Lionel Messi pada musim ini belum memperlihatkan kapabilitasnya sebagai salah satu pemain terbaik sepanjang masa. Dia memasuki awal musim paling buruk sepanjang kariernya menyusul minimnya kontribusi untuk Barca.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
BARCELONA, JUMAT — Selama 17 musim berseragam Barcelona, Lionel Messi sering dianggap bukan manusia biasa. Dia lebih mirip sosok ”dewa” yang mampu menghasilkan hujan gol dan asis dengan aksi-aksi magisnya. Namun, semua magisnya seperti sirna pada awal musim ini. Messi begitu minim kontribusi seiring penampilannya yang bak ”terdegradasi”.
”Si Kutu” menjadi sorotan terbesar jelang laga Barca melawan Real Betis dalam lanjutan Liga Spanyol, Sabtu (7/11/2020), di Stadion Camp Nou. Messi berada dalam fase terburuk sepanjang kariernya setelah menghadapi paceklik gol dan asis di enam pertandingan liga.
Musim ini, di Liga Spanyol, sang penyerang berusia 33 tahun itu baru menghasilkan satu gol dalam enam laga. Satu-satunya gol itu pun berasal dari titik putih, yaitu pada pekan pertama. Selama 540 menit tampil, Messi sudah memproduksi 40 tendangan, tetapi tidak satu pun yang berbuah gol dalam permainan terbuka. Catatan asis miliknya juga masih nihil.
Dibandingkan pada musim lalu, kontribusinya bagai bumi dan langit. Musim sebelumnya, penyerang Argentina itu menghasilkan rata-rata sumbangan 1,36 gol atau asis setiap laga. Musim ini, capaiannya merosot jauh dengan hanya 0,16 gol atau asis.
Terendah dalam tujuh tahun
Jika dilihat lebih jauh, penurunan performa tim memang turut memengaruhi kontribusi Messi. Sebab, dia tidak mendapatkan kesempatan untuk menendang dan memberi umpan matang sebanyak biasanya. Jumlah dua aspek itu lebih rendah dibandingkan pada setiap musim dalam tujuh tahun terakhir.
Pelatih Barcelona Ronald Koeman menilai, sistem serangan timnya belum berjalan dengan baik. Maka itu, Messi juga belum bisa mengeluarkan permainan terbaiknya. Namun, ia yakin, Si Kutu akan bangkit lagi seiring waktu.
”Saya amat khawatir dengan permainan menyerang kami. Masalah (sistem serangan) itu perlu dianalisis lagi. Banyak aspek permainan yang harus ditingkatkan,” kata Koeman jelang laga kontra Betis, seperti dikutip Marca.
Meski begitu, fakta tidak bisa dimungkiri. Messi memang tidak sebaik musim-musim sebelumnya. Statistik Understat membuktikan penurunan kualitas penyelesaian akhirnya. Gol yang diharapkan (xG) dari Messi pada enam laga mencapai angka 4,02. Angka xG itu berasal dari hasil akumulasi peluang mencetak gol dari data, seperti jarak dan sudut tendangan.
Artinya, Messi setidaknya bisa menyumbang empat gol. Namun, peluang emas yang datang padanya terbuang karena penyelesaian akhir kurang baik. Contohnya saja, sang kapten tim gagal memasukkan bola yang hampir pasti menjadi gol di muka gawang Real Madrid saat el clasico, dua pekan lalu.
Penurunan semakin jelas jika dikomparasi dengan empat musim terdahulu. Penyerang kidal ini selalu bisa melampaui angka xG, yaitu bisa menciptakan gol meski hanya mendapat peluang tanggung. Musim lalu, misalnya, dia memborong 25 gol walaupun angka xG hanya 20,8.
Wawancara Messi pada akhir Oktober dengan majalah Argentina, La Garganta Poderosa, mungkin bisa menjelaskan paceklik golnya. Di usia saat ini, dia lebih tertarik menjadi seorang kreator. Ia tidak haus gol lagi seperti dulu. ”Sekarang, saya kurang terobsesi dengan gol, tetapi saya akan melakukan yang terbaik untuk tim,” katanya.
Hal itu begitu terlihat jelas pada musim ini. Messi lebih sering menarik diri untuk membangun serangan dari garis tengah. Posisinya bahkan bisa sejajar dengan gelandang veteran Barcam Sergio Busquets.
Terlunta-lunta
Fakta tersebut tentu akan menyulitkan Barca. Messi masih menjadi harapan utama mereka untuk bisa menghasilkan gol. Tanpa kontribusi pencetak gol terbanyak sepanjang masa di Liga Spanyol itu, Barca terlunta-lunta. Terbukti, mereka tidak mampu menang dalam empat laga terakhir di liga.
Messi masih butuh adaptasi dengan sistem yang diterapkan Koeman. Adapun pelatih asal Belanda tersebut masih mencari sistem terbaik bagi Barca. Koeman masih terus mengganti-ganti formasi, yaitu mulai dari 4-2-3-1, 4-4-2, hingga 4-3-3.
Sekarang saya kurang terobsesi dengan gol, tetapi saya akan melakukan yang terbaik untuk tim.
Peraih gelar terbanyak Ballon d’Or itu juga terus berupaya menemukan ritme bersama beberapa pemain remaja, seperti Ansu Fati dan Pedri. Koeman, yang menyukai pemain muda, membuat Messi harus bermain bersama sekaligus menjadi mentor mereka.
Situasi ini tidak mudah baginya mengingat musim lalu dia bermain dengan pemain veteran, seperti Luis Suarez dan Ivan Rakitic. Perubahan ini membutuhkan waktu. Pemain muda memang lebih energik, tetapi belum matang. Padahal, tim besar seperti Barca butuh sebuah kematangan untuk mencapai konsistensi.
Rekan Messi, Gerrard Pique, menyampaikan, pemain muda memang memberikan suasana dinamis ke dalam tim. Hal itu merupakan sesuatu yang baik untuk memulai perbaikan, terutama setelah kegagalan di Liga Champions Eropa beberapa musim terakhir. Namun, tidak bisa dimungkiri, mereka belum menemukan konsistensi.
”Kami saat ini hanya bisa terus bekerja. Tim ini sangat bagus dengan banyak talenta di dalamnya. Saya tahu, dari pengalaman, usaha akan membawa hasil. Kami percaya bisa menghasilkan sesuatu yang hebat,” kata bek tim nasional Spanyol tersebut.
Kesulitan ini bukan yang pertama dihadapi Messi. Dia juga pernah kesulitan menemukan permainan terbaik saat musim 2014-2015 di bawah asuhan Luis Enrique. Saat itu, dia harus beradaptasi dengan Suarez yang baru datang dari Liverpool.
Meski sempat kesulitan pada awal musim, masalah itu terselesaikan. Messi bertukar posisi dengan Suarez. Messi ke kanan, sementara Suarez pindah ke tengah. Musim itu berakhir dengan capaian tiga gelar juara atau treble winner bagi Barca. Maka itu, tidak ada yang mengejutkan jika Messi kembali membuat keajaiban pada musim ini. (AP/AFP)