PP Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia memiliki pemimpin baru. Langkah penting berikutnya adalah memilih barisan pengurus yang punya visi dan misi untuk kepentingan ”Merah Putih”.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
Organisasi tertinggi bulu tangkis Indonesia memiliki pemimpin baru. Setelah ini, langkah penting berikutnya adalah memilih barisan pengurus yang mempunyai visi dan misi untuk kepentingan ”Merah Putih”, bukan untuk kepentingan kelompok dan pribadi.
Agung Firman Sampurna menjadi orang ke-14 yang dipercaya memimpin Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) untuk periode 2020-2024 melalui musyawarah nasional di Tangerang, Banten, 5-6 November. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) ini menggantikan Wiranto melalui jalan mulus karena menjadi satu-satunya calon dengan dukungan yang sah dari 23 pengurus provinsi PBSI.
Nama lain, Ketua Pengprov PBSI Banten Ari Wibowo, gugur dalam verifikasi syarat administrasi karena akhirnya hanya mendapat lima dukungan sah. Padahal, dibutuhkan 10 dukungan sah untuk menjadi calon ketua umum.
Setelah menjadi sorotan karena menjadi bagian dari pejabat negara, untuk pertama kalinya Agung berbicara kepada media setelah penutupan munas. ”Selama ini banyak media menghubungi saya. Namun, karena saya tidak mau membuat suasana kisruh, saya tidak memberi pernyataan,” katanya.
Duduk di tengah anggota tim formatur yang bertugas membentuk stuktur organisasi, Agung pun bercerita langkahnya menuju kursi tertinggi di PBSI. ”Pak Alex dan beberapa pengprov menghubungi saya pada pertengahan 2019, tetapi saya tidak langsung menerima tawaran itu. Sekitar Maret 2020, baru saya pertimbangkan. Setelah mendapat banyak masukan tentang PBSI, saya pun mencalonkan diri,” tutur Agung merujuk pada Alex Tirta (Pengprov DKI Jakarta dan Wakil Ketua I PBSI 2016-2020) yang duduk di sebelahnya.
Meski tak punya pengalaman memimpin organisasi olahraga, kecuali menjadi penasehat PBSI Sumatera Selatan, dan menjabat Ketua BPK, Agung berjanji akan memiliki waktu untuk PBSI, apalagi dengan dukungan teknologi virtual yang bisa menjadi alat komunikasi.
Tugas pertamanya adalah memilih orang-orang untuk membantu menjalankan roda organisasi. Meski memiliki waktu 30 hari, Agung mengatakan akan menyelesaikan struktur organisasi dalam 1-2 pekan.
Mantan atlet, Imelda Wigoeno, berharap jabatan-jabatan sentral di PBSI diisi oleh orang-orang yang memiliki kemampuan untuk memimpin bidang yang bersangkutan. Dia menyebut sekretaris jenderal, ketua bidang pembinaan dan prestasi (binpres), riset dan pengembangan, serta bidang daerah sebagai bidang-bidang vital dalam struktur organisasi PBSI.
”Orang yang bertanggung jawab dalam bidang riset dan pengembangan, misalnya, harus bisa mendukung binpres. Sekjen, juga, posisi penting karena merupakan roda organisasi. Dia yang bertanggung jawab atas keseharian PBSI. Jadi, posisi-posisi tersebut harus dijabat oleh insan-insan yang pas,” ujar Imelda.
Imelda, yang menjadi Ketua Harian PB Jaya Raya itu juga berharap pengurus bidang daerah bisa membangun hubungan yang lebih baik dengan klub. Itu karena klub adalah tempat lahirnya atlet-atlet nasional.
Dari kacamata pelatih, Richard Mainaky memberi pendapat tentang bidang binpres yang terkait erat dengan program kepelatihan di pelatnas. Pelatih ganda campuran yang telah 25 tahun melatih di pelatnas ini menyebut kriteria binpres versinya yaitu tegas, bisa bekerja sama dengan pelatih, dan tidak mengintervensi program pelatih.
Posisi ketua bidang binpres menjadi begitu penting dengan situasi khusus pada saat ini. Kepengurusan periode 2020-2024 akan menghadapi tantangan besar pada awal masa kerja, yaitu Olimpiade Tokyo 2020 yang akan berlangsung 23 Juli-8 Agustus 2021. Ajang olahraga terbesar di dunia ini mundur setahun karena pandemi Covid-19. Maka, Olimpiade yang biasanya menjadi tes akhir kepengurusan setiap periode, kali ini akan menjadi tes di awal.
Berdasarkan program dari pengurus 2016-2020 yang telah berjalan dan dengan gambaran jelas atlet-atlet yang lolos ke Tokyo, Richard berharap program dari pengurus sebelumnya akan dilanjutkan.
Mungkin bisa dipertimbangkan untuk mempertahankan ketua bidang binpres karena Olimpiade sudah dekat. Namun, jika akan memilih orang baru, sebaiknya program Olimpiade Tokyo dari pengurus sebelumnya dilanjutkan dengan dijadikan program jangka pendek. Kalau membawa program baru, bisa jadi kami harus kembali ke nol.
”Mungkin bisa dipertimbangkan untuk mempertahankan ketua bidang binpres karena Olimpiade sudah dekat. Namun, jika akan memilih orang baru, sebaiknya program Olimpiade Tokyo dari pengurus sebelumnya dilanjutkan dengan dijadikan program jangka pendek. Kalau membawa program baru, bisa jadi kami harus kembali ke nol,” tutur Richard.
Selain membuang waktu, Richard khawatir program baru untuk Olimpiade Tokyo akan merusak suasana hati pemain. Padahal, merekalah yang akan menjadi ujung tombak bulu tangkis, bahkan negara ini, untuk membawa pulang medali emas.
Kepentingan negara
Imelda, Richard, dan insan bulu tangkis lain di lapangan memiliki beragam harapan terhadap kepengurusan yang akan dibentuk tim formatur. Namun, mereka memiliki pandangan sama, yaitu pengurus PBSI harus membawa kepentingan negara.
Diharapkan, pemilihan pengurus PBSI tidak berdasarkan politik balas budi karena telah menjadi bagian dari tim pendukung. Apalagi, jika pilihan jatuh pada orang yang tak kompeten untuk bidang yang harus dipimpin.
Agung menjanjikan, hal itu tak akan terjadi. ”Kalau berprinsip pada politik balas budi, ada banyak pengprov yang mendukung saya dan saya tidak mungkin memberikan jabatan kepada mereka semua. Jadi, saya akan memilih orang berdasarkan kompetensi dan dedikasi. Selain memiliki kemampuan pada bidangnya, juga harus memiliki waktu untuk PBSI,” katanya.