Rafael Nadal memiliki banyak rekor cemerlang di banyak jenis lapangan, tetapi tidak di lapangan keras dalam ruangan. Dia berpeluang memperbaiki catatan penampilannya saat tampil di turnamen Paris Masters.
Oleh
Yulia Sapthiani
·4 menit baca
PARIS, RABU — Rafael Nadal mencatat banyak rekor selama kariernya sebagai petenis profesional sejak 2001, tetapi rekornya timpang ketika berbicara penampilan di turnamen lapangan keras dalam ruangan. Tahun ini, Nadal memiliki beragam faktor untuk memperbaiki rapor merahnya di Paris Masters dan Final ATP.
Langkah pertama untuk menunjukkan dia juga kompetitif di turnamen dalam ruangan dimulai pada babak kedua Paris Masters. Nadal bertemu Feliciano Lopez di AccorHotel Arena, Paris, Rabu (4/11/2020) malam atau Kamis dini hari WIB.
Jika gagal melewati sesama petenis Spanyol tersebut, Nadal mempunyai kesempatan terakhir pada tahun ini dengan tampil dalam turnamen Final ATP di London, Inggris, 15-22 November. Persaingan yang juga berlangsung di dalam ruangan ini diikuti delapan petenis terbaik sepanjang 2020. Tujuh tiket telah didapat Nadal, Novak Djokovic, Dominic Thiem, Stefanos Tsitsipas, Daniil Medvedev, Alexander Zverev, dan Andrey Rublev.
Nadal datang ke Paris Masters setelah menyamai rekor Roger Federer sebagai tunggal putra dengan gelar Grand Slam terbanyak, yakni 20 gelar. Dia mendapatkannya ketika membawa pulang trofi untuk ke-13 kalinya dari Perancis Terbuka di Roland Garros, Paris, 27 September-11 Oktober.
Sebelum tampil melawan Lopez, Nadal menjadi petenis dengan persentase kemenangan tertinggi, yaitu 83,3 persen dari 999 kali menang dan 201 kali kalah. Statistik itu membuahkan 86 gelar juara.
Namun, deretan angka yang mewakili penampilannya di turnamen dalam ruangan tak begitu baik. Persentase kemenangannya terendah, yakni 70,1 persen dibandingkan dengan jenis lapangan lain dengan minimal 78 persen kemenangan. Nadal hanya mendapat dua gelar dari lapangan dalam ruangan, salah satunya di lapangan keras Madrid Terbuka 2005.
Hasil minusnya di Paris Masters dan Final ATP sebenarnya bukan karena ketidakmampuannya bermain di lapangan cepat. Petenis Spanyol ini lebih banyak absen setelah tenaganya terkuras pada persaingan sepanjang musim. Apalagi, Paris Masters dan Final ATP digelar pada pengujung musim.
Sejak debut dalam turnamen ATP Masters 1000 pada 2003, Nadal sembilan kali absen dari 17 penyelenggaraan Paris Masters hingga 2019. Hasil terbaiknya adalah final pada 2007. Adapun dalam Final ATP, dari 15 kesempatan, dia enam kali absen. Nadal mencapai dua kali kalah di final, pada 2010, dari Roger Federer dan pada 2013 dari Djokovic.
Tahun ini, petenis peringkat kedua dunia itu mempunyai simpanan tenaga dengan tak banyak turnamen yang digelar akibat pandemi Covid-19. Turnamen tenis pada semua level dihentikan pada Maret-Agustus dan kembali diselenggarakan dengan protokol kesehatan yang berlaku berbeda di setiap negara.
”Di beberapa tempat, Anda lebih sukses daripada di tempat lain. Namun, tak dapat dimungkiri bahwa saya selalu datang ke turnamen dalam ruangan dalam kondisi lelah fisik dan mental, padahal bermain di lapangan ini harus bugar. Paris Masters dan Final ATP adalah turnamen yang berat saya menangi karena beratnya persaingan, juga karena situasi yang berat saya hadapi. Namun, saya akan terus mencoba seperti yang selama ini saya lakukan,” komentar Nadal.
Jika bisa melewati Lopez, Borna Coric atau Jordan Thompson akan menjadi lawan Nadal pada babak ketiga, lalu Pablo Carreno Busta atau Norbert Gombos dalam perempat final.
Kesempatan Schwartzman
Kemenangan 7-5, 6-3 atas Richard Gasquet pada babak kedua, Rabu, tak hanya membawa Diego Schwartzman pada kemenangan pertama atas lawannya itu. Hasil ini juga mempertahankan peluangnya untuk merebut tiket terakhir lolos ke Final ATP. Dengan satu tiket tersisa, semifinalis Perancis Terbuka ini minimal harus mencapai semifinal Paris Masters untuk mendapatkannya.
Hasil itu harus didapat untuk menjegal Busta yang juga punya kesempatan lolos ke London. Petenis Spanyol ini memiliki syarat harus juara untuk mendapat peluang bersaing di Final ATP.
Semifinalis lain Perancis Terbuka, Stefanos Tsitsipas, masih kesulitan beradaptasi dengan situasi turnamen pada masa pandemi Covid-19. Ditempatkan sebagai unggulan kedua dan mendapat bye pada babak awal, Tsitsipas langsung tersingkir. Dia ditaklukkan petenis tuan rumah, Ugo Humbert, 6-7 (4-7), 7-6 (8-6), 6-7 (3-7), pada babak kedua.
Tsitsipas pun mengatakan, persaingan menjelang akhir musim ini menjadi tantangan mental baginya. ”Saya tak merasa lelah karena tak banyak turnamen pada tahun ini, jadi saya tak punya alasan untuk itu. Yang menjadi tantangan bagi saya adalah situasi yang kita hadapi, seperti tak ada penonton dan berbagai peraturan dari pemerintah terkait turnamen,” katanya.
Paris Masters diselenggarakan tanpa penonton setelah Pemerintah Perancis memberlakukan karantina nasional sejak pekan ini hingga, setidaknya, 1 Desember. Peraturan tanpa penonton juga akan diberlakukan dalam Final ATP di London. (AFP)