Sanksi empat tahun larangan membalap akibat doping membuat Andrea Iannone merasa tercabik hatinya. Pebalap asal Italia itu hampir pasti tidak akan bisa kembali ke MotoGP saat sanksinya berakhir pada Desember 2023.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·5 menit baca
MILAN, SELASA — Andrea Iannone merasa mengalami ketidakadilan terburuk setelah bandingnya atas hukuman 18 bulan kasus doping justru berujung penambahan sanksi hingga empat tahun. Putusan Pengadilan Arbitrase Olahraga yang berlaku surut mulai 17 Desember 2019 itu hampir pasti mengakhiri karier pebalap MotoGP berusia 31 tahun itu lebih awal. Namun, Iannone bertekad membuktikan dirinya tidak akan hancur oleh sanksi itu.
”Hari ini saya menerima ketidakadilan terburuk yang pernah saya bayangkan,” tulis Iannone dalam akun Instagram @andreaiannone, Selasa (10/11/2020) waktu Italia.
Mereka mencabik hati saya dari cinta terbesar saya. Tidak masuk akal atas tuduhan tesebut yang disertai dengan fakta yang tidak benar. Untuk itu akan ada tempat dan waktu yang tepat… karena saya sudah pasti tidak akan menyerah.
”Mereka mencabik hati saya dari cinta terbesar saya. Tidak masuk akal atas tuduhan tesebut yang disertai dengan fakta yang tidak benar. Untuk itu akan ada tempat dan waktu yang tepat… karena saya sudah pasti tidak akan menyerah,” ujar Iannone.
”Saya tahu saya sedang berhadapan dengan kekuatan yang besar, tetapi saya tetap berharap. Saya mengharapkan kejujuran intelektual dan penegakan keadilan,” lanjut Iannone.
”Saat ini saya menderita pada tingkat yang tertinggi yang bisa saya bayangkan. Siapa pun yang berusaha menghancurkan hidup saya akan segera memahami seperti apa kekuatan yang saya miliki dalam hati saya. Kekuatan karena tidak bersalah dan di atas semua itu hati nurani yang bersih,” ungkap pebalap tim Aprilia itu.
”Hukuman bisa mengubah kejadian, tetapi tidak seorang laki-laki,” pungkas Iannone.
Iannone terjerat kasus doping setelah menjalani tes doping saat MotoGP seri Malaysia pada 3 November 2019. Sampelnya positif mengandung zat doping anabolic steroid Drostanolone. Iannone menegaskan zat doping itu masuk ke tubuhnya secara tidak sengaja karena mengonsumsi daging yang terkontaminasi saat di Malaysia. Iannone kemudian dijatuhi sanksi sementara larangan membalap pada 17 Desember 2019 selama proses penyelidikan.
Dia kemudian menjalani Sidang Disiplin Internasional FIM dan mengajukan pembelaan dengan tes mandiri dari sampel rambut. Hasil tes mandiri itu menunjukkan hasil negatif Drostanolone. Namun, Iannone tetap dijatuhi sanksi 18 bulan larangan membalap yang diumumkan pada 31 Maret 2020. Sanksi ini dinilai sangat berat oleh Iannone dan Aprilia, tetapi dinilai terlalu ringan oleh Badan Anti Doping Dunia (WADA) yang menginginkan sanksi maksimal empat tahun.
Iannone kemudian mengajukan banding ke Pengadian Arbitrase Olahraga (CAS) supaya sanksinya dihapus. WADA pun mengajukan banding dengan tuntutan maksimal empat tahun. CAS melakukan dengar pendapat kedua belah pihak yang mengumumkan putusannya pada Selasa (10/11/2020).
CAS menilai, Iannone tidak bisa mengajukan bukti apapun yang meyakinkan untuk menetapkan bahwa ADRV (pelanggaran aturan anti doping) yang dia lakukan adalah ketidaksengajaan. Oleh karena itu, CAS menolak banding Iannone dan mengabulkan banding WADA.
”Dewan hakim CAS menemukan bahwa Andrea Iannone telah gagal menentukan jenis daging secara tepat yang telah dia konsumsi maupun asal dari daging tersebut. Selain itu, Panel menemukan bahwa, baik Andrea Iannone maupun para ahlinya, tidak dapat menetapkan secara spesifik bahwa ada masalah kontaminasi daging oleh Drostanolone di Malaysia. Oleh karena itu, Panel mempertimbangkan bahwa ADRV telah dilakukan,” bunyi pernyataan CAS.
CAS menegaskan, kesimpulan dewan hakim tidak menutup kemungkinan bahwa ADRV yang dilakukan Andrea Iannone mungkin akibat mengonsumsi daging yang terkontaminasi oleh Drostanolone. Makna dari kesimpulan itu adalah Andrea Iannone tidak bisa mengajukan satu pun bukti yang meyakinkan untuk menetapkan bahwa ADRV yang dia lakukan bukan kesengajaan.
Pebalap Aprilia
Sanksi empat tahun bagi Iannone itu memaksa Aprilia melangkah ke depan karena tidak mungkin lagi mengandalkan pebalap berusia 31 tahun itu. Aprilia selama ini selalu mendukung Iannone dan meyakini pebalapnya tidak sengaja melakukan doping. Aprilia tidak menyesal selalu mendukung Iannone, tetapi kini akan menatap ke depan untuk kejuaraan MotoGP.
”Keputusan pengadilan harus dicermati dan diterima meskipun ada banyak elemen dari keputusan ini yang menimbulkan kebingungan, bahkan dari sudut pandang ilmiah murni,” ujar CEO Aprilia Racing Massimo Rivola, dikutip oleh Crash, Rabu (11/11).
”Kami tidak menyesal berdiri di samping Andrea dan, sebaliknya, kami akan terus di samping dia pada saat ini,” lanjut Rivola.
”Masalah ini, yang berlangsung lama, sangat merusak Aprilia Racing dan strategi kami untuk (balapan MotoGP) musim ini dan yang akan datang,” ujar Rivola.
”Namun, kami harus melihat ke depan, dan ini tugas kami untuk segera menemukan solusi jitu mencakup proyek yang kami mulai bersama Andrea dan memungkinkan kami melanjutkan pertumbuhan kami, yang sedang berlangsung dan dengan bukti yang jelas,” kata Rivola.
Rivola merujuk pada mencari pebalap pengganti Iannone untuk musim depan dan selanjutnya guna melanjutkan pengembangan motor baru mereka RS-GP. Motor itu dikembangkan dengan andil besar Iannone, dan kini mulai dipakai dalam MotoGP musim 2020. Posisi Iannone sementara digantikan pebalap penguji Bradley Smith dan Lorenzo Savadori.
Dengan sanksi empat tahun Iannone, Aprilia perlu mencari pebalap tetap untuk berduet dengan Aleix Espargaro. Rivola sebelumnya menegaskan, Aprilia tidak akan mencari pebalap muda karena membutuhkan pengalaman dari pebalap senior untuk melanjutkan pengembangan RS-GP. Target mereka saat ini adalah Andrea Dovizioso yang akan meninggalkan Ducati akhir musim ini, Cal Crutchlow yang tidak diperpanjang kontraknya oleh LCR Honda, serta pebalap penguji Yamaha, Jorge Lorenzo.
Dovizioso menjadi pebalap paling menjanjikan dari sisi performa, tetapi Aprilia menegaskan tidak akan mampu memberi gaji sama dengan yang diterima pebalap 34 tahun itu di Ducati. Oleh karena itu, Crutchlow menjadi pilihan paling realistis untuk direkrut oleh Aprilia.
”Yang pasti kami tidak mencari pebalap muda karena kami memiliki motor yang masih hijau. Saya harap Crutchlow bersedia menunggu, sedangkan Dovizioso tergantung pada apakah dia mau datang ke kami dan menyingsingkan lengan baju, kami masih dalam fase awal pertumbuhan. Itulah alternatif kami,” ujar Rivola terkait potensi pengganti Iannone pada Oktober lalu.