Walau belum ada kepastian jadwal Piala Dunia U-20 2021, Indonesia melalui Kementerian PUPR tetap memulai renovasi stadion dan lapangan latihan untuk ajang dua tahunan tersebut. Itu usaha menyiapkan diri dengan optimal.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kendati belum ada kepastian resmi dari FIFA terkait gelaran Piala Dunia U-20 2021, Indonesia melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tetap memulai renovasi stadion dan lapangan latihan untuk menggelar kejuaraan dua tahunan tersebut. Dengan dimulai renovasi itu, setidaknya Indonesia sudah memiliki infrastruktur sepak bola yang lebih baik dan bisa turut mendukung peningkatan pembinaan untuk persiapan menjadi tuan rumah Olimpiade 2032.
”Ini kesempatan kita bisa memiliki stadion yang lebih berkualitas dari sisi saluran air, rumput, dan pencahayaan. Saya harap target renovasi selama enam bulan ini tidak meleset, jangan sampai mundur,” ujar Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Menteri PUPR) Basuki Hadimuljono dalam Penandatanganan Kontrak dan Kick Off Renovasi Stadion dan Lapangan Sepak Bola untuk Piala Dunia U-20 2021 secara daring, Jumat (6/11/2020).
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Cipta Karya, Kementerian PUPR, Danis Hidayat Sumadilaga mengatakan, Kementerian PUPR akan melakukan renovasi dua stadion utama dan 15 lapangan latihan. Dua stadion utama itu adalah Stadion Kapten I Wayan Dipta di Bali dan Stadion Manahan di Solo, Jawa Tengah. Adapun 15 lapangan latihan itu terdiri dari empat di Bali, empat di Solo, tiga di Jawa Barat, tiga di Sumatera Selatan, dan satu di Jawa Timur.
Total biaya renovasi itu Rp 314,7 miliar, dengan rincian Rp 152,9 miliar di Bali, Rp 78,8 miliar di Solo, dan Rp 83 miliar untuk Jawa Barat, Sumatera Selatan, dan Jawa Timur. ”Renovasi ini ditargetkan tuntas dalam enam bulan atau 180 hari kalender. Semuanya diharapkan bisa tepat mutu, waktu, biaya, administrasi, dan manfaat,” kata Danis.
Basuki menuturkan, renovasi itu harus dilakukan dengan pengawasan yang baik dari kontraktor dan konsultan. Sebab, FIFA memiliki standar yang sangat tinggi untuk arena Piala Dunia. Khususnya untuk perbaikan rumput, ini harus dihitung secara tepat agar rumput sudah siap sebelum gelaran Piala Dunia U-20 yang ditargetkan Mei-Juni tahun depan.
”FIFA ini lebih keras soal arena, berbeda dengan IOC ketika melaksanakan Asian Games 2018 kemarin. Tapi, kita ambil hikmahnya saja, kita jadi terpacu memiliki sarana yang lebih baik sesuai taraf internasional,” kata Basuki.
Modal pembinaan panjang
Selain untuk percepatan persiapan melangsungkan Piala Dunia U-20, Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali mengutarakan, renovasi stadion dan lapangan latihan itu pun bermanfaat bagi pembinaan prestasi olahraga nasional jangka panjang. Apalagi pada Hari Olahraga Nasional 2020 pada 9 September lalu Presiden Joko Widodo menginstruksikan Kemenpora melakukan review total mengenai ekosistem pembinaan prestasi olahraga nasional.
Untuk membenahi pembinaan prestasi olahraga nasional, lanjut Zainudin, tidak mungkin tercapai kalau tidak ada dukungan sarana dan prasarana berkualitas. ”Sarana dan prasarana berkualitas ini juga bisa menjadi modal kalau Indonesia jadi tuan rumah Olimpiade 2032 mendatang,” ujarnya sembari menjelaskan upaya Indonesia melakukan bidding sebagai tuan rumah Olimpiade 2032.
Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Mochamad Iriawan menerangkan, renovasi itu tidak akan sia-sia karena FIFA memastikan agenda Piala Dunia U-20 masih sesuai rencana awal, yakni pada Mei-Juni tahun depan. Untuk itu, PSSI pun tetap menyiapkan tim nasional U-19 secara optimal agar bisa bersaing di Piala Dunia U-20.
Sejauh ini, FIFA menyampaikan agenda Piala Dunia U-20 masih on the track, yakni Mei-Juni tahun depan. Oleh karena itu, selain persiapan fisik (arena), persiapan timnas juga terus berjalan.
”Sejauh ini, FIFA menyampaikan agenda Piala Dunia U-20 masih on the track, yakni Mei-Juni tahun depan. Oleh karena itu, selain persiapan fisik (arena), persiapan timnas juga terus berjalan. Saat ini, timnas terus meningkatkan performanya dan diharapkan lebih meningkat lagi,” katanya.
Tetap optimistis
Sekretaris Kemenpora Gatot S Dewa Broto mengatakan, pemerintah tetap optimsitis Piala Dunia U-20 digelar tepat waktu. Untuk itu, pemerintah tidak mau berandai-andai kalau Piala Dunia U-20 ditunda atau batal dilangsungkan.
Adapun Indonesia perlu tetap menyiapkan semua keperluan Piala Dunia U-20 walaupun nantinya akan ditunda atau dibatalkan. Kalau tidak jalan sama sekali, itu justru akan menjadi preseden buruk untuk Indonesia andai Piala Dunia U-20 justru tetap digelar sesuai agenda awal. ”Kalau kita tidak siap dan Piala Dunia U-20 dilaksanakan tepat waktu, citra Indonesia bakal buruk di mata dunia. Padahal, kita mau menjadi tuan rumah Olimpiade 2032,” ujarnya.
Kendati demikian, jika kemungkinan terburuk terjadi berupa penundaan bahkan pembatalan, setidaknya Indonesia memiliki stadion dan lapangan latihan sepak bola standar internasional yang bisa dimanfaatkan untuk menggelar kegiatan bertaraf dunia. ”Arena yang telah direnovasi tidak akan mubazir. Semuanya tetap bisa dimanfaatkan untuk kegiatan lain,” ujar Gatot.
Ajang Piala Dunia U-20 2021 punya potensi ditunda, bahkan dibatalkan. Lebih-lebih, agenda 2021 sangat padat sehingga minim waktu penggantinya. Selain itu, 2022 merupakan tahun Piala Dunia senior sehingga tidak mungkin dilangsungkan Piala Dunia yunior. Di sisi lain, 2023 menjadi agenda Piala Dunia U-20 selanjutnya.
Atas dasar itu, pengamat olahraga, Fritz Simandjuntak, menyampaikan, pemerintah melalui PSSI harus segera meminta kejelasan ke FIFA mengenai kepastian Piala Dunia U-20, ditunda atau tidak. PSSI harus proaktif pula melaporkan tahapan persiapan Indonesia guna meyakinkan FIFA.
”PSSI harus proaktif mempertanyakan ke FIFA. Atau mengusulkan penjadwalan ulang sesudah Olimpiade Tokyo (Juli-Agustus 2021) dengan risiko ada penyesuaian aturan usia karena di Olimpiade Tokyo juga ada penyesuaian dan pengecualian usia karena gelarannya ditunda,” ujarnya.