firmino, kedua pelatihnya, yaitu Tite di timnas Brasil dan Juergen Klopp di Liverpool, sebetulnya memiliki kesamaan. Keduanya selalu menuntut anak-anak asuhannya untuk lebih banyak menguasai bola dan segera merebut kembali saat kehilangannya.
”Mereka adalah pelatih yang membantu saya untuk terus berkembang lebih baik di setiap pertandingan,” kata Firmino.
Dalam satu pekan mendatang, Firmino akan kembali diandalkan Tite untuk menghadapi Venezuela (14/11/2020) dan Uruguay (18/11/2020). Di kedua laga itu, Brasil berambisi menjaga performa sempurna di Kualifikasi Piala Dunia 2022 yang telah mengoleksi enam poin dari dua pertandingan. (REUTERS)