Dengan skuad lebih merata, AS Roma mampu menjaga keseimbangan bermain, terutama saat ransisi bertahan dan menyerang. Hal ini menjadi kunci Roma memimpin klasemen Grup A Liga Europa dan belum terkalahkan di Liga Italia.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
ROMA, JUMAT – AS Roma menunjukkan transisi bertahan dan menyerang yang apik saat menghadapi tamunya, CFR Cluj, pada pekan ketiga Liga Europa, Jumat (6/11/2020) dini hari WIB. Mereka pun menang telak, 5-0, atas juara Rumania tiga musim berturut-turut tersebut. Kemenangan ini menjadi pembuktian tim "Serigala Roma" telah menemukan keseimbangan baru yang sempat jadi masalah pada awal musim ini dan sepanjang musim lalu.
”Selalu penting menang dan menjaga clean sheet (tidak kebobolan). Ini tampak seperti laga yang mudah untuk kami, tetapi Cluj telah tampil baik di Liga Europa dan telah memenangkan Liga Rumania tiga musim terakhir. Kami memulai laga dengan baik dan menampilkan permainan profesional. Ketika Anda melakukan kedua hal itu, semuanya menjadi sedikit lebih mudah,” ujar Pelatih AS Roma Paulo Fonseca dilansir laman resmi AS Roma seusai laga di Stadion Olimpico, Roma, itu.
Berlaku sebagai tuan rumah, AS Roma tidak mau menyia-nyiakan kesempatan meraih poin penuh dengan langsung tampil menekan sejak menit awal laga itu dimulai. Tak butuh waktu lama, mereka berhasil mencetak gol lewat tandukan gelandang Henrikh Mkhitaryan di menit pertama.
Setelah gol itu, Bryan Cristante dan kawan-kawan bermain lebih sabar dengan menjaga penguasaan bola sembari melihat celah di pertahanan lawan. Strategi itu berjalan mulus. Mereka menambah dua gol sebelum babak pertama usai, yakni lewat tandukan bek Roger Ibanez di menit ke-24 dan sontekan penyerang anyar Borja Mayoral di menit ke-34.
Memasuki babak kedua, AS Roma tidak mengubah cara bermainnya. Mereka tetap sabar memainkan bola dari kaki ke kaki mulai dari lini belakang, tengah, baru ke depan saat pertahanan lawan lengah. Sebaliknya, CFR Cluj tidak cukup berani menekan balik guna menyamakan kedudukan.
Kontribusi Mayoral
Tak pelak, AS Roma bermain sangat tenang dan mampu menambah dua gol lagi sebelum pertandingan usai. Dua gol itu lahir lewat sepakan keras Mayoral di menit ke-84 dan tendangan terarah mantan bintang Barcelona dan Chelsea, Pedro Rodriguez, di menit ke-89.
”Ini malam yang saya impikan. Dua gol pertama saya dengan jersei ini (Roma) di Stadion Olimpico. Saya puas dengan performa pribadi maupun tim. Sejak awal tiba di sini, saya punya kepercayaan diri tinggi dan pelatih memercayai saya. Tapi, saya butuh waktu beradaptasi dengan sistem permainan, liga, dan negara baru,” kata Mayoral yang baru didatangkan dari Real Madrid di jendela transfer musim panas kemarin dikutip Corriere dello Sport.
Dengan tiga poin itu AS Roma naik dari posisi kedua ke puncak klasemen Grup A Liga Europa dengan koleksi tujuh poin dari tiga laga. Adapun CFR Cluj turun dari puncak klasemen ke urutan ketiga dengan empat pon dari tiga laga. Dengan sisa tiga laga penyisihan grup, AS Roma berpeluang melaju ke babak berikutnya.
”Kemenangan hari ini sangat penting. Tapi, kemenangan ini bukan berarti kami sudah menutup babak kualifikasi (sudah lolos dari penyisihan grup). Kami masih memiliki tiga pertandingan tersisa dan kami harus terus berusaha keras,” tutur penjaga gawang AS Roma, Pau Lopez, dikutip Football-Italia seusai laga itu.
Keseimbangan permainan yang ditunjukkan Roma merupakan buah meratanya kualitas skuad antara pemain inti dan pelapis di semua lini jika dibandingkan musim lalu. Fonseca pun tidak gamang menjalankan strateginya sekalipun ada pemain yang absen, seperti menepinya gelandang Nicolo Zaniolo karena cedera lutut, Javier Pastore yang tak kunjung sembuh dari cedera punggung, dan Amadou Diawara yang belum pulih dari Covid-19.
Di lini belakang, AS Roma memiliki lima pemain belakang jangkung yang lugas dan bisa memainkan bola, yakni Chris Smalling, Gianluca Mancini, Marash Kumbulla, Federico Fazio, dan Juan Jesus. Di lini tengah, klub berjersei merah-oranye itu memiliki gelandang cukup melimpah, antara lain Mkhitaryan, Pedro, Cristante, Lorenzo Pellegrini, Jordan Veretout, dan Gonzalo Villar. Di depan, ada striker Edin Dzeko yang dilapis Mayoral dan Carles Perez.
Ini malam yang saya impikan. Dua gol pertama saya dengan jersei ini (Roma) di Stadion Olimpico.(Borja Mayoral)
Dengan ketersediaan pemain itu, Fonseca bisa berkreasi dengan beragam pakem yang biasa diterapkannya, yakni 3-5-2, 3-1-4-2, 3-4-2-1, 3-4-3, dan 4-3-3. Dia pun lebih leluasa melakukan rotasi untuk menjaga kebugaran pemain yang berlaga di tiga kompetisi. Hal inilah yang menjadi "rahasia" mengapa AS Roma belum terkalahkan sepanjang musim ini, kecuali kekalahan WO (walked out) 0-3 dari Hellas Verona di pekan pertama Liga Italia.
Bahkan, AS Roma juga mulai mengatasi masalah di lini belakang. Dari tiga laga terakhir di semua kompetisi, skuad klub yang berdiri 1927 itu tidak kebobolan. Padahal, musim lalu maupun awal musim ini, mereka kerap bermasalah dengan pertahanan.
Hal itu terlihat ketika mereka imbang 2-2 dengan tamunya Juventus pada pekan kedua Liga Italia musim ini. Dua kali mereka sempat unggul, tetapi dua kali pula mereka lantas kebobolan. Di laga lainnya, walaupun bisa menang, mereka pasti kecolongan gol dari lawan.
”Sekarang, tim terasa lebih aman. Sangat menyenangkan mengetahui bahwa meskipun pemain berubah (rotasi pemain), pendekatan umum tim terhadap taktik tidak berubah,” terang Fonseca.
Bek sayap AS Roma, Bruno Peres, mengungkapkan, perubahan nyata tim saat ini adalah memiliki jiwa pantang menyerah dan tidak pernah mau kalah sebelum laga usai. ”Intensitas yang kami mainkan begitu kuat. Kami tidak menyerah sedikitpun. Kami harus terus seperti ini, mencoba untuk meningkatkan level dan tetap lebih fokus untuk terus memainkan permainan yang bagus,” ujarnya.